twenty three

3.9K 377 5
                                    

Ailovi Ananda

Sesampainya di kanada hidupku berubah. Tak ada keceriaan dalam hariku. Aku memilih menyendiri di luar kegiatan kampus, namun ketika dikampus aku menyibukkan diri mengikuti berbagai organisasi kemanusiaan untuk mengisi waktu.

Aku dan airin tidak lagi berteman, lebih tepatnya aku menjaga jarak dengan airin. Aku tahu beberapa kali airin ingin mengajakku bicara, namun sebisa mungkin aku tak bertemu dengannya.

Setelah airin menyatakan perasaannya, bagaimana aku bisa bersikap biasa saja. Mengingat perdebatan malam itu, aku tidak menyangka airin akan nekat.

Aku memutuskan hubunganku dengan tesa. Aku melakukamnya dalam keadaan sadar dan penuh tekanan. Aku menyesalinya?, tentu saja. Karena aku pun sangat mencintainya.

Sejak hari itu komunikasiku dengan tesa benar-benar putus. Aku tidak pernah tahu keadaannya, mami dan papi pun tak pernah bahas tesa di depanku. Aku ingin sekali memdengar secara tak sengaja apapun tentang tesa, walaupun hal sepele.

Hari berlalu begitu saja. Waktuku di kanada akan usai. Aku telah menyelesaikan tesis dan ujian akhirku. Aku berharap hasilnya memuaskan, sesuai dengan usaha yang aku lakukan. Aku mati-matian belajar untuk selesai lebih awal.

Aku memandang wajahku di cermin. Aku sedang memakai pakaian terbaikku. Aku akan memakai toga kampus. Aku tersenyum tipis, bangga dengan diriku.

"Sudah siap?" Tanya mami dari balik pintu. Ah iya, aku sudah tinggal dengan mami papi sejak kembali ke kanada. Mami bilang ingin menemaniku. Mami papi juga akan mendampingiku wisuda.

"Sudah telpon ibu?" Tanya mami memperbaiki togaku.

"Sudah mi"

Orangtuaku tak bisa menemani hari pentingku, karena cuti PNS mereka sudah habis tahun ini. Tak apa, aku masih punya mami dan papi yang sudah ku anggap sebagai orang tuaku.

"AILOVI ANANDA"

Mc memanggil namaku. Aku jadi lulusan terbaik di fakultasku. Aku maju diiringi gemuruh tepuk tangan wisudawan dan keluarga yang menonton disana.

"Aduh, mami bangga sekali" mami memelukku, begitu juga papi. Mami mengajakku berfoto, mami juga memfotoku banyak sekali.

Sebelum benar-benar bubar dari acara wisuda. Aku berfoto dengan beberapa teman untuk kenang-kenangan. Ketika sedang berfoto, aku melihat airin yang berjalan ke arahku. Ia memberiku bucket bunga. Airin tidak ikut wisuda bersamaku, karena airin belum menyelesaikan tugas akhirnya.

"Selamat ya" ucap airin

"Terima kasih, kamu semangat ya. Semester depan harus udah wisuda" ucapku. Airin tersenyum dan mengangguk.

"Vi, maafin aku ya. Maaf aku baru bisa bilang sekarang"

"Aku juga minta maaf rin. Aku bukan teman yang baik buat kamu"

"Kamu gak salah"

"Rin, ada satu hal yang aku harus jujur ke kamu"

"Apa?"

"Kak tesa pacarku. Aku gak tahu apa ini perlu aku katakan sekarang, tapi aku mau kamu tahu. Tesa kekasihku" aku menatap airin, airin tersenyum menggenggam tanganku.

" aku tahu vi, sejak awal ketemu kak tesa aku tahu. Tapi vi, tesa gak pantes kamu sakitin. Tesa orang paling berani yang aku kenal, dia keren vi. Aku gak tahu apa kamu masih mau kembali ke tesa atau gak, tapi menurutku. Cinta kalian gak salah, gak ada yang bisa ngatur kita akan jatuh cinta dengan siapa. Perjuangin yang buat kamu bahagia, jangan dengerin omongan orang. Gak akan ada habisnya.."

Aku menunduk, menggigit bibir bawahku.

"Jangan nyiksa diri vi" airin menepuk bahuku, ia tersenyum, memelukku dan pergi.

Ketika lunch bersama mami papi. Aku membuka instagramku. Sudah lama aku tak aktif di sosial mediaku ini. Postinganku tahun ini adalah foto wisudaku. Aku juga memposting fotoku bersama mami papi

"Thankyou for loving me mami, papi" aku tersenyum penuh syukur ketika mengetik caption ini.

Aku terpaku menatap postinganku. Satu hal yang membuatku mematung. Tesa menyukai postinganku. Jantungku berdegup kencang, wajahku terasa panas. Aku tak percaya dengan yang kulihat. Wanita ini masih disana, masih melihatku.

"Vi, kamu balik ke indonesia gak ditemeni mami bisa?" Tanya papi. Aku meletakkan hp ku.

"Bisa pi"

"Ok, lebih cepat lebih baik. Besok kamu mulai beberes"

"Iya pi"

Hariku mulai lengang, tak ada kegiatanku yang berarti setelah wisuda selain urusan ijazah dan beberes di rumah. Barangku lumayan banyak, aku akan membawa semuanya kembali ke palembang.

*****

Akhirnya hari aku meninggalkan kanada tiba. Aku tersenyum lebar melihar paspor, visa dan tiketku. Mungkin ini penerbangan terakhirku dari dan ke kanada. Aku menghirup napas dalam-dalam, aku akan merin dukan udara ini.

Bapak dan ibu menjemputku di bandara. Aku memeluk mereka dengan erat. Terakhir kali kami berpisah dengan cara tidak baik. Aku tidak menangis kali ini, aku sudah lelah menangis.

"Kamu sehat?" Tanya bapak. Aku tersenyum pada bapak.

"Sehat dong pak, anak bapak juga jadi lulusan terbaik" ucapku. Bapak menepuk bahuku.

Aku membereskan barangku. Aku menata ulang letak barang dikamarku. Baru sampai dirumah aku sudah sibuk. Aku memperhatikan aksesorisku, kalung, gelang couple dengan tesa masih tersimpan.

Usai makan malam aku duduk di sofa menonton tv bersama bapak dan ibu. Suasana rumahku masih sama, perlakuan bapak ibu juga tak berubah. Kekhawatiranku akan perubahan sikap mereka pun sirna.

"Kamu akan kerja dimana vi?" Tanya ibu sambil meletakkan potongan puding di depanku.

"Belum kepikiran bu"

"Nak tesa apa kabar?"

Aku tertegun mendengar nama ini. Aku menoleh pada ibu sebentar, lalu beralih ke tv.

"Ovi gak tahu bu, coba tanya maminya deh" jawabku.

"Kamu gak pernah komunikasi lagi dengan tesa?"

"Gak bu" jawabku singkat. Aku menundukkan kepalaku, kenapa ibu bahas ini. Apa bapak ibu akan menceramahiku?.

"Vi,. Bapak dan ibu tahu, posisi ini serba salah. Hubungan kalian tidak bisa dinormalkan disini. Bapak juga sedih melihat kalian. Kalau bisa milih, bapak berharap kalian terlahir sebagai adik kakak.."

"..."

"Bapak ibu sayang sama nak tesa, sama seperti mami papi tesa sayang ke kamu. Orang tua mana yang sanggup lihat anaknya begini. Gak ada vi"

"Ovi tahu pak, kita udah selesai dari lama pak. Ovi gak akan bantah ibu bapak. Ovi akan ikut apa kata bapak"

Kami terdiam. Sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Apa kamu tidak ingin menikah dengan pria yang akan kamu cintai nanti?" Tanya bapak. Aku menatap bapak.

"Cinta pertamaku kak tesa pak. Dia yang ngenalin aku apa itu rasa memiliki"

"Apa kamu gak mau punya anak?" Tanya bapak lagi

"Jika aku punya anak kelak, apa anak ku akan bahagia pak?" Tanyaku balik. Aku menatap bapak ibu bergantian. Air mataku akan jatuh, tidak. Aku tak akan membiarkan air mataku keluar, aku beranjak dari dudukku, sebaiknya aku masuk kamar dan tidur.

Aku meninggalkan kedua orang tuaku. Aku tak ingin membahas ini lebih lanjut. Aku lelah.

I Get Tachycardia When I'm With you (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang