Sixteen

3.4K 301 4
                                    

Theresa Patricia

Aku menghela napas berat. Lovi sedang ngambek padaku. Hal ini jauh dari ekpektasiku kalau ovi akan senang dengan yang sudah aku siapkan sejak dia di kanada.

Aku melirik ovi yang berada di seberangku. Biasanya ovi akan makan disebelahku. Aku berusaha bersikap biasa karna ada bapak, ibu dan geo.

"Bagaimana kliniknya vi?, bagus kan?" Tanya ibu.

"Bagus bu" jawab ovi singkat.

"Nak tesa bekerja keras buat bangun klinik itu, ibu bangga lihatnya"

"Iya, bapak juga bangga. Orang tua nak tesa ini bagus sekali ngedidiknya. Anaknya bisa cerdas dan pekerja keras begini"

Aku tersenyum malu mendengar pujian orang tua ovi.

"Pernah berminggu-minggu buat fokus disini, kalau usaha bagus, hasil juga bagus. Syukurnya klinik ramai. Nanti kamu selesai kuliah udah bisa handle klinik ini"

Aku terkejut mendengar suara sendok yang beradu dengan piring. Orang tua ovi juga, kami serentak melihat ovi yang beranjak membawa piringnya ke wastafel dan pergi ke kamar. Kami pun saling pandang.

Aku menyudahi makanku dan menyusul ovi ke kamar. Ia membuka laptopnya menonton drama dari sana.

"By, kenapa?" Tanyaku. Ovi tak bergeming. Ia membalik badannya membelakangiku.

"Aku minta maaf ya by, aku cuma berpikir tentang bahagianya aku bisa lakuin apapun yang terbaik buat kamu, buat keluarga kamu..."

"Ini salah satu proses untuk hubungan kita ke depan by, aku akan lakuin apapun untuk perluas jalan kita ke depan. Aku sayang banget sama kamu, aku gak mau kehilangan kamu, aku gak akan kehilangan hubungan ini"

Aku tersenyum ketika ovi berbalik menatapku. Ku genggam kedua tangannya dan duduk lebih dekat dengannya.

"Aku ngelakuin ini bukan karena aku mandang kamu rendah, tapi karena menghargai kamu sangat amat tinggi. Aku minta maaf kalau aku buat kamu sedih, sekarang terserah kamu, aku ikut mau kamu by" aku menatap kekasihku ini, ia menundukkan kepalanya, menghela napas dan menatapku lagi.

"Kak, dari awal aku masuk di kehidupan kk. Kk udah banyak bantu aku dan keluargaku. Mami,papi, kak joy. Semunya baik banget kak. Aku gak mungkin bisa nerima lebih lagi kak, aku gak sanggup nerimanya"

Aku menggigit bibirku, suara ovi bergetar.

"Hey, kamu inget aku pernah bilang. Aku ngelakuin semuanya karena aku mau. Aku gak ngerasa terbebani sedikitpun, begitupun keluargaku.."

"By, kamu itu punya aku. Aku punya kamu. Selama kamu percaya sama aku, percaya hubungan kita, kita akan selalu bergantung. Aku butuh kamu, kamu butuh aku. Apa yang aku punya itu milikmu, apa yang kamu punya itu milikku juga"

Aku mengatakan hal ini dengan tulus. Aku serius dengan hubungan ini. Aku sangat mencintai gadis ini. Ia cinta pertamaku. Ia membuat ku bisa melakukan hal bodoh, aku bisa menangis di depannya, aku bisa cemburu, aku menunjukkan rasa cintaku sepuasku.

"Apa aku berhak dapat semua kebaikan kk?"

"Sayang, kamu berhak dan pantas dapat semuanya dari aku. Hanya dari aku!" Ucapku. Air mata ovi mulai menetes.

"Aku takut kecewain kk"

"Aku takut aku yang ngecewain kamu. Aku takut kamu ninggalin aku. Aku takut kamu bosan, kamu nyerah dengan aku. Aku takut kamu gak sabar denganku"

Aku sadar dengan sikapku. Aku tidak bisa terlalu berekspresi. Aku tidak bertindak seperti banyak orang. Aku hanya fokus ke kerja dan kerja. Aku jarang tertawa, apalagi menangis.

I Get Tachycardia When I'm With you (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang