#34 : Alasan

1.8K 224 12
                                    

Manusia memang tahu tugasnya beribadah pada Allah, sudah selayaknya manusia mencari alasannya beribadah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Manusia memang tahu tugasnya beribadah pada Allah, sudah selayaknya manusia mencari alasannya beribadah.

~Syazwan~

•••

Air mata, kemarahan, kasih sayang, kekejaman.
Damai, kekacauan, iman, pengkhianatan.
Kami akan berjuang melawan takdir kami.
Kita tidak bisa pasrah dengan nasib kita.

Manusia hadir di dunia tanpa dapat mengingat tujuan hidupnya, perjanjiannya pada Tuhan dan akhir keputusannya. Hidup dengan segala kerendahan dan kehinaan, hingga berhasil menjemput hidayah yang Allah sebar ke seluruh dunia.

Hidayah selalu datang pada manusia, tinggal manusia mau mengambilnya atau tidak. Banyak cara yang Allah siapkan sehingga hidayah selalu sampai pada manusia. Jika manusia tidak peka, hatinya jauh dari Allah, sulit bagi untuknya menerima hidayah sekecil sekalipun.

Setiap kali melihat postingan orang lain maupun diri sendiri, niatkan kebaikan dan kebaikan. Jangan dulu memikirkan keburukan dibalik postingan tersebut. Bisa jadi, tebakan suuzon hanya melunturkan hidayah yang hampir mendatangi hati, dan merusak akal sehat.

Husnuuzon pada semua orang memang sulit, tapi itulah sifat yang indah dilakukan orang-orang terdahulu. Jika tidak bisa menjadi mereka, kita bisa mencontoh sedikit demi sedikit perilaku kebaikan yang mereka lakukan.

Rasanya berat melakukan itu? Ya, memang berat melawan kejahatan dalam diri.

Manusia hidup dengan sisi buruknya, overthinking tentang masa depan, berpikir buruk tentang segala hal dan hanya mengingat kebaikan Allah, hati mereka menjadi tenang tanpa memusingkan apa yang akan terjadi di masa depan.

Tuhan memang satu, tapi kebaikanNya tidak terhitung jumlahnya. Manusia memang tahu tugasnya beribadah pada Allah, sudah selayaknya manusia mencari alasannya beribadah tanpa henti di dunia.

Yang dibutuhkan manusia hanya penilaian Tuhan, penilaian manusia tentang dirinya tidak usah dipikirkan dengan serius. Mulut manusia lain memang mudah melayangkan kalimat-kalimat menyakitkan, karena mereka tidak sempurna.

"Manusia mudah mengatakan tanpa berpikir apakah perkataannya menyakiti orang lain atau tidak," ujar Gus Afif menambah pembahasan. Lelaki itu mengulum senyum dan mengajak Laura menyusul saudara-saudara lain ke rumah pamannya.

Mereka berjalan bersama dan tiba di rumah Gus Faruq, keluarga lain menyapa dan menyambut mereka dengan senyum ramah. Gus Afif melirik ke arah Laura, "Masih ingat paman saya?"

"Gus Faruq?"

Gus Afif mengangguk sambil mengulas senyum, "Iya."

"Ayo Nduk, masuk ke dalam ...," ajak seorang wanita paruh baya.

Gus Afif melepas genggaman tangannya, "Masuk gih, ikut Bibi ke dalam," suruhnya pada Laura. Wanita itu tersenyum dan mengikuti langkah kaki istri Gus Faruq. Laura mengetahui panggilan wanita itu, Ning Fatimah.

SyazwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang