SAKURA mendapati dirinya mengawasi setiap pria yang dilihatnya di tempat kerja hari ini, bertanya-tanya apakah itulah orangnya.
Memang sulit di percaya salah satu dari mereka bisa jadi si pembunuh.
Mereka semuanya tampak normal, atau paling tidak sama normalnya dengan laki-laki dalam kelompok lain yang lebih besar yang bekerja di industri komputer.Beberapa dikenalnya dan disukainya tetapi ia tidak dapat memandang mereka sebagai pembunuh.
Banyak laki-laki, terutama yang berada di lantai pertama dan kedua, yang dikenalnya hanya dari mukanya bukan dari namanya.
Apakah Karin mengenal salah satu dari mereka cukup baik sehingga dibiarkannya masuk ke rumahnya?.Sakura berusaha membayangkan apa yang akan dilakukan apabila seseorang yang dikenalnya mengetuk pintu di malam hari, mungkin mengatakan bahwa mobilnya mogok.
Sampai hari ini, mungkin ia akan membuka pintu tanpa ragu, hanya ingin membantu.
Si pembunuh, bahkan kalau ternyata orang asing, pasti telah menghancurkan rasa percaya itu, rasa aman dalam dirinya itu.
Sebelum ini mengira dirinya pintar dan waspada, bahwa ia tidak memberikan kesempatan, tetapi berapa sering ia telah membuka pintu tanpa menanyakan siapa yang ada di balik pintu? Ia bergidik memikirkannya sekarang.Pintu depan bahkan tidak punya lubang pengintip.
Ia baru melihat siapa yang ada didepan pintunya hanya jika ia menaiki sofanya dan menyingkirkan tirai, lalu memiringkan tubuh ke kanan.
Dan setengah pintu dapurnya bagian atas hanya terdiri dari 9 panel kaca kecil, yang bisa dengan mudah dihancurkan; lalu yang perlu dilakukan oleh penjahat hanya mengulurkan tangan ke dalam dan membuka kuncinya ia tidak memasang alarm, tidak punya apapun untuk melindungi dirinya____apapun! Yang paling bisa dilakukannya apabila ada yang mendobrak masuk rumahnya sementara ia ada disana adalah melarikan diri lewat jendela, dengan anggapan dia bisa membuka jendela itu.
Banyak yang mesti ku kerjakan, sebelum aku merasa aman di rumahku lagi.Ia bekerja setengah jam lebih lama dari pada biasanya, mengejar tumpukan dokumen yang makin meninggi selama dia absen.
Ketika ia menyebrangi lapangan parkir, ia memerhatikan hanya tinggal sedikit mobil yang masih ada, dan untuk pertama kalinya menyadari betapa berbahaya baginya pulang kerja selambat ini, sendirian.
Mereka bertiga Shion, Hinata, dan dirinya sendiri, seharusnya mengatur waktu kedatangan dan kepulangan mereka bersamaan dengan banyaknya orang, demi keamanan dan keselamatan mereka, ia bahkan belum memberitahu mereka bahwa ia berniat pulang kerja terlambat.Begitu banyak yang harus dipikirkannya sekarang, begitu banyak bahaya yang ternyata ada dalam hal-hal yang belum pernah dipertimbangkannya.
"Sakura!" .
Suara yang memanggil namanya itu menyadarkan kembali dari lamunannya, ada yang memanggilnya.
Ia berbalik, agak terkejut melihat Hana bergegas mengejarnya."Sorry" ia meminta maaf, meskipun ia penasaran apa yang diinginkan Hana.
"Aku sedang berpikir dan tidak mendengar mu tadi, ada masalah?" .Hana berhenti, tangannya yang anggun bergerak-gerak, ekspresi rasa tidak enak tampak diwajahnya "aku cuma____aku ingin bilang menyesal mengenai Karin. Kapan pemakamannya?"
"Aku belum tahu" ia merasa tidak sanggup lagi menjelaskan tentang autopsi itu.
"Saudari Karin yang mengaturnya" .Hanna mengangguk cepat "tolong beritahu aku ya. Aku ingin datang" .
"Ya tentu saja" .
Hanna kelihatan masih ingin mengatakan sesuatu yang lain lagi atau mungkin tidak tahu apa yang harus dikatakannya lagi; pokoknya ia tampak kikuk.
Akhirnya ia memutar badan dan bergegas ke mobilnya sendiri.
Rok panjangnya melayang di sekitar tungkainya.
Hari ini pakaiannya benar-benar parah, kain bermotif lavender yang sama sekali tidak sesuai dengan warna kulitnya dan kerah berkerut kecil.
Sepertinya diperoleh dari barang-barang obralan yang tidak laku, meskipun gaji Hana bagus___Sakura tahu persis berapa jumlahnya ____dan mungkin ia belanja di toko-toko bagus juga. Hanya saja ia memang tidak punya selera mode.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. PERFECT
Fiksi Penggemaroriginal story by. Linda Howard Apa syarat-syarat pria sempurna? Itulah topik yang asik dibahas Sakura Haruno dan ketiga sahabatnya suatu malam di restoran favorit mereka : Mr. perfect haruskah tinggi tampan, penuh perhatian, dan hangat - atau hany...