Kak joy & mami membawaku ke kamar yang pernah menjadi kamarku. Aku masih menangis di pelukan mami.
"Bapak ibu kamu sudah di hotel vi, papi juga udah pesenin tiket ke palembang besok pagi" ucap kak joy setelah menutup telponnya
"Kamu tenang ya" ucap mami
"Besok aku balik palembang ya mi" kataku. Mami menggeleng.
"Gak, kamu harus kembali ikut mami ke kanada. Kamu harus selesain kuliah kamu, dengan begitu mami bisa ketemu ibu kami tanpa malu"
"Tapi mi, ibu bapak..."
"Kita akan bantu tenangin. Kamu fokus sama kuliah kamu dulu.."
Aku menatap mami yang khawatir, aku masih menangis merasa bersalah.
"Mami minta maaf ya, mami akan bicara sama orang tua kamu, mami juga akan bicara sama tesa. Mami minta maaf tesa lepas kontrol. Kamu istirahat dulu, besok beres-beres. Kita balik ke kanada besok malam"
Aku menghentikan tangisku dan mengangguk. Mami memelukku sebelum pergi.
"Kamu tidur sama aku aja disini vi" ucap kak joy. Aku meminum air yang diberi kak joy. Aku menarik napas dalam dan menhembuskannya perlahan. Kepalaku mulai pusing karena kelamaan nangis.
"Vi, aku boleh kasih saran gak?" Ujar kak joy sambil duduk disampingku.
"Sebelum tesa nyatain perasaan, dia cerita ke aku. Aku tahu dia serius sama kamu, dia gak pernah main-main. Dia tahu hubungan kalian beresiko, dia juga siap untuk itu. Kamu paham gimana tekad nya tesa"
"..."
"Saranku, kalau terlalu berat dan susah buat bertahan, lebih baik disudahi. Kamu takut kan?, kamu takut keluarga kamu marah, kamu takut pandangan orang. Kalau terus bertahan dengan rasa takut, itu hanya nyakitin kalian berdua"
Aku menunduk merenungi ucapan kak joy. Aku memalingkan wajahku ke arah jendela.
Tok..tok...
Kak joy membuka pintu. Tesa sudah berdiri disana. Mataku bertemu dengan matanya, aku memalingkan wajahku.
"Vi, aku ke bawah" kak joy meninggalkanku dengan tesa.
Aku masih duduk di tepi ranjang, tesa berlutut di depanku. Ia menggenggam kedua tanganku. Aku tak bisa menatapnya, aku gak kuat.
"Baby"
Aku menggigit bibirku mendengar suara serak tesa, apa dia juga menangis?.
"Say something by" ucapnya lagi.
"Aku mau putus kak"
Hatiku sakit mengatakan ini. Lebih sakit melihat tesa yang kaget. Tesa terlihat panik, wajahnya memerah. Tesa menggenggamku lebih erat. Aku menunduk menatapnya yang masih berlutus di depanku.
"By, dont say that. I'm sorry by" ucapnya. Air mataku menetes lagi.
"Aku gak pantes kak, aku gak bisa bertahan sama hubungan ini. Aku takut kak"
"Aku cinta sama kamu by, kita akan baik-baik aja, aku janji akan selesain ini"
"I Can't"
"By, aku gak bisa putus sama kamu, aku sayang kamu. Aku harus apa?, aku akan lakuin apapun. Please jangan putus sama aku"
"Aku yang salah kak, aku gak bisa terus-terusan nyakitin kk karna harus sembunyi. Aku takut kak"
"Ok, aku akan ikutin mau kamu by. Aku akan bilang ke orang tua kamu kalau kita gak pacaran, aku gak akan bilang ke orang-orang tentang hubungan kita. Kita baik-baik aja ya. Please"
Air mataku semakin deras mendengar tesa. Aku juga mau bebas, bebas mencintainya tanpa takut. Tapi..
"Please kak, aku gak bisa. maaf" ucapku dengan tangis, aku menundukkan kepalaku lebih dalam. Aku menyesal, aku bersalah, aku bodoh, aku pengecut. Aku gak bisa berkata apa-apa lagi.
Genggaman tesa terlepas perlahan. Aku mengepal kedua tanganku di atas paha. Hatiku semakin sakit ketika melepas tangan yang selalu menggenggamku. Tesa menangis, kami menangis bersama saat ini.
*****
Aku membereskan barangku yang akan kubawa kembali ke kanada. Dadaku terasa ditimpa batu yang besar, terasa sesak. Aku menyusuri tiap inch kamar ini, kamar tesa, kamarku dan tesa berbagi cerita dan cinta. Kamar yang semula abu-abu, kini lebih berwarna.
Melihat perubahan ini menandakan aku bukanlah sebentar disini. Banyak kenangan yang terukir. Ciuman pertamaku dengan tesa. Mandi bersama tesa pertama kali. Aku memejamkan mataku, menyerap semua memori agar melekat diingatanku.
Tesa tak dirumah, ia berangkat ke klinik seperti biasa.
Aku menatap keluar jendela mobil. Aku duduk di belakang tesa yang menyetir mengantarkanku, mami dan papi ke bandara. Aku lebih tenang karena bapak ibu sudah di palembang dengan aman. Berterima kasih pada papi yang mengurus itu semua. Satu-satunya kegelisahanku sekarang adalah meninggalkan tesa.
Tesa sudah selesai membantu kami. Ia juga sudah berpamitan dengan kedua orang tuanya. Tanpa menatapku ia berbalik sedikit menjauh untuk melihat menunggu kami selesai imigrasi.
"Vi, coba kamu ngobrol dulu sama tesa. Biar mami papi yang antri" ucap mami. Aku melihat antrian yang cukup panjang. Aku pun menghampiri tesa. Ia menatapku, tatapan dalamnya membuatku ingin memeluknya.
"Aku pamit ya kak" hanya ini yang terlintas di pikiranku. Tesa diam, aku tahu ia sedang menahan diri.
"Aku akan lulus dengan nilai terbaik" ucapku berusaha tersenyum. Tesa masih diam, aku menghela napas pelan dan berbalik menghampiri mami papi, setidaknya aku sudah berbicara dengannya.
"Vi"
Aku menghentikan langkahku. Tesa berjalan ke arahku, jantungku berdegup kencang melihat tesa berjalan ke arahku. Ia memelukku erat, aku terkejut ketika dengan keras menubruk tubuhnya.
"Take care" ucap tesa pelan. Ia memelukku sangat erat dan bertahan beberapa menit. Tesa melepas pelukannya dan memegang kedua bahuku.
"Pergilah vi, kapan kamu ingin pulang, pintuku tidak pernah tutup untuk kamu. Kamu bisa kembali ke rumah kita kapanpun. Aku akan menunggumu, sampai tiba saatnya kamu mencintaiku tanpa rasa takut. Tapi, jika waktu itu tidak pernah ada. Jangan merasa bersalah, karena aku yang memilih mencintaimu dengan sepenuh jiwa ragaku.
Terima kasih kamu bertahan mencintaiku sampai saat ini. Aku.. aku akan menunggumu"Air mataku tak terbendung lagi. Hatiku sakit sekali mendengar ucapan tesa. Betapa besar hatinya untukku, ia mencintaiku dengan sepenuh hati. Sedangkan aku, aku mengutuk diriku berkali-kali karena tak bisa membalas semua hal yang telah tesa beri.
"Maaf kak" ucapku memeluknya erat sebelum kembali ke mami papi. Aku berbalik, melangkah tanpa menoleh lagi ke tesa. Air mataku menetes lebih deras, aku memeluk mami dengan erat.
Aku duduk bersama mami. Mami memperlakukanku dengan hangat. Ia selalu tersenyum dan menepuk punggung tanganku dengan lembut.
"Jangan khawatir, mami akan selalu ada buat kamu dan tesa. Mami sejak ijinin hubungan kalian, sejak itu mami putuskan akan selalu dukung kalian. Mami tahu ini berat, tapi kalian sudah dewasa, kalian mampu lewatinnya"
"...."
"Kalian masih pacaran atau tidak, itu gak akan ngaruh ke mami. Mami tetap anggap kamu seperti anak mami, mami tetap sayang kamu"
Ucapan mami menenangkanku. Aku bersyukur mami sebaik ini. Keluarga ini begitu besa dan lapang hatinya. Sedangkan aku, aku taku mengecewakan mereka. Keluargaku, mereka tidak tahu apa-apa. Mereka hanya tahu dua keluarga berteman baik karena persahabatan ibu dan mami, tak pernah terpikir dua anak gadis mereka akan jatuh cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Get Tachycardia When I'm With you (2)
Romance(GxG) Aku adalah seorang perawat di salah satu klinik kecantikan milik anak sahabat ibuku. Aku dan dia jatuh cinta. menjadi sepasang kekasih ketika kita sama-sama wanita tentu sulit. Aku dan dia bergenggaman tangan, menyusuri jalan langkah demi lang...