#32 : TIGA PULUH DUA

1.7K 251 61
                                    

"Tiada yang lebih indah dibanding duduk bersama dengan kekasih-Nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tiada yang lebih indah dibanding duduk bersama dengan kekasih-Nya."

~Syazwan~
By Hildarrr

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kepalanya mendongak membaca gapura pondok pesantren. Kakinya melangkah masuk ke dalam dengan mantap. Matanya mengedar ke kanan dan ke kiri, mengamati kegiatan santri-santri yang masih sibuk mendekam di masjid.

Selama perjalanannya mengikuti arah petunjuk yang diberikan penjaga pos satpam pondok. Kepalanya sesekali mendongak menatap ke langit yang membiru seribu kenangan.

Santri-santri yang tidak sengaja berpapasan dengannya pun menundukkan kepala dengan takzim dan mempersilahkannya duluan jalan. Perasaan entah darimana, ia merasa dejavu dengan suasana setenang ini.

Akhirnya, Laura berhasil sampai di depan rumah yang dimaksud. Ia berdiri sambil menimbang-nimbang mengucap salam atau masuk ke teras rumahnya terlebih dahulu. Tanpa ia tahu, ada sosok yang berdiri di balik kaca jendela rumah sambil mengamatinya dalam diam.

Sosok laki-laki itu beranjak dari tempatnya dan memanggil ayahnya dari ruang kerja. "Abuya, ada yang mencari Buya."

"Siapa, Nak?"

Gus Alif terdiam sejenak, "Tidak tahu, Buya."

"Tidak tahu, atau sudah kenal?" kekeh Kiai Hasyim sambil menepuk bahu anaknya. Gus Alif hanya tersenyum dan melirik sekilas ke arah pintu rumah.

Kiai Hasyim dengan senyum sumringah berjalan ke arah pintu rumah dan melempar senyum ke arah Laura yang rupanya masih berpikir di tempat.

"Assalamualaikum .... Akhirnya kamu datang, Nduk."

"Eh, waalaikumussalam Yai." Laura jadi kikuk.

"Silakan masuk ke rumah sederhana ini," kekeh Kiai Hasyim mempersilakan Laura untuk masuk. "Hati-hati masuknya."

Laura tersenyum sambil mengikuti langkah lelaki paruh baya itu masuk ke dalam rumah.

"Di mana suami kamu, Nduk?"

"Ada urusan, Yai."

Kiai Hasyim mengangguk paham sambil melirik ke arah anaknya, "Kamu keluar toh, Nak."

Karena teguran itu, Laura baru sadar ada manusia lain di ruangan yang sama. Ia mengamati sosok laki-laki itu dan merasa familiar. Ternyata Gus Alif yang pernah ceramah dengan Gus Afif.

"Bagaimana kabar keluarga?"

"Alhamdulillah, baik Yai."

"Ada gangguan apa hingga kemari, Nduk?" tanya Kiai Hasyim, berbasa-basi.

"Laura cuma menunaikan undangan Yai," jawab Laura sambil tersenyum.

"Panggil Abah, bisa?"

Laura mengangguk, "Nggih, Bah."

SyazwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang