Nineteen

3.8K 362 12
                                    

Mood tesa tak baik. Seharusnya kami masih dua hari lagi di bali. Namun tesa memajukan penerbangan. Pagi ini kami sudah di bandara bali. Sejak malam tesa tak berbicara denganku. Ia tak memelukku ketika tidur, bahkan tak memberiku morning kiss seperti biasa.

Aku tak tau harus apa ketika tesa marah. Tesa seperti memasang tembok pembatas ketika marah padaku. Ia bahkan tak akan melihatku. Aku mencoba cari perhatiannya dengan tak bisa membuka seatbeltku di pesawat ketika hendak ke toilet. Tesa bergerak membantuku, aku mengucapkan terima kasih, tapi ia tak merespon.

"Sayang mau makan apa?, biar aku masakin" aku berusaha ngobrol dengannya ketika dirumah. Tesa tak keluar kamar sejak kami sampai. Aku tak mendapat jawaban dari tesa, aku turun dan tetap masak membantu buk asih

"Buk, saya makan diluar"

Aku berbalik terkejut tesa sudah rapi dan akan pergi. Aku terpaku mendengar ia akan makan diluar, padahal aku sedang menyiapkan makanan untuknya. Buk asih mengambil pisau dan wortel dari tanganku.

"Neng, biar ibu aja yang lanjut masak ya. Neng ovi istirahat aja, nanti kalau udah masak ibu anter ke atas"
Aku menoleh ke buk asih dan mengangguk. Hatiku terasa sakit melihat tesa pergi begitu saja.

Aku menunggu tesa pulang, sudah jam 22.00. Aku bolak balik telpon dan chat tapi tesa tak merespon. Aku gelisah menunggu di kamar. Kenapa tesa semarah ini?.

"Sayang, kamu kemana a..ja" aku menghentikan ucapanku melihat tesa di gendong pak aryo. Aku bergeser membuka pintu lebar ketika pak aryo dan pak tito masuk merebahkan tesa di kasur.

"Mabuk neng, tadi saya jemput ke bar" ucap pak aryo, disambut anggukan pak tito. Aku berterima kasih pada mereka dan menutup pintu kamar.

Aku menatap tesa yang terlelap. Aku mencium bau alkohol dan rokok dari tubuhnya. Apakah tesa merokok?. Aku segera membersihkan sedikit tubub tesa dengan handuk basah, lalu menggantikan bajunya.

*****
Aku menahan tesa yang akan melewatkan sarapannya dan akan pergi ke klinik.

"Kk sarapan dulu, please!" ucapku. Tesa duduk  dan memakan makanan yang udah aku siapin.

"Kak, kakak masih marah karena omongan airin?. Kk gak usah dipikirin ya"

"She like you huh?" Tesa meletakkan sendoknya menatapku. Aku menelan makanannku dengan susah.

"Kamu gak pernah kepikiran kalau dia suka sama kamu?"

"Dia temen aku kak, aku gak pernah mikir lebih" ucapku. Kita mulai lagi berdebat?, lelah aku.

"Cara dia treat kamu juga beda dari temen vi"

"Terus aku harus gimana kak?, perasaan dia bagaimana aku ngaturnya?" Kataku kesal.

"Do you love me?" Tesa menatapku.

"Aku cinta sama kk, gak ada orang lain yang bisa aku cintai lagi"

"Kenapa kamu gak pernah bisa bilang kalau akulah pacar kamu?, terutama ke airin yang udah nyatain perasaannya ke kamu"

Tesa berdiri, ia terlihat marah. Aku berdiri menggenggam tangannya.

" dia mau tau kan seberapa pantas orang yang jadi pacar kamu. Apa aku gak pantas dapat pengakuan kamu?" Tesa menaikkan náa bicaranya. Aku ememjam mataku menahan gejolak di hatiku mendengar bentakan tesa.

Tesa pergi dengan amarahnya. Aku berdiri mematung. Aku bingung apakah tesa mendengar pembicaraan ku dan airin?. Ah aku kesal dengan diriku. Kenapa aku setakut ini. Kenapa aku tidak bisa seberani tesa. Aku merasa bersalah dengan tesa.

Aku duduk di tepi kasur. Aku melihat kalender di hp ku. Dua hari lagi tesa birthday. Semua keluarga akan berkumpul di rumah ini. Mami, papi kak joy, bahkan bapak, ibu dan geo juga akan datang.

Aku menghela napas berat, aku menatap langit-langit kamar. Apa yang aku lakukan, kenapa kita harus bertengkar seperti ini.

Keeseokan harinya tesa masih tak baik. Ia pergi saat aku masih tidur. Tadi malam juga ia pulang saat aku sudah tidur. Aku mondar mandir dikamar berpikir bagaimana caranya agar mood tesa membaik, karena besok malam dirumah akan ada acara makan malam keluarga.

"Aduh, ibu gak sabar sampai jakarta besok. Akhirnya ibu bisa ketemu mami tesa" begitulah ucapan ibu yang baru saja menelponku.

Aku memutuskan akan ke klinik. Aku mempersiapkan beberapa hal untuk tesa.

"Halo lovi, ya ampun makin cantik kamu" mbak reyna menyambutku dengan heboh. Aku mengisyaratkan agar mbak reyna tenang, aku tidak ingin ketahuan oleh teman-teman yang lain kalau aku berkunjung.

"Ibu lagi tindakan di atas, masih ada pasien. Tunggu di ruangan ibu aja" ucap mbak reyna. Aku mengangguk dan naik ke lantai 3. Ruangan tesa kosong, aku pun menunggu disana.

Tesa tampak kaget melihatku sudah duudk di sofa. Ia mempersilahkan wanita masuk, aku kaget karena pasien tesa ternyata vika.

"Hai vi, mau perawatan juga?" Tanya vika sambil duduk. Aku melihat wajahnya yang memerah setelah tindakan.

"Gak vik, mau ketemu ownernya" kataku

"Wah, kamu sepertinya punya jalur khusus ya. Kemaren dinner sama owner, sekarang udah nongkrong aja di ruangan owner" ucap vika. Aku terganggu dengan nada bicaranya.

"Iya, aku punya jalur khusus. Satu-satunya, gak ada yang bisa sih selain aku"

"Maksudnya?"

"Karena aku pacarnya" ucapku tanpa ragu. Vika menganga, dia memandangku dan tesa bergantian. Aku melirik tesa yang juga kelihatan kaget.

"Kalian pacaran?" Tanya vika

"Iya" jawabku. Tesa berdehem.

"Vik, jadi tindakan tadi..."

Aku ikut mendengarkan penjelasan tesa tentang kulit dan tindakan yang tesa kerjakan. Tesa bersikap profesional, ia menyelesaikan sesi konsul pasien.

"Terima kasih dok" vika menyalami tesa, dan pamit seadanya padaku. Aku beranjak mendekati tesa yang kembali duduk di balik mejanya.

"Aku bawain makam siang buat kakak" kataku meletakkan di atas meja. Tesa bersandar di kursinya, ia menarik pinggangku dan mendudukkanku di pangkuannya.

"Kenapa senyum-senyum?" Tanyaku, tesa tersenyum masih dengan memeluk pinggangku.

"Aku pacar kamu?" Tanyanya. Aku mendengus kesal karena malu.

"Hmm, jawab dong" ucapnya memaksaku.

"Iya, kamu pacar aku. Sayangnya aku" jawabku sambil mencubit hidungnya. Tesa tersenyum lebar, ia memajukan bibirnya, aku menciumnya.

"Kk happy?"

"Happy, ayo makan. Laper" ucapnya. Aku membuka bekal yang aku bawa, kali ini aku menghias bekal seperti bekal makan siang anak sekolah. Tesa tertawa melihat bentuknya.

"By, apa aku bakal kenyang makan begini?" Tanyanya.

"Aku bawa yang lain kok, ini cuma buat kk ketawa aja" kataku jujur. Tesa mengambil hp nya dan memotret. Ia yang jarang sekali update pun mengupload foto bekal ini dengan caption "bekal makan siang dari pacarku" ah gemes.

Aku menikmati waktu makan siang ini dengan bahagia. Aku bangga dengan diriku, akhirnya aku bisa sedikit berani mengatakan bahwa aku pacar tesa, tesa adalah milikku. Aku bahagia melihat senyum tesa yang merekah, wajah murungnya seketika cerah.

"Sayang, terima kasih ya" ucap tesa setelah menyelesaikan makannya. Aku tersenyum.

"Maaf ya, aku kasar sama kamu 2 hari ini" lanjutnya. Aku terdiam, ku pandangi wajahnya. Aku memeluknya erat. Aku tahu akulah yang salah, tesa hanya mengekspresikan rasa kecewanya padaku. Sayangku, aku mohon sabarlah. Aku akan berusaha mengumpulkan keberanianku untuk menunjukkan kamu adalah kekasihku, kita adalah sepasang kekasih.

I Get Tachycardia When I'm With you (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang