Original story by. Linda Howard
💄💄💄💄💄
Sakura bangun pagi-pagi keesokan harinya, tanpa bantuan weker ataupun matahari.
Alasan sederhana yang membuatnya terbangun adalah karena seluruh otot tubuhnya menjerit kesakitan.
Tulang iga nya sakit, lututnya pedih, lengannya ngilu setiap kali digerakkan; bahkan pantatnya pun sakit.
Belum pernah ia merasa sesakit ini, sejak ia pertama kali belajar roller - skate.Sambil mengerang ia beranjak duduk dan sedikit demi sedikit menurunkan kakinya dari tempat tidur kalau ia saja merasa separah ini, ia penasaran bagaimana yang dirasakan orang-orang tua itu, mereka belum sempat kena pukul, tapi mungkin mereka terjatuh lebih keras.
Dingin lebih baik untuk otot-otot sakit daripada panas, tetapi rasanya ia tidak cukup berani mandi dengan air dingin.
Ia lebih memilih menghadapi pemabuk jalanan kapanpun daripada berduri telanjang dibawah guyuran air yang membekukan.
Ia berkompromi dengan memilih air hangat suam suam kuku.
Laku sedikit demi sedikit mematikan keran air panas sama sekali.
Tapi itu pun tak menolong banyak; ia hanya bertahan sekitar dua detik.
Laku cepat-cepat mematikan keran.
Lebih cepat daripada ketika menghidupkannya.Sambil bergidik ia cepat-cepat mengeringkan badan dengan handuk dan memakai jubah mandinya yang panjang dan berwarna biru, ia jarang mengenakan selama musim panas, namun hari ini terasa nyaman.
Ada satu kelebihan bangun pagi-pagi, ia yang harus membangunkan BooBoo, bukan sebaliknya.
BooBoo tidak senang istirahat indahnya di ganggu, kucing galak itu mendesis pada Sakura.
Lalu ngeloyor pergi untuk menemukan tempat yang lebih nyaman untuk tidur, Sakura tersenyum melihatnya.Ia tidak harus tergesa-gesa pagi itu, karena ia telah bangun terlalu pagi, bagus juga.
Karena otot-ototnya yang kesakitan menghapus jadwal terburu-buru seperti biasanya dari agendanya hari ini.
Ia berlama-lama menikmati kopinya.
Perbuatan yang jarang dilakukannya dan bukannya membuat sereal dingin seperti biasanya.
Ia memasukkan wafel beku ke pemanggang dan menaruh potongan strawberry di atasnya.
Bagaimanapun, perempuan yang sudah terlibat perkelahian berhak mendapat perhatian sedikit ekstra.Sesudah menyantap wafelnya, ia meneguk secangkir kopi lagi dan menyingkap jubah mandinya.
Untuk memeriksa lututnya yang terkelupas.
Ia sudah mengompresnya dengan es sesuai anjuran terapi masih ada luka yang cukup besar, seluruh lututnya kaku dan sakit.
Ia tidak mungkin tiduran sepanjang hari di atas kantong-kantong es .
Maka ia menelan beberapa aspirin dan terpaksa menerima nasibnya untuk menderita beberapa hari.Kejutan pertama hari itu datang ketika ia mulai berpakaian dan memakai bra.
Begitu ia menutupkan kait depan, membenarkan letak bra di sekeliling tulang iga nya yang ngilu, ia tahu bra harus di lepaskan.
Sambil berdiri didepan lemari pakaiannya. Telanjang dengan hanya mengenakan celana dalamnya.
Ia menyadari dilema lain yang dilakukan perempuan agar tidak ada orang tahu ia sedang tidak memakai bra?.Bahkan dikantor yang sedang berAC , puas, udara terlalu panas baginya, untuk memakai jaket sepanjang hari.
Ia punya beberapa gaun indah، tetapi putingnya akan tampak membayang di balik bahan-bahan tipis itu.
Bukankah ia pernah membaca tentang band-aids untuk menutupi putingnya? Lalu memakai salah satu gaun dan mengamati dirinya di cermin.
Band-aids itu tampak membayang jelas.
Oke, tidak berhasil. Plester operasi yang polos itu mungkin bisa, namun ia tidak punya.Disamping itu, gaun itu menampakkan luka di lututnya, kelihatan menjijikkan.
Ia melepaskan Band-aids itu dan kembali mengamati isi lemari pakaiannya.Akhirnya ia menjatuhkan pilihan pada rok panjang hijau tentara dan blus rajut putih yang dilapisi nya dengan kemeja sutra biru tua.
Ia menyimpulkan ujung kemeja di pinggang, mengenakan gelang manik-manik berwarna biru dan hijau, dan agak terpesona ketika mematut diri didepan cermin.
"Lumayan" katanya, berputar mengamati hasilnya "benar-benar lumayan" .
Untunglah rambutnya tidak bermasalah, rambut merah mudanya lembut dan berkilau.
Meskipun sedikit kusut, cukup disisir penampilannya sudah paripurna.
Sehingga ia tidak perlu mengangkat tangan dan membuat iga nya sakit, cukup sebentar untuk menyisir tidak di butuh waktu yang lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. PERFECT
Fanfictionoriginal story by. Linda Howard Apa syarat-syarat pria sempurna? Itulah topik yang asik dibahas Sakura Haruno dan ketiga sahabatnya suatu malam di restoran favorit mereka : Mr. perfect haruskah tinggi tampan, penuh perhatian, dan hangat - atau hany...