#25 : Malam Sakral

2.7K 388 68
                                    

"Sekuat-kuatnya kita menolak, Allah tetap berhak atas takdir kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sekuat-kuatnya kita menolak, Allah tetap berhak atas takdir kita."

Syazwan
by Hildarrr

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

•••


Setelah sowan ke Ndalem menemui Kiai Amirul Karim dan istrinya, Gus Afif mengajak Laura berkeliling pondok pesantren Lirboyo. Mereka ditemani satu santri yang menentukan arah jalan dan tidak lupa membawa botol minum jika sewaktu-waktu kehausan di tengah jalan.

"Hampir dua tahun lalu, ada acara pernikahan di pondok pesantren ini," ujar Gus Afif memulai perbincangan.

"Siapa?"

"Ning Sofia dan Gus Idris."

"Hm ...." Laura mengangguk paham dan mengedarkan pandangan ke sekitar mereka. Matanya melihat-lihat kegiatan santri yang sedang nderes di halaman masjid.

"Jangan terlalu lama melihat santri, Neng," tegur Gus Afif.

Laura mengalihkan pandangannya dan melempar senyum ke arah Gus Afif. "Oh iya, Gus pernah mondok disini?"

Gus Afif menggelengkan kepalanya, "Tidak. Tapi saya pernah mengobrol dengannya di pondok ini." Gus Afif mengulas senyum.

"Kita mau ke mana?"

"Itu, Kang Budi mau ngantar kita ke suatu tempat," jawab Gus Afif.

"Ke mana?"

"Kamu mau ziarah, kan?"

"Oalah, mau dong." Laura melempar tatapan penasaran ke wajah suaminya itu. "Makam siapa, Gus?"

Gus Afif tersenyum, "Orang hebat dan—" Ia menggantungkan kalimatnya. Bingung harus menjelaskan tujuan melihat keberadaan makam Hilya atau tidak.

"Dan apa?"

Kepalanya menggeleng, "Tidak ada."

"Tapi, kita shalat magrib dan isya di masjid dulu Neng."

Laura mengangguk paham dan keduanya masuk ke dalam masjid. Gus Afif ke tempat laki-laki, sedangkan Laura ke tempat perempuan. Sehabis isya dilanjutkan kegiatan masing-masing seperti muraja'ah dan ziyadah. Lalu, lanjut shalat isya berjamaah dan kembali menemui kang Budi.

"Afwan terlalu lama, Kang," ucap Gus Afif pada laki-laki itu.

"Tidak apa-apa Gus, ana baru keluar juga."

Gus Afif mengangguk dan tersenyum ramah. Kang Budi kembali menjadi pemandu jalan mereka dan Gus Afif menggenggam tangan Laura selama perjalanan mereka menuju tempat tujuan.

SyazwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang