Eighteen

3.4K 312 4
                                    

Hari sudah menjelang sore. Kita masih nginap di hotel yang sama. Aku dan Tesa sudah siap dengan pakaian renang, kami langsung saja terjun ke air. Walau suasana bali panas sejak pagi, tapi air kolam sejuk.

Karena mulai sore, yang berenang pun mulai ramai. Tesa tak lama di dalam air, ia berenang kesana kemari sekitar 15 menit, lalu ia naik dan berbaring santai menikmati mocktailnya sambil menunggu sunset.

"By, malam ini gak boleh mabuk loh" kataku mengingatkan tesa.

"Kenapa? Kesal ya kemarin gak ngapa-ngapain?"

"Ih, kesana mulu mikirnya" aku melempar handuk ke arah tesa. Ia tertawa renyah.

"Iya by, kita dinner ya"

Malamnya kita bersiap buat berangkat dinner. Tesa menyetir dengan tenang menuju resto yang ia mau.

"By, steak disini enak banget. Kamu wajib coba deh" bisik tesa. Aku memgangguk meminta menu recomend dari tesa.

Aku menikmati makan malam ini. Aku membiarkan tesa menikmati segelas wineny, aku tak mengijinkannya memesan satu botol.

"Hai vi"

Aku terbatuk melihat airin yang berdiri di sisi meja kami. Ia sedang bersama wanita cantik lebih pendek darinya.

"Boleh gabung?" Tanya airin. Aku menoleh pada tesa. Tesa masih diam, meminum winenya lalu mengangguk.

"Kamu gak ngabarin aku sih? Kan aku ajak makan siang?" Ucap airin setelah memesan makanan mereka.

"Sorry rin, aku lupa. Kita juga gak makan siang, soalnya sarapannya juga kesiangan" jelasku.

"Oh, ok. Kebetulan banget ketemu disini. Oh iya, kenalin temen aku"

Aku menoleh pada wanita yang duduk di sebelahku. Aku mengulurkan tangan dan berkenalan.

"Umm kak, vika ini dokter juga. Kerja di RS daerah denpasar"

"Salam kenal dok" vika mengulurkan tangannya yang disambut tesa dengan senyum tipisnya

"Saya salah satu pasien di klinik kecantikan dokter" lanjut vika

"Terima kasih dok" ucap tesa. Aku melirik vika yang tertarik ngobrol dengan tesa.

"Gak praktik di bali dok?, mau dong sekali konsul ke dokter"

"Umm, saya di jakarta dok. Cabang yang pegang biar sejawat yang lain"

"Wow, berarti harus ke jakarta saya dok?"

"Khusus VIP vik" kataku memotong serunya pembicaraan mereka. Vika menoleh padaku, ia menarik senyum lebarnya.

"Bisa lah vik, seberapa sih biaya vip" airin menggoda vika. Aku tak suka dengan obrolan ini. Vika tak melepas pandangannya dari tesa. Aku memperhatikan tesa yang menawan dengan pakaian, aksesoris dan rambut hitamnya. Ah tentu saja orang akan terpikat melihatnya.

"Ok, nanti kalau saya ke jakarta bisa ya dok ditangani langsung dengan owner?" Tanya vika

"Boleh, saya di klinik setiap hari. Nanti reservasi aja di admin"

Aku mendengus kesal mendengar tesa malah memperjelas akses bertemu dengannya. Tapi tak salah juga sih, ini kan pekerjaan tesa. Pasien vip adalah surganya.

Tesa memanggil waitress untuk mengisi ulang winenya.

"Kak tesa harus kurangin minum deh, apalagi kalau lagi pergi berdua dengan ovi" ucap airin. Tesa menatapnya, lalu menoleh padaku.

"Maksud kamu?"

"Gak inget tadi malem?, kalian hampir aja diganggu sama cowok brengsek. Kk mabuk, ovi susah payah bawa kk ke hotel" jelas airin. Aku melihat tesa, wajahnya menegang.

I Get Tachycardia When I'm With you (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang