twenty five

4.1K 392 14
                                    

Theresa Patricia

Aku percepat langkahku untuk sampai ke ruangan. Aku memegang dadaku yang terasa sesak karna detakan cepatnya tidak mereda.

Melihat nama lovi di berkas itu saja aku sudah gemetar. Melihatnya berdiri di ambang pintu, rasanya jantungku akan lompat. Ia berjalan ke arahku ssperti slow motion. Wajahku memanas, aku tahu, hatiku tetap sama. Aku bahkan seperti melihatnya pertama kali ketika di bandara menjemputnya. Wajah polosnya. Kini ia semakin dewasa dan cantik.

Jarak kami hanya sebatas meja. Ingin rasanya aku mendudukkan dia di pangkuanku. Aku menatapnya sesekali, lalu beralih ke berkas. Aku blank. Aku tak tahu mau menanyainya apa.

Aku terkejut melihat nilainya. Ia bahkan jauh melampaui aku dan kak joy, insecure aku. Apa dia hanya belajar dan belajar, sepertiku yang kerja dan kerja menghabiskan waktu mengurangi rasa sepiku.

Tok..tokk..
Aku tersentak. Aku tersadar masih berdiri di depan pintu.

"Lovi?" Aku menatap ovi yang berdiri di depanku. Ia maju selangkah hingga berdiri sangat dekat denganku. Ia memegang ujung bajuku dan mendongak menatapku.

"Jangan pulang kak!"

Deg, sesak dadaku mendengar suara seraknya, menatap mata sendunya. Kami terpaku, saling tatap tanpa suara. Ada rasa senang melihat ovi menahanku. Aku kira ia sudah di jalan kembali ke rumah, ternyata ia menyusulku.

*****

Aku mengikuti tesa kembali ke rumah orangtuanya. Aku memberanikan diri mengantarnya oulang sekalian bertemu ibu bapak. Aku gelisah, masih jelas di ingatanku bagaimana aku terakhir kali dirumah itu. Memohon maaf dan berlutut.

Terakhir kali tak ada kalimat yg keluar dari mulut bapak dan ibu. Aku tahu rasa kecewa mereka. Setahun berlalu aku juga menahan diri untuk tidak mencari tahu apapun tentang ovi dan keluarganya, karena dengam begitu aku bisa lebih waras menjalani hidupku.

"Apa kita perlu membeli sesuatu vi?" Tanyaku

"Gak perlu kak, ibu juga pasti sedang masak jam segini"

Aku kembali diam, aku menyusun kata-kata yang akan aku ucap di dalam kepalaku.

Ovi sudah melepas seatbelt nya. Aku mulai ragu untuk turun.

"Ayo kak"

Ovi sudah keluar lebih dulu, ia membuka pintu mobil disebelahku dan berdiri disana. Ia mengulurkan tangannya padaku, dengan ragu ku genggam tangan ovi.

"Bu, pak. Ovi pulang"
Aku melihat sekeliling, ibu keluar dari dapur dengan sendok ditangannya. Ibu tampak kaget melihatku, aku menundukkan sedikit kepalaku pada ibu.

"Nak tesa, apa kabar kamu" ibu berlari kearahku dan memelukku erat.

"Ibu, sendok gorengnya di letak dulu" ucap ovi

"Oh iya maaf nak, aduh jadi kotor baju kamu" ibu membersihkan bajuku yang tidak kotor. Aku menatap ibu, aku terharu melihat respon ibu.

"Bapak lagi pergi nemenin geo ke fotocopy, ayo duduk dulu nak" ajak ibu. Aku mengangguk mengikuti ibu.

"Oh sebentar, ibu siapin masak dulu ya" ibu bergegas kembali ke dapur. Ovi datang memberiku minum. Aku mmeinum hampir setengahnya, aku tidak haus, tapi tenggorokanku terasa kering.

"Kk mau nunggu disini?, atau mau nunggu dikamar?"

Aku ragu. Aku ingin mengatakan di kamar, namun mengingat hubungan kami sekarang, sepertinya itu tidak sopan.

"Dikamar aja ya, ibu juga masih lama masaknya" ovi menarik tanganku. Aku pun tak menolak.

Suasana kamar ovi berubah. Susunannya tampak lebih estetik, sebelumnya girly. Aku melihat dinding ovi, foto-foto polaroidnya dan... foto berdua denganku.

Aku duduk di tepi ranjang ovi. Ranjangnya masih sama, aku teringat pernah tidur disini dengan ovi. Aku tersenyum tipis menyentuh sisi kasur ini.

"Kk mau mandi?" Ovi baru saja keluar kamar mandi, ia sudah mandi dan mengganti bajunya. Ia duduk di sampingku. Aku mencium bau sabunnya. Darahku berdesir, aku memalingkan wajahku, menggeser dudukku.

"Mau mandi dulu?" Tanya ovi lagi.

"Nanti aja di hotel vi" jawabku.

"Ah, penerbangan kk gmna? Udah di reschedule?"

"Belum"

"Ha?, aduh sayang banget kak jadi hangus, maaf ya kak"

"Its ok vi, nanti dibeli lagi. Gampang" jawabku sambil mengibas tanganku.

"Kamu nahan aku pulang, ada yang mau kamu bicarin vi?" Tanyaku. Ovi beranjak dari duduknya, ia mengambil laptopnya.

"Umm, ada film bagus kak. Aku mau nonton sama kk, boleh kan?"

Aku mengerutkan keningku. Ovi langsung duduk bersender dan membuka laptopnya. Aku pun ikut bersender di samping ovi.

Film berlangsung, aku ikut hanyut dalam cerita. Film ini film barat romantis. 1 jam berlalu, ditengah film. Adegan kiss membuatku malu, aku menutup mataku, atau memalingkan wajahku ke arah lain. Semakin ke belakang scene love semakin panas. Aku sudah tak tahan melihatnya. Aku beranjak berdiri tiba-tiba. Ovi kaget menatapku sambil memegang laptopnya yang hampir jatuh karena gerakanku.

"Ibu udah siap masak belum?, aku lapar" kataku memberi alasan. Ovi mematikam laptopnya dan keluar kamar. Aku bersender di tepi meja, menghela napas lega.

"Udah beres kak, ibu mandi. Bapak didepan tuh sama geo" ucap ovi dari balik pintu. Aku pun merapikan rambut dan bajuku, menarik napas dalam lalu keluar menemui bapak.

"Pak" ucapku mencium punggung tangan bapak. Bapak tersenyum lebar.

"Sehat kamu nak?" Tanya bapak

"Sehat pak"

"Syukurlah, sini duduk nonton sama bapak. Tadi bapak beli cemilan, ibu masih mandi, bapak udah laper banget"  bapak menggeser duduk ya memberiku ruang lebih. Aku melirik bapak yang menatao ke depan. Aku bingung mau bahas apa, biasanya kami ngobrol santai tiap ketemu.

"Aduh nak tesa, jangan makam gorengan. Bapak gimana sih" ibu yang baru keluar heboh. Aku mengibas tanganku dan menggeleng, karena aku memang tidak memakannya.

"Ayo sini makan" ibu menarik tanganku. Aku duduk di samping ibu, ibu mengambil piringku dan menyendok nasi.

"Saya bisa bu" ucapku menahan tangan ibu yang akan menyendokkan lauk untukku. Semua memandangku, lalu aku mengatakan lagi yang baru aku bilang. Aku mengambil lauk dan sayur yang aku mau sendiri ke dalam piringku.

"Pak, bu. Mulai besok lovi handle klinik. Saya akan balik ke jakarta" ucapku

"Kamu yakin ninggalin ovi handle klinik nak?, tesa kan masih baru" ucap bapak. Aku melirik ovi yang juga menatapku.

"Iya nak, kenapa gak tinggal dulu disini. Pastiin dulu ovi bisa handle, jangan sampai nanti ovi buat kacau" tambah ibu.

"Ibu, masa sih ovi bikin kacau" ovi menyahut

"Maksud ibu kan kamu belum paham kerjanya apa, ini bukan asisten seperti awal kamu kerja"

Aku mengangguk, mengerti maksud ibu.

"Baik bu"

"Kk tidur disini aja, di hotel mahal" ucap ovi. Bapak ibu menatap ovi, aku menundukkan kepalaku. Oh my god ovi, bagaimana mungkin bapak ibu izinkan anaknya sekamar dengan mantan pacarnya.

"Lebih gampang juga kita pergi dan pulang dari kliniknya, kakak juga bisa makan disini gak perlu makan diluar terus, masakan ibu kan enak, emang kk gak kangen makam masakan ibu terus?, selagi kk di palembang loh" ovi melanjutkan kalimat panjangnya. Aku menahan senyumku. Ovi berbicara santai sambil mengunyah makanannya.

"Hmm, bener juga. Besok tidur disini nak, di hotel mahal. Sayang duit nya, disimpan buat yang lebih penting" kata ibu disambut anggukan bapak.

"Iya bu" jawabku, aku tersenyum tipis.

Ah, aku salah tingkah saat ini.

Wah, kita hampir diujung cerita guys. Terima kasih banyak...
Love yaa 💕

Remember the quote
"people come and go in your lifes, but the right one will stay"
Even he far away, he never really leave

I Get Tachycardia When I'm With you (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang