prolog

885 61 40
                                    


Original story by. Linda Howard

🔨🔨🔨🔨🔨

Denver 1975

"Ini menggelikan" sambil mencengkram tas tangannya dengan begitu erat sehingga buku-buku jarinya memutih, wanita itu membelalak ke seberang meja kepala sekolah.

"Dia bilang tidak menyentuh hamster itu, dan anakku tidak bohong, itu saja"





Sudah enam tahun Senju Tsunade menjadi kepala sekolah Konoha middle school dan menjadi guru selama dua puluh tahun sebelumnya.
Ia terbiasa berurusan dengan para orang tua yang berang, tetapi wanita jangkung dan kurus yang duduk didepannya dan anak yang duduk disampingnya dengan tenang, membuat terkesima.
Ia tidak suka berkata kasar, tapi mereka aneh . Meskipun tahu usaha ini sia-sia, Ia mencoba berkompromi dengan wanita ini.

"Ada saksi ___"





"Mrs. Kurenai Yuhi memaksanya mengatakan itu. Haku tidak pernah sama sekali menyakiti hamster itu. ya kan, sayang?" .

"Ya, ibu. " Suaranya nyaris manis tak wajar, Namun mata anak itu dingin tak berkedip saat menatap Mrs. Senju, Seolah menimbang efek penyangkalan itu pada diri sang kepala sekolah.

"Nah seperti yang kukatakan" tandas wanita itu penuh kemenangan.

Mrs. Senju mencoba lagi "Mrs. Yuhi___" .

"____sudah tidak menyukai Haku dari hari pertama sekolah. Dialah yang perlu kau interogasi, bukan anakku" Bibir wanita itu merapat karena marah.

"Dua Minggu lalu aku bicara dengannya tentang gagasan porno yang dijejalkannya ke kepala anak-anak lain, aku sama sekali tidak ingin dia bicara mengenai" ____diliriknya sang kepala sekolah sekilas ____ "s-e-x pada anakku. Itulah sebabnya dia melakukan ini" .

"Mrs. Yuhi memiliki catatan luar biasa sebagai guru. Dia takkan___"

"Dia melakukannya! Jangan katakan padaku apa yang takkan dilakukan wanita itu sementara jelas-jelas dia sudah melakukannya! Malah, aku takkan heran kalau dia yang telah membunuh hamster itu sendiri" .

"Hamster itu binatang peliharaannya sendiri, yang dibawanya ke sekolah untuk mengajar anak-anak tentang ___" .

"Bisa saja dia membunuh binatang itu ya ampun, itu kan cuma tikus besar" sela wanita itu.
"Aku tidak mengerti mengapa mesti diributkan bahkan jika seandainya Haku yang membunuh binatang itu, padahal sebenarnya bukan. Dia dituduh __dituduh__ dan aku tidak tahan menghadapinya. Kalau kau tidak mengurus wanita itu, aku yang mengambil tindakan" .

Mrs. Senju melepaskan kacamatanya dan mengelap pelan-pelan. Hanya agar ada yang dikerjakannya sementara ia berusaha memikirkan cara untuk menetralisir racun wanita ini sebelum ia merusak karir seorang guru yang baik. Berunding dengannya sudah tidak mungkin; sejak tadi wanita ini tidak pernah membiarkannya menyelesaikan kalimatnya.
Diliriknya Haku; anak itu masih memandanginya, memasang ekspresi tidak berdosa yang benar-benar berlawanan dengan tatapannya yang dingin.
" Bisakah aku berbicara empat mata denganmu?" Tanya Mrs. Senju.

Wanita ini tampak terkejut. "Kenapa? Kalau kau mengira bisa meyakinkanku bahwa anakku Haku__"

"Sebentar saja," sela kepala sekolah itu, menyembunyikan percik kegembiraannya karena kali ini dialah pihak yang menyela. Dari roman mukanya wanita itu tampak tidak suka sekali. "Tolong," tambahnya, meskipun kesabarannya hampir habis untuk bersopan-sopan begini.

"Yah, baiklah" sahut wanita itu enggan.
"Haku sayang, keluarlah. Berdirilah disamping pintu, supaya ibu bisa melihatmu" .

"Ya, Ibu"  .

Mrs. Senju berdiri dan dengan tegas menutup pintu dibelakang anak itu. Wanita itu tampak was-was karena perubahan keadaan ini, karena tidak dapat melihat anaknya pikir kepala sekolah itu. Ia kembali duduk dan mengambil pulpen, mengetuk - ngetuknya pada pengering tinta dimejanya sambil berusaha menemukan cara diplomatis untuk memulai pokok pembicaraannya. Tidak ada cara yang cukup diplomatis untuk wanita ini, Ia menyadari dan memutuskan untuk langsung saja.
"Pernahkah kau memikirkan untuk mencari pertolongan untuk Haku? Psikolog anak-anak yang baik__"

"Kau gila, ya?" Desis wanita itu, wajahnya mengernyit karena amarah seketika sementara ia menyentak kan badannya berdiri. "Haku membutuhkan psikologi! Tak ada yang salah dengan dirinya. Masalahnya ada pada jalang itu, bukan anakku. Seharusnya aku sudah tahu pertemuan ini buang-buang waktu saja, karena kau akan berpihak pada perempuan itu" .

"Aku menginginkan yang paling baik buat Haku," kata Mrs. Senju, mengatur agar suaranya tetap tenang.
"Hamster itu hanya peristiwa terakhir, bukan yang pertama kali. Ada pola tingkah laku mencemaskan yang melebihi kenakalan____"

"Anak lain iri padanya," tuduh wanita itu.
"Aku tau bagaimana bandit-bandit kecil itu mengganggunya, dan jalang itu sama sekali tidak menghentikan mereka ataupun melindunginya. Haku menceritakannya padaku. Kalau kau kira dia akan kubiarkan tetap sekolah disini dan dijadikan sasaran___"

"Kau benar," sela kepala sekolah itu. Pada papan skore interupsi, wanita itu mengunggulinya, tetapi ini yang terpenting.
"Dalam hal ini, sekolah lain mungkin yang paling baik. Haku tidak cocok disini. Aku dapat merekomendasikan beberapa sekolah swasta yang baik___"

"Jangan repot-repot," cetus wanita itu sambil melangkah lebar ke arah pintu.
"Tak bisa kubayangkan kenapa kau pikir aku akan mempercayai rekomendasi mu" Dengan memuntahkan tembakan terakhirnya, Ia menghentakan pintu membuka dan menyambar lengan Haku.
"Ayo, sayang. Kau tidak perlu datang ke sini lagi" .

"Ya, ibu" .

Mrs. Senju Menghampiri jendela dan mengawasi ibu dan anak itu memasuki pontiac tua berpintu dua, berwarna kuning dengan bercak karat memenuhi sparkbor kiri dan depan, Ia telah memecahkan masalah dengan cepat melindungi Mrs. Yuhi, namun ia menyadari benar bahwa masalah yang lebih besar baru saja meninggalkan kantornya. Hanya Tuhan yang bisa menolong staf pengajar sekolah manapun yang akan didatangi Haku. Barang kali disuatu tempat, seseorang akan muncul dan membawa Haku ke psikolog sebelum menimbulkan terlalu banyak kerusakan......... kecuali sudah terlambat.

Diluar, di dalam mobil, wanita itu mengemudi dengan membisu kaku penuh amarah sampai mobil itu tidak tampak lagi dari sekolah. Dihentikannya mobil itu di rambu berhenti dan, tanpa peringatan, ia menampar Haku keras sekali sehingga kepala anak itu membentur jendela.
"Dasar bajingan kecil," katanya sambil menggertakkan gigi.
"Beraninya kau mempermalukanku seperti itu! Dipanggil ke kantor kepala sekolah dan diperlakukan seolah aku idiot, kau tahu apa yang harus kau lakukan begitu kita sampai dirumah, kan? Ya, kan?" Ia meneriakkan dua kata terakhir itu pada anaknya.

"Ya, Ibu" wajah anak itu tanpa ekspresi, tapi matanya berkilat dengan sesuatu, nyaris sudah tidak sabar lagi.
Wanita itu mencengkeram kemudi dengan kedua tangannya, seakan berusaha melumatkan.
"Kau harus jadi sempurna, bahkan biarpun itu berarti harus kupukuli. Kau dengar aku? Anakku harus jadi sempurna" .

"Ya, Ibu" sahut Haku.




TBC.

MR. PERFECT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang