#36 : Niat

1.5K 200 55
                                    

"Ada perasaan berbeda setiap berbicara dengan dirinya, jiwa terasa sejuk seperti disiram air

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada perasaan berbeda setiap berbicara dengan dirinya, jiwa terasa sejuk seperti disiram air..."

—Syazwan
by Hildarrr

•••

Keikhlasan hati teruji ketika berhadapan dengan sesuatu yang tidak kita harapkan. Kesabaran teruji saat sesuatu yang kau inginkan tidak pernah kau dapatkan. Apapun menjadi takdirmu tidak akan pernah lari dari hidupmu, apapun yang bukan takdirmu akan pergi tanpa perintahmu.

Manusia tidak bisa menebak jalan pikiran orang lain, bahkan Tuhan sekalipun. Manusia memang dibekali dengan hati yang peka terhadap perasaan orang-orang di sekitarnya. Namun hati tidak pernah bisa membaca takdirnya ke depan bagaimana.

Seperti buku yang dibaca baru dapat dipahami, begitu juga dengan Allah, kita memahamiNya setelah membaca kalam-kalamNya. Tidak ada satupun manusia yang memahamiNya kecuali memahami kalam-kalamNya.

Ada hati yang tidak pernah berhati-hati.

Ada prasangka yang tidak pernah jadi prasangka apapun.

Ada takdir yang tidak pernah jadi takdir belaka.

Ada sesuatu yang ada terasa tidak ada sama sekali.

Hubungan baik berlandaskan dengan iman dan takwa.

Tanpa Allah, hubungan antar manusia tercerai-berai, luluh lantak bagaikan laron yang berterbangan.

Kehidupan tenang hanya dimiliki manusia mempunyai hati yang tenang, jernih sebersih air zamzam saat menghadapi konflik.

Landasan hidup tenang hanya mengingat Rabb, Tuhanmu Yang Agung ...

"Hayo, lamunin apa," tegur seseorang menyentuh bahunya.

Kedua matanya mengerjap kaget dan melirik ke pelakunya. Senyumnya terbit dan jari telunjuknya menunjuk ke kerumunan santri-santri di halaman.

"Mereka ngapain?" tanyanya menatap mata biru dengan serius.

Gus Afif menyentuh dagunya sambil berpikir, "Bentar, saya ingat dulu hari ini tanggal berapa," Laura mengangguk dan senantiasa menatapnya, "Oh, astaghfirullah."

Mata biru itu menatap wajahnya, "Hari ini jadwal pulang."

"Hm, pulang pondok? Bukannya sepekan sebelum lebaran Gus?"

"Abuya, Neng."

Laura mengerjapkan matanya, "Kok Gus gak bilang-bilang pulangnya hari ini." Bergegas wanita itu menyiapkan sesuatu sebelum shalawat terdengar. Nyanyian shalawat menandakan mertuanya sudah sampai di halaman pondok.

"Tenang, Neng. Mas dan istrinya udah siapin di rumah utama."

"Kok gak bilang-bilang?"

Gus Afif terkekeh ringan mendapat tatapan maut darinya, "Kamu gak nanya."

SyazwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang