#37 : Rumit

1.3K 169 52
                                    

Kerumitan itu dimulai saat kita bertemu dan saya tidak tahu caranya mengurai kerumitan itu, Laura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kerumitan itu dimulai saat kita bertemu dan saya tidak tahu caranya mengurai kerumitan itu, Laura.

~Syazwan
by Hildarrr

•••


Tatapan matanya yang sendu tidak melepas dari sosok yang sibuk berbincang dengan Ummik. Setelah berbincang dengan ayahnya, Gus Afif termenung dan mengingat pesan orang-orang yang hadir di pernikahannya.

Selagi dia baik, shalehah, rajin, dan taat pada agama. Kamu tidak berhak melakukan kejahatan apapun, termasuk menuntaskan kewajibanmu yang lain sebelum memenuhi kewajibanmu padanya.

Ia menghela nafas panjang dan terkejut menyadari Laura sudah berdiri di hadapannya.

"Gus ngapain bengong disitu?"

Gus Afif menatap wajahnya tanpa niatan bergerak. Laura semakin bingung dan meletakkan telapak tangannya di kening lelaki itu.

"Gus demam?"

Laki-laki itu menggeleng kepalanya, "Habis diintrogasi Abuya."

"Oalah, kirain kenapa," ucapnya sambil menarik tangan menjauh dari keningnya.

Sensasi yang awalnya hangat meninggalkan hawa dingin di keningnya. Gus Afif menatap Laura sampai perasaan yang tidak bisa ia mengerti.

"Ada apa?"

"Saya cari kamu, masih ngobrol dengan Ummik?"

"Udah selesai karena ngira Gus ngajak pulang."

Gus Afif tersenyum tipis dan mengangkat tangannya ke hadapan wajah Laura. Jari telunjuknya mengetuk kening wanita itu sebanyak tiga kali.

"Saya cuma nonton, gak bermaksud begitu."

"Ya udah, Laura duduk bareng Ummik lagi."

"Benar-benar gak mau pulang? Mau magrib lho," ucap Gus Afif menahan pergelangan tangannya seperti mencegahnya pergi.

Laura menghela nafas panjang dan mengangguk, "Ayo pulang, Gus."

Gus Afif mengulum senyum dan menjitak keningnya dengan gerakan pelan, "Ingat, nanti malam setor hafalan," ucapnya mengingatkan. Laura mengangguk lesu dan berbalik badan, jalan duluan.

Gus Afif menyusulnya dan menggenggam tangannya. Laura mencoba biasa seperti biasa yang ia lakukan dan matanya menatap tangan mereka yang saling bertautan satu sama lain.

Sesampainya di rumah mereka, Gus Afif tidak berniat melepaskan genggaman tangannya. Laura yang ingin pergi ke rak buku jadi terhambat. Pria itu malah menariknya ke kamar dan tidak berbicara apapun hingga Laura buka suara duluan.

"Ada apa Gus?"

"Hm, apa?"

Laura menggeleng kepalanya, "Gak apa-apa."

SyazwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang