Nine

3.8K 359 4
                                    

Aku duduk di depan tv menunggu ovi bersiap untuk pergi ke acara airin. Aku ingin tahu siapa airin. Apakah ia murni hanya ingim berteman dengan ovi, atau dia ingin lebih.

"Ready?" Tanyaku ketika ovi keluar kamar.

"Umm" ovi mengangguk. Aku memperhatikan ovi dari atas hingga ke bawah. Aku beranjak mendekatinya, ku tatap wajahnya. Ia cantik, seperti biasanya. Namun aku tak menyukai ketika ia berdandan bukan untukku. Aku menyentuh pita dirambutnya.

"Kamu semakin cantik pakai ini, aku gak suka" kataku melepas pita itu. Ovi hanya diam menurut.

Tak lama taxi yang kami tumpangi sampai di alamat yang airin beri ke ovi. Aku memperhatikan sekitar yang tampak tenang. Kami berjalan masuk. Aku melihat sudah ada beberapa orang disana yang ngobrol dan minum.

"Hai vi, akhirnya datang juga" airin menyambut kami. Ia memeluk ovi dan menerima bingkisan kecil yang ovi bawa.

"Sorry ya, aku gak sempat cari kado yang kamu suka. Aku cuma bisa beli itu"

"Ini juga udah cukup, kamu datang malam ini juga lebih dari kado"

Aku menyipitkan mataku mendengar ucapan airin.

"Ayo gabung sama yang lain, enjoy" ucapnya melirikku. Aku hanya diam tak membalas senyumnya. Aku duduk di tempat yang tak ada orang.

"Mau makan?" Tanya ovi yang baru tiba menghampiriku membawa minuman. Aku menggeleng pelan menerima gelas itu.

"Vi, sini yuk foto"
Airin yang berada di antara teman-temannya memanggil ovi. Ovi pun menghampiri mereka. Aku hanya duduk memperhatikan ovi. Mereka ini teman airin, namun ia bisa berbaur dengan baik.

"Kak makan dulu ya" ucap ovi membawa makanan padaku.

"Hmm, kk mau yang lain?, biar aku ambil" tanya ovi.

"Gak perlu vi, aku udah masakin"
Airin tiba di belakang ovi. Aku menatapnya. Ia meletakkan piring berisi udang dan yang lain di depan ovi

"Ini baru aku panggang, hati-hati masih panas" ucapny. Ia duduk di samping ovi.

"Ayo makan vi, belum ada makan apa-apa kan dari tadi?. Tenang aja aku bisa panggangin lagi buat kamu" ucap airin. Aku memperhatikan mata airin yang tak lepas dari ovi.

Ovi mulai menikmati makannya. Aku hanya makan beberapa yang ovi beri untukku.

"Ah, susah ya. Sini aku bukain" airin mengambil udang dari tangan ovi dan mengupas kulitnya untuk ovi.

"Thankyou rin" ucap ovi, airin tersenyum membalasnya.

"Aku ke toilet dulu ya" ucap ovi setelah menyelesaikan makannya, ia menatapku, aku mengangguk membiarkannya pergi sendiri.

"Kamu sepupu ovi?, setauku dia cuma punya satu adik cowok" airin memulai percakapan denganku. Aku menoleh menatapnya.

"Kalau hanya sepupu kenapa sepertinya dia berhati-hati sama kamu, melayani kamu juga" lanjutnya.

"Melayani?" Tanyaku.

"Umm,. Aku perhatiin dia sediain minum kamu, makan kamu, atau kamu canggung disini buat ambil yang kamu butuhin sendiri?"

Aku menggertakkan gigiku. Aku tidak menyukai percakapan ini. Entah kenapa hatiku terasa sakit. Mataku melihat sisa makanan ovi, aku mengutuk diriku yang bahkan tak bisa membukakan kulit udang untuk ovi.

"Kamu dekat dengan ovi?" Tanyaku

"Hmm, lumayan. Kita berteman dari hari pertama di kampus. Aku tertarik dengan namanya juga. Namanya cantik, ya secantik orangnya" airin tertawa pelan sambil mengunyah makanannya.

"She is good friend, aku suka habisin waktu sama ovi" lanjutnya.

"Hmm, berarti kalian hanya sekedar teman" ucapku santai

"Umm, untuk sekarang. Aku tertarik dengan kepribadiannya. Dia cantik, baik, perhatian, matanya aku suka, senyumnya juga manis" ucap airin menatapku, aku juga menatapnya tak melanjutkan percakapan ini.

"kk udah siap makan?" Tanya ovi yang baru tiba. Ia membereskan alat makanku.

"Mau minum lagi gak?" Ovi mengambil gelas kosong yang aku pegang. Aku menahan gelas itu dan menatap ovi tajam.

"Aku bisa sendiri" jawabku. Aku berdiri dan meninggalkan ovi. Aku mengisi penuh gelasku dengan wiski dan menghabiskannya. Dadaku terasa panas melihat ovi yang ngobrol dengan airin.

Moodku semakin buruk. Aku tak ingat menghabiskan berapa gelas minuman. Aku tidak sampai mabuk, hanya saja aku memejamkan mataku sepanjang jalan pulang. Sampai apart aku juga jalan mendahului ovi, masuk kamar, mandi dan tidur.

*****
Aku bangun dengan mood tak baik. Kepalaku juga terasa berat. Aku melihat sekitar kamar, ovi tidak ada. Aku masih berbaring, menunggu sakit kepalaku berkurang.

"Kk udah bangun?, makan dulu ya" aku menoleh ke ovi yang baru masuk membawa mangkuk dan gelas. Aku bangkit duduk bersender.

"Kamu gak kuliah?" Tanyaku.

"Kuliah, tapi kk demam. Aku gak mungkin ninggalin kk" ucapnya. Aku terdiam, ovi mulai mengaduk bubur itu dan menyuapkannya padaku. Aku teringat ucapan airin "melayani".

"Aku bisa sendiri" aku mengambil mangkuk dan sendok dari tangan ovi.

"Kamu kuliah aja" kataku sambil menyuap bubur ini ke mulutku.

"Gak apa kak, aku bisa izin hari ini. Aku akan bilang airin" ucapnya. Aku memanas mendengar nama itu.

"Kamu kuliah aja vi" aku menekan ucapanku agar ovi tau aku serius. Ovi diam menatapku.

"Aku bisa urus diriku sendiri" ucapku lagi mengalihkan mataku darinya.

"Kk kenapa?, aku ada salah lagi?"

Aku tak menjawab, aku juga tak lanjut makan. Aku hanya mengaduk-aduk makananku. Ovi berdecak dan beranjak meninggalkanku. Aku menghela napas berat, ku ambil obat yang udaj disiapin ovi dan meminumnya.

Aku membuka mataku, kepalaku sudah tak seberat pagi tadi. Aku melihat mangkuk dan gelas sudah tak ada, ah ovi pasti membereskannya. Aku jalan perlahan keluar kamar. Ovi pasti sudah ke kampus. Aku duduk di sofa dan menyalakan ipadku.

Ovi pulang membawa banyak barang. Ia langsung sibuk di dapur. Aku meletakkan ipadku dan menghampirinua

"Vi, kamu gak usah masak lagi buat aku. Kita bisa delivery, atau makan diluar" kataku. Ovi tak menjawabku, ia masih sibuk menyiapkan bahan makanan.

"Vi" aku menggenggam tangannya, ovi berhenti.

"Kenapa?, kk gak suka masakan aku?" Ucap ovi.

"Bukan"

"Lalu?, kk kenapa?" Ovi berbalik menatapku. Aku gugup menatap matanya.

"Aku bisa urus diriku sendiri, kamu gak perlu repot masakin aku. Kalau lapar aku bisa makan roti, sereal, susu, buah. Atau aku juga bisa beli makanan, aku gak mau kamu ngelayanin aku" jelasku. Aku terperangkap di mata ovi, ia menatapku tajam. Wajahnya memerah, ia menarik tangannya dariku.

"Aneh, aku juga biasa lakuin ini tiap kita bareng. Kenapa sekarang ini jadi masalah?"

Aku menelan air liurku. Aku mengalihkan mataku darinya.

" Aku akan melakukan semuanya sendiri sekarang. Kamu gak perlu masak buatku, kamu gk perlu bantuin keperluanku sekecil apapun" ucapku. Ovi berdecak, ia menghentakkan kakinya menabrak bahuku dan pergi dari hadapanku. Aku menundukkan kepalaku dan menghela napas.

Aku tak terbiasa melakukan beberapa hal. Dari kecil aku selalu dibantu buk asih. Makan, minum, segalanya dibantu buk asih. Ketika di kanada, aku juga lebih banyak melakukan hal-hal instan yang tak akan merepotkan diriku.

Ovi adalah wanita mandiri, ia jauh lebih baik dariku dalam hal mengurus diri. Ia merawatku dengan baik. Aku sadar ucapan airin benar. Seharusnya aku yang memperlakukannya dengan baik, dia kekasihku, harusnya aku yang menyiapkan makanan untuknya, merawatnya dan melindunginya.

"Bu, tiketnya jadi dibeli besok?"
Aku membaca ulang pesan reyna. Aku menggigiti ujung kukuku. Aku menutup hp ku dan berbaring di sofa. Aku harus segera balik ke jakarta, namun aku berat meninggalkan ovi dengan keadaan begini.

I Get Tachycardia When I'm With you (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang