Original story by, Linda Howard.
🩰🩰🩰🩰🩰
"Kau mau kopi" tanya Sakura sambil membuka pintu dapurnya dan mempersilahkan Sasuke masuk.
"Atau es teh?" Tambahnya, berpikir gelas yang tinggi dan dingin yang dibutuhkan saat ini, ketika udara diluar panas menyengat."Teh" sahut Sasuke membuyarkan bayangan Sakura mengenai polisi yang hidup dengan kopi dan donat.
Sasuke melihat sekeliling dapur "baru beberapa Minggu kau tinggal disini, kok bisa-bisanya tempat ini terlihat berpenghuni dari pada punyaku?" .Sakura berpura-pura memikirkan hal itu "aku yakin itu namanya pembongkaran kardus" .
Sasuke mendongak ke langit-langit "kok aku tidak tahu?" Gumamnya pada tembok, masih mencari pencerahan.
Sakura mencuri beberapa kali pada laki-laki itu sambil mengambil dua gelas dari lemari dan mengisinya dengan es.
Darah dalam pembuluh nadinya terpompa, seperti yang selalu terjadi ketika Sasuke berada di sekitarnya, entah akibat marah, gembira atau bergairah, mungkin gabungan dari ketiganya.
Terkurung di dapur Sakura yang nyaman Sasuke bahkan kelihatan semakin besar.
Bahunya memenuhi pintu, dan ukuran tubuhnya membuat meja untuk empat orang dengan permukaan potongan keramik jadi mengecil."Untuk pekerjaan apa tadi kau diwawancara?" .
"Polisi pusat Divisi detektif lapangan" .
Sakura mengeluarkan wadah es dari kulkas lalu menuangkan ke dua gelas "pakai jeruk nipis?" .
"Tidak begitu saja" Sasuke mengambil gelas itu dari Sakura, jari mereka bersentuhan.
Itu cukup membuat puncak payudara Sakura mengeras dan menegak.
Tatapan Sasuke mengarah ke mulut Sakura "selamat" katanya.Sakura mengerjap-ngerjapkan mata "apa yang sudah kulakukan?" Ia berharap yang di maksud Sasuke bukanlah sebuah publishitas tentang list itu___eh, tahan, list itu.
Sakura belum melupakannya, sudahkah Sasuke membaca seluruhnya, tentu saja sudah."Kau belum mengumpat sejak tadi, padahal kita sudah bersama selama setengah jam. Kau bahkan tak memaki-maki saat kutarik keluar supermarket" .
"Sungguh?" Sakura tersenyum, senang dengan dirinya sendiri. Mungkin keharusan membayar denda itu berhasil berpengaruh pada alam bawah sadarnya.
Ia masih memikirkan banyak sumpah serapah, tapi tidak kena denda kalau ia tidak mengucapkannya, sudah ada kemajuan.Sasuke memiringkan gelas dan meneguk isinya Sakura memperhatikan, dan terpanah, sementara otot-otot leher Sasuke yang kuat bekerja.
Sakura berjuang meredakan dorongan hati yang kuat untuk merenggut pakaian lelaki itu.
Apa yang salah dengan dirinya? Ia pernah melihat para pria minum sepanjang hidupnya.
Dan belum pernah berakibat seperti ini pada dirinya, bahkan belum pernah dengan satupun ketiga mantan tunangannya."Lagi?" Tanyanya begitu Sasuke sudah meneguk habis isi gelasnya dan meletakkan gelas itu.
"Tidak, terima kasih" tatapan penuh hasrat itu menelusuri tubuh Sakura, berhenti pada payudaranya.
"Kau tampak luar biasa menarik dan gaya hari ini, apa ada acara istimewa?" .Ia tidak menghindar, walaupun masalah itu sangat sensitif. "Kami diwawancara untuk good morning America pagi ini___jsm empat pagi kalau kau bisa percaya, aku harus bangun tidur jam dua" omel Sakura, "padahal aku belum sempat tidur lelap" .
"List itu banyak dapat publishitas?" Tanya Sasuke, terkejut.
"Aku kuatir begitu" jawab Sakura muram. Lalu duduk di meja.
Sasuke tidak duduk diseberang Sakura, namun memilih kursi di sebelah Sakura. "Aku mengikutinya di web. Lucu juga _____ Miss C" .
Sakura ternganga melihat laki-laki itu "bagaimana kau bisa tahu?" Tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. PERFECT
Fanfictionoriginal story by. Linda Howard Apa syarat-syarat pria sempurna? Itulah topik yang asik dibahas Sakura Haruno dan ketiga sahabatnya suatu malam di restoran favorit mereka : Mr. perfect haruskah tinggi tampan, penuh perhatian, dan hangat - atau hany...