bab 3

1.7K 214 45
                                    

Happy reading
Vote komen wajib ya
.
.
.
.

Tak bisa Tine pungkiri bentuk otot sangat sama dengan model di kotak celana dalam, apalagi saat Maf suaminya menurunkan towel yang sedang ia pakai. Tonjolan di balik celana dalam sangat persis seperti di kotak celana dalam yang sering membuat Tine merasa ngeri.

SS CHAT

"Hayo, liat apa kamu," tegur Maf membuat Tine terkejut setengah mati saat kedua matanya sedang fokus ke selangkangan suaminya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hayo, liat apa kamu," tegur Maf membuat Tine terkejut setengah mati saat kedua matanya sedang fokus ke selangkangan suaminya.

Wajahnya kembali merah, benar-benar merah sekarang, bahkan terasa panas begitu pun telinganya.

"Tine, gak usah malu, kalau kamu mau liat, ya liat aja."

"Aku malu,Mas," ucap Tine menunduk yang kembali diangkat dagunya oleh suaminya.

"Berapa kali sih Mas harus bilang, kalau ngomong sama Mas itu liatnya jangan ke bawah." Maf mengusap lembut wajah yang lembut itu hingga berhenti di bibir Tine yang berisi.

Ia tekan ibu jarinya dengan tatapan sayu, Maf seketika langsung menindih Tine untuk melumat bibir yang sangat menggoda baginya. Sangking bersemangatnya, Maf sampai menyedot-nyedot bibir bawah milik Tine hingga pemiliknya meringis dalam diam, tak berani protes sedikit pun.

Tangan Maf mulai aktif menjalar rambut pendek Tine, kemudian terus menyapu lehernya yang jenjang hingga terus turun mengangkat gaun malam yang Tine gunakan barusan.

Tentu saja si pemilik tubuh menggeliat geli, meliuk-liukkan badannya menerima sentuhan intim dari orang lain.

"Mas buka ya bajunya," bisik Maf dengan suara beratnya di telinga Tine, kemudian mengemutnya hingga Tine terkejut atas rasa geli ya ditimbulkan.

Ia sekap mulutnya dengan tangan, entah mengapa Tine sangat ingin merintih, tapi ia takut untuk melakukannya, akhirnya Tine membekap mulutnya sekuat tenaga, ia tahan ketika lumatan suaminya semakin turun menjalar ke leher hingga dadanya.

Tine sudah tak sadar lagi, kini pakaian malam yang sangat membuat ia malu sudah di tanggalkan suaminya. Tubuhnya menggeliat geli, permainan lidah yang sekali lagi pertama Tine rasakan mampu membuatnya seperti digelitik ribuan tangan-tangan.

Hingga hampir saja ia mengeluarkan sebuah desahan ketika lidah itu menyapu dadanya yang rata.

Ya, putingnya yang sangat gatal diemut dan digigit kecil membuat Tine sangat tersengat.

"Mppphhh," lenguh Tine tertahan membekap mulutnya, kepala Tine sampai ribut menggeleng terus dengan rasa geli namun nikmat di seputaran dadanya.

Rasa kecewa ia rasakan ketika lidah basah itu berhenti, ia hanya tau suaminya sepertinya mundur beberapa langkah.

"Kenapa menutup mata?" bisik Maf lagi pada Tine.

Perlahan mata coklat itu terbuka dan alangkah terkejutnya, Tine melihat suaminya sudah tak mengenakan apa-apa di tubuhnya.

MAF&TINE(BL) (MG)| SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang