Twenty six

4K 364 11
                                    

Aku berdiri di depan meja rias ovi. Memperhatikan ovi yang sedang merapikan kasurnya. Ia mengambil selimut tambahan dan memberiku baju serta handuk.

"Mau mandi kapan kak?"

"Ha?"

"Mau berdiri terus?, mandinya kapan?"

"Oh, ok" aku bergerak mandi. Harum sabun ovi melekat di tubuhku, begitu juga shampoonya.

Aku berbaring di samping ovi yang sedang telungkup menonton film yg belum beres tadi. Aku melirik ovi. Wajah cantiknya membuatku gugup. Mataku turun ke lehernya dan berhenti di dadanya, aku berpaling, ku ambil ipadku menyibukkan pikiranku dengan hal positif.

"Akhirnya beres" ucap ovi sambil menutup laptopnya. Ia berbalik menghadapku dan menaikkan selimutnya. Ekor mataku menangkap ovi yang memperhatikanku.

"Mau tidur?" Tanyaku tanpa melihatnya.

"Kk belum mau tidur?" Tanyanya balik.

"Hmm, belum sih" jawabku

"Ok"

Aku menahan diriku untuk menoleh. Aku masih terkesan sibuk dengan ipadku. Ekor mataku masih menangkap ovi yang menatapku, aku membiarkannya. Aku menghidupkan lagu ballad untuk mengisi keheningan kami.

Aku merrgangkan tubuhku. Menutup ipadku. Aku menoleh ke arah ovi yang sudah tidur. Aku berbalik ke arahnya, posisi kami berhadapan. Aku memoerbaiki selimutnya, merapikan rambutnya, dan memandanginya.

Gadisku semakin dewasa, sebentar lagi dia akan berumur 24 tahun. Wajahnya juga semakin cantik. Ovi membuka matanya, aku terkejut. Mataku terperangkap dimata indahnya. Aku salah tingkah, wajahku memerah.

"Good night" ucapku spontan, aku memutar tubuhku hingga membelakangi ovi. Aku menarik selimut dan menutup mataku.

*****
Aku sudah bersiap berangkat ke klinik. Namun aku harus singgah ke hotel untuk ambil koper dan chekout. Aku ditemani oleh ovi, ia juga ikut masuk ke hotel.

Dari hotel kita langsung ke klinik. Aku telah mengatur meeting jam 09.00 ini, tapi sepertinya kita akan telat. Aku memasuki ruangan meeting yang sudah penuh. Ruangan yang berisik jadi senyap ketika aku masuk.

"Halo, selamat pagi semuanya. saya gak  akan berbasa basi, mulai besok posisi manager akan diisi oleh orang yang mungkin sudah kalian kenal. Saya tidak akan mengurusi klinik secara personal lagi, semua yang berkaitan dengan klinik ini akan di handle oleh manager"
Aku memperhatikan para pekerjaku.

"Ada yang mau kamu sampein?" Tanyaku ke lovi.

"Halo, kenalin saya ailovi, kalian bisa panggil saya ovi, lovi. Hmm, ini pertama kali saya kesini, walaupun mungkin temen-temen udah bosen duluan liat wajah saya terpampang di klinik ini. Saya minta kerja samanya, terima kasih"

Aki menahan senyumku memdengar ovi bicara. Ini pertama aku mendengarnya public speaking. Suaranya lebut, ceria. Sangat berbeda denganku.

"Tolong kerja samanya, ini klinik terbaru dari yang saya buka. Kunjungan pasien kita juga bagus. Tolong kinerjanya yang sudah ok dipertahanin, yang masih berantakan diperbaiki. Saya akan tetap inspeksi klinik. Tolong supervisor dan manager laporan harian dan bulanan harus rapi, mungkin kalian sudah dengar dari cabang yang lain kalau saya tidak main-main jika berurusan dengan perusahaan"
Aku menatap tajam ke semua yang hadir disini.

"Ok, saya rasa cukup. Selanjutnya boleh diambil alih maneger dan supervisor" ucapku beranjak dari dudukku. Aku mendekati ovi dam berbisik di telinganya.

"Aku tunggu di atas"

Aku langsung keluar ruang meeting membiarkan ovi mengambil alih. Aku kembali ke ruanganku. Aku menunggu disana sambil meminum kopiku, tak ada yang perlu aku kerjakan, tugasku sudah selesai disini.

"Sudah selesai?"
Aku beranjak dari dudukku, ovi mengangguk dan duduk bersandar di sofa.

"Kak banyak juga yang mesti di pelajarin" ucapnya

"Iya, nanti aku bantu rangkumin biar kamu lebih mudah mahaminnya" ucapku

"Hmm baiknya" ovi mencubit hidungku, aku tersenyum tipis. Kebiasaan ovi tak hilang. Ia sangat imut. Jariku bergerak menyentuh dagu ovi, lalu naik menekan lembut bibir bawahnya, ovi menatapku.

"Kenapa bibir kamu kering" aku memgambil lip balm dari saku bajuku. Aku memakaikannya di bibir ovi.

"Cantik" ucapku. Aku menatap bibir ovi yang mengkilau, mulutnya sedikit terbuka. Aku menatap ovi, matanya seperti menarikku. Aku mendekat, napas kami beradu. Hangat napas ovi membuat jantungku tak karuan. Bibirku semakin dekat, aku menutup mataku. Aku akan mencium ovi untuk pertama kalinya. Tapi, apakah ini boleh?. Ovi tidak menolak, haruskah aku menciumnya?. Tapi aku orang asing. Aku..

"Ayo makan, aku lapar" kataku pelan. Aku berdehem dan beranjak dari sana. Ku masukkan lipbalm kembali ke saku dan menyambar tasku.

"Ayo" kataku pada ovi yang masih duduk.

*****

Ovi sudah masuk. Aku memarkirkam mobil dulu ke samping rumah ovi. Bapak dan ibu sepertinya sudah dikamar, begitupun geo. Kami pulang telat hari ini, aku harus membantu ovi merangkum kerjaan, karena besok aku akan kembali ke jakarta.

Ovi sedang mandi, aku duduk di kursi meja rias ovi, menunggu giliran untuk mandi sambil memainkan hp.

"Kak, udah"
Aku menoleh ke ovi yang baru keluar, ia hanya menggunakan handuk di tubuhnya dan kepalanya. Aku menelan air liurku melihat leher ovi. Aku mengalihkan mataku dan segera mandi.

Usai mandi, lagi-lagi aku melihat ovi yang posisinya menggoda buatku. Ia memakai daster minim.

"Sini ku bantu" ucapku memgambil alih hair dryer. Shampoo ovi memanjakan hidungku. Darahku berdesir ketika tanganku menyentuh tengkuk lehernya.

"Terima kasih kak" ovi membereskan hair dryer. Aku berbaring di ranjang, aku akan tidur.

"Kakak udah tidur?"

Aku membuka mataku perlahan, aku merasakan ovi menyentuh punggungku, aku berbalik ke arah ovi. Mata kami bertemu.

"Kenapa?, kamu belum ngantuk?"

"Udah kak"

"Lalu?"

"Aku mau puasin lihat kk"
Aku terdiam. Ucapan jujur ovi menyentuh hatiku.

"Vi, apa yang sedang kita lakukan?. Kita gak boleh seperti ini. Harusnya kita jaga jarak" kataku. Raut wajah ovi berubah, ia murung menurunkan pandangannya dariku.

"Aku cuma mau lebih lama bareng kk, apa itu salah?"

"Sebagai apa?, teman? Kakak?. Kalau alasannya itu, kamu gak salah" jawabku. Ovi kembali menatapku, tatapannya sendu, tangannya menyentuh pipiku. Aku menahan diriku untuk merespon, aku berbalik membelakanginya. Jantungku berdetak kencang sekarang.

Ovi menyentuh punggungku, tidak. Ia membelai, aku menutup rapat mataku. Please stop vi, aku gak bisa nahan ini lebih lama. Aku merasakan ovi bergerak mendekat, ia memeluk pinggangku, ia meletakkan kepalanya di leherku.

"I Miss you so much"
Suara ovi bergetar. Aku membuka mataku, aku merasakan gerakan dada ovi, napasnya hangat di leherku.

"Sorry kak" bisiknya lagi, suara ovi mulai serak. Aku berbalik menghadapnya, wajah kami sangat dekat. Mata ovi berkaca-kaca, apakah ia akan menangis?.

Aku mendekat dan menciumnya. Akhirnya pertahananku runtuh, aku menciumnya. Aku melepas bibirku, mata kami saling tatap lebih lama, tangan kami saling membelai pipi, aku tak tahu apa yang dipikiran ovi, yang jelas aku ingin lebih menyentuhnya.

"Miss you" ucap ovi lagi sambil menciumku. Aku menarik ovi lebih dekat ketika ia akan melepas bibirnya. Aku tak akan membiarkan ini hanya sekedar ciuman biasa. Aku menciumnya dengan penuh cinta, yeah. Rasaku selalu sama, cintaku tak pernah berkurang padanya.

Rasa rindu menakhodai kami malam ini. Aku melepas ciuman ini. Kami harus berhenti sebelum semakin mabuk. Aku melihat ovi, ia menginginkan lebih, ia menciumi leherku.

"Vi, kita dirumah bapak ibu" bisikku untuk menenangkan ovi. Ovi berhenti, ia mendesah pelan. Aku memeluknya, mencium ujung kepalanya. Kita harus tidur.

I Get Tachycardia When I'm With you (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang