twenty seven

4.7K 401 13
                                    

Hari sabtu, weekend yang tentu buat malas. Apalagi hari ini aku libur, sore aku akan flight ke jakarta. Aku sudah terlalu lama di palembang.

Aku bangun lebih dulu. Aku keluar kamar, aku melihat bapak ibu yang sudah di depan hendak ke sekolah. Geo juga sudah memakai seragam pramukanya.

"Nak, ibu gak masak. Nanti beli sarapan aja ya" ujar ibu sambil naik di jok belakang motor.

"Hati-hati nanti balik ke jakartanya nak" ucap bapak sebelum berlalu. Kehangatan keluarga ovi tak berubah, aku selalu nyaman tinggal disini. Walau keadaan sempat kacau, namun sepertinya semua sudah berdamai. Aku bersyukur akan hal itu.

Aku kembali ke dalam. Aku ke dapur dan melihat isi kulkas. Aku akan memasak.

"Kak!!,. Aduh kk ngapain?" Ovi berlari ke arahku, menarikku keluar dari dapur.

"Kenapa?"

"Gak usah kak, ovi aja ya. Ovi gak mau rumah ovi hangus" ovi mengambil pisau dari tanganku. Aku mengelak.

"Hei, aku bisa masak"

"Ha?"

"Kamu beberes aja, lalu mandi. Baru kita sarapan" ucapku meninggalkan ovi

"Tapi kak"

"Aku bisa sayang" ucapku. Ovi membiarkanku kembali ke dapur. Setahun kesepian, patah hati, yang aku lakukan tentu memperbaiki kualitas diri. Aku mempersiapkan semuanya dengan sangat baik.

Aku telah menyiapkan klinik dari awal hingga bisa berjalan seperti itu. Aku belajar banyak hal agar aku bisa menjaga diriku dengan baik, dengan begitu aku bisa menjaga orang yang kucintai.

Aku memasak bukan hanya untukku dan ovi, melainkan untuk keluarga ini. Aku tersenyum melihat ovi yang ternganga menatap meja. Aku menyiapkan makanan di piring ovi.

"Silahkan tuan puteri" kataku menggoda ovi.

"Kak, kok bisa?" Tanya ovi masih tak percaya dengan kemampuanku. Aku mengangkat bahuku, menaikkan alisku, aku sedang berbangga diri.

"Hmm, enak" ucap ovi dengan senyumnya.

"Pasti dong" jawabku memgambil makanan khusus untukku.

"Gimana caranya?"

"Kamu inget chef yang dihari pertama kamu ke jakarta?" Tanyaku, ovi mengangguk.

"Aku belajar sama beliau, awal-awal susah. Kamu tahu kadar sabarku bagaimana. Syukurnya chef lebih luas sabarnya ajarin aku" jelasku.

Awalnya aku hanya ingin belajar basic. Setidaknya aku tak akan merepotkan orang lain hanya untuk makanku. Namun aku mulai menikmati waktuku ketika memasak, aku merasa waktu lebih cepat berlalu, dan ada rasa puas disana. Lalu aku belajar lebih banyak hingga bisa masak lebih bervariasi. I proud to my self.

"Hmm berarti aku gak perlu masak buat kk lagi?" Tanya ovi

"Iya, aku bisa urus diri sendiri" jawabku. Ovi meletakkan sendoknya, ia menunduk.

"Kenapa vi?"

"Aku sedih kak, kk berubah" ucapnya. Aku mengerutkan keningku.

"Berubah?"

"Iya, rasanya aneh lihat kk lakuin semua hal sendiri. Ibu juga pasti merasa beda. Aku merasa gak berguna lagi" jelasnya

"Hei, aku lakuin ini buat kamu vi. Aku ingin jadi orang yang lebih berguna. Aku ingin jadi orang yang lebih menjaga kamu, aku belajar masak demi kamu" ucapku. Tesa mengangkat kepalanya menatapku.

"Demi kamu vi" tegasku. Aku menggenggam tangannya.

*****
Aku dan ovi sudah tiba di bandara. Aku sudah melarang ovi untuk tak mengantarku, namun ia bersikeras ingin melihatku lebih lama.

I Get Tachycardia When I'm With you (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang