One

10K 513 8
                                    

Ailovi Ananda

Nggggmmm.... meregangkan tubuh, ngulet adalah hal wajib ketika bangun tidur. Aku menguap berkali-kali, mengerjapkan mata sambil menatap langit kamarku. Waktunya ngelamun mengingat mimpi tadi malam.

Drrtt....drrrttt....

"Halo"

"Baby, you wake up?"

"Hmm"

"Mandi, satu jam lagi aku tunggu di cafe"

"Baby, aku baru bangun tidur..."

"Then I'll pick up you now"

"Iya...iya... aku mandi"

Kalau gak ngebos, bukan tesa namanya. Aku tentu saja segera mandi. Waktu satu jam lebih baik dari pada di jemput tesa sekarang, ia bahkan bisa sudah berdiri di depanku sekarang.

Aku meminta pak tito untuk mengantarku ke cafe. Cafe ini 2 bulan terakhir menjadi tempatku dan tesa sering menghabiskan waktu luang tesa. Tesa masih sibuk dengan kerjaannya. Sedangkan aku yang sudah tak bekerja ini hanya berputar-putar di rumah, cafe & tempat les bahasa.

Aku membawa laptop dan beberapa buku. Persiapan ujianku berjalan baik, aku menikmati prosesnya walau banyak ngeluhnya. Terutama masalah bahasa, english. Aku harus menjadi aktif bicara bahasa ini.

Tesa, sayangku sudah duduk manis di kursi yang biasa kita duduki.

"Baby" bisikku. Aku melihat kanan kiri, memastikan tak ada yang melihat dan mencium pipi tesa.

"Lanjutin pembahasan kemarin!"

"Ah,.... aku baru bangun, aku buru-buru kesini, aku belum sarapan, terus kamu suruh belajar" keluhku. Tesa melirikku, ia memanggil pelayan. Aku menoleh ke arah tangan tesa, pelayan itu datang membawa makanan.

" thankyou baby" bisikku lagi. Aku tak perlu menunggu, tesa sudah siapin keperluanku, perhatiannya pacarku tak ada tandingan.

Tesa manusia pintar. Ia mengajariku sejak awal, materi-materi ia kuasai sehingga ia bisa menyalurkannya padaku. Tapi kedisiplinanya membuatku kesal, aku pacarnya tapi ia memperlakukanku seperti orang lain ketika belajar. Andai ia jadi guru, akankah ada siswa yang menyukainya?

"Masa masih ada yang salah sih, banyak lagi salahny"

Aku merengut kesal mendengar omelan tesa. Ia baru saja menilai hasil jawabanku. Aku mendapat nilai 85/100. Ia bahkan tidak puas dengan nilai itu.

"Baby, its 85" ucapku protes. Aku rasa nilai ini cukup untuk membawaku berada di antar mereka yang akan lulus.

Tesa menggeleng menggoyang telunjuknya ke kanan dan ke kiri.

"Kamu harus jadi yang terbaik"

Aku menopang wajahku dengan kesal. Aku membiarkan tesa membereskan buku dan laptopku. Meja ini pun mulai diisi makanan. Tanpa menunggu aku mulai makan.

"Baby, nanti malam aku makan bareng kak joy dan beberapa teman" ucapnya. Aku hanya melirik tanpa menjawab.

"Baby, aku anter kamu pulang sekarang ya. Aku harus balik ke klinik" tesa memelihat jamnya. Ia bersiap berdiri dari duduknya.

"Kk duluan aja, aku masih mau disini" jawabku datar. Tesa kembali duduk menatapku.

"Are you mad?"

"...."

" mau es krim?"

"Emangnya aku anak kecil?, udah gih sana ke klinik" ucapku semakin kesal.

"Baby, aku harus pergi sekarang" ucapnya. Aku menghela napas. Tesa meninggalkanku setelah mencium keningku.

Tesa pernah bekerja sama dengan kak joy saat perusahaan kak joy goyang. Kabar baiknya produk yang mereka luncurkan laku keras di lapangan. Perusahaan kak joy mulai stabil. Tesa yang menjadi salah satu investor pun kini ikut semakin sibuk mengembangkan bisnis mereka.

Aku yang selalu dirumah ini pun semakin jarang bertemu tesa. Pagi ia berangkat aku masih molor, siang kita ketemu seperti ini lebih banyak fokus belajarnya dibanding ngobrol, malamnya tesa kadang pulang cepat, kadang larut malam.

Aku menghempaskan tubuhku ke kasur. Melihat jam di layar hpku. Harusnya tesa sudah pulang. Aku turun menuju kamar tesa, tentu saja aku memiliki kunci kamar tesa.

Hmm, dia belum pulang. Aku masuk ke kamarnya dan tiduran di kasurnya. Aku dan tesa tidak tidur di satu kamar. Sesekali aku ke kamarnya, tesa ke kamarku, atau tidur di kamar masing-masing.

Klik... aku mendongak. Tesa tersenyum padaku. Ia meletakkan barangnya di meja dan menghampiriku. Ia menciumiku, aku berusaha menghindar.

"Masih marah?" Tanyanya. Aku membuang wajahku. Ia memutar kepalaku ke arahnya dengan kedua telapak tangannya, menahan kepalaku dan mencium bibirku.

"Kamu minum?" Tanyaku

"Sedikit" jawabnya tersenyum, ia menundukkan kepalanya menciumku lebih dalam. Aku mengecap rasa pahit sedikit manis dari bibirnya.

"Aku mandi dulu" aku terpaku ketika tesa meninggalkanku begitu saja. Apa dia sedang menjahiliku.

"Sayang, masih lama?" Tanyaku sedikit berteriak.

"Baru juga masuk by" sahut tesa, aku cekikikan. Aku membuka perlahan pintu kamar mandi, dan jalan berjinjit mendekati bathub.

"By, kamu..." tesa berhenti bicara melihatku melepas handukku di depannya. Ia menatapku. Aku tersenyum dan masuk ke bathub, aku duduk membelakanginya dan bergeser ke belakang hingga bersender di tesa.

"Kamu mau berendam juga" ucapnya memelukku.

"Gak, aku kangen kamu" ucapku mengecup bibirnya.

" maaf aku terlalu sibuk ya?" Tanyanya sambil menggosok bahuku. Aku mengangguk pelan.

" setelah ujian, ayo kencan"

Aku menoleh ke belakang, wajahku sumringah mendengar ucapan tesa.

"Beneran kak?"

"Um" tesa mengangguk dengan senyum manisnya. Aku memeluknya kegirangan. Namun aku teringat akan angka 85 di kertas jawabanku hari ini, aku melonggarkan pelukanku dan menatapnya serius.

"Walaupun belum pengumuman hasil?" Tanyaku memastikan

"Iya sayang" jawabnya menyentuh hidungku dengan hidungnya.

"Ah, terimakasih sayang" ucapku memeluknya lagi lebih erat, ku ciumi ia dengan semangat.

I Get Tachycardia When I'm With you (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang