bab 8

1.6K 188 82
                                    

Aduh dua hari nggak up ada yang rindu nggak ya????

Kalau ada yuk baca lagi

Jangan lupa vote komennya... Yang banyak ya🥰😍

Happy Reading
.
.
.
.

Maf mengeluarkan seluruh barang, Tine berinisiatif untuk membantu, dan jelas saja Maf melarangnya.

"Sudah, biar Mas aja ya, tunggu sebentar aja," ucap Maf mengambil koper atau apa pun yang di pegang istrinya. Jelas itu membuatnya semakin canggung, andai saja ia bisa mengulang waktu, sungguh tak ingin ia pergi dengan suaminya hari ini, rumahnya adalah yang terbaik, yang paling membuat batin Tine tenang, sedang di sini bergerak saja ia kesulitan membuatnya semakin berpikir jauh, apa ini salah? Pikirnya berulang-ulang.

"Den Maf? Ya ampun, Mbok nggak dengar tadi kalau Den udah sampai," sambut seorang wanita paruh baya terhadap tuan rumahnya.

"Iya, Mbok. Kami baru saja sampai dan ini, perkenalkan istri saya," ucap Maf memperkenalkan Tine pada pembantu rumah tangganya.

"Ya ampun, ternyata lebih can- eh tampan aslinya ya Den dari yang di foto. Kenalin, saya Mbok Rina pengurus rumah ini," salam Mbok Rina pada Tine.

'Foto? Foto mana?' batin Tine menyambut salam dari Mbok Rina.

"Silah kan masuk Den, Tuan," ucap Mbok Rina mempersilahkan mereka sembari mengambil barang-barang bawaan majikan dan tuan barunya.

Gubruk ...!

Tine yang melamun tak sengaja menabrak ember air yang berisikan perasan pel-an hingga membuatnya jatuh.

"Tine!" teriak Maf menjatuhkan koper, langsung mengejar istrinya, begitupun Mbok Rina dengan rasa bersalahnya sudah membuat istri dari majikannya jatuh.

"Mbok! Kenapa pel-annya ditaruh sembarang saja sih!" bentak Maf sangat marah.

"Aduh, Mas. Aku yang salah, kalau jalan gak liat-liat."

"Tine, diam!" Kemudian menatap nyalang pekerja rumahnya. "Mbok, ini sudah kesekian kalinya ya, Mbok lalai dalam bekerja!"

"Maaf Den, tadi Mbok terlalu bersemangat melihat istri Den Maf sampai lupa kalau lagi ngepel," sesal Mbok Rina ketakutan sama seperti yang Tine rasakan dan membuatnya semakin yakin kalau suaminya adalah pria yang pemarah, bahkan ia tanpa segan membentak orang yang lebih tua.

Sangat ingin Tine memeluk wanita tua ini untuk membuatnya tenang. Namun tangannya di tarik suaminya untuk bangkit lalu menggendong Tine ala bridal style naik ke atas kamar mereka.

Tine takut untuk meminta turun, ia pasrah saja dengan jantung yang berdegup kencang, bukan karena perlakuan manis suaminya namun karena ketakutannya.

"Tarok di situ saja koper saya, sekarang Mbok keluar, saya mau melihat keadaan istri saya!" suruh Maf tegas lalu menutup pintu kamarnya.

Tine semakin takut, wajah kesal suaminya berjalan ke arahnya, sungguh ia ingin kabur dalam keadaan begini, ia tak sanggup lagi membendung ketakutannya membuat air matanya jatuh dalam masih menunduk, membuat Maf belum sadar, langkahnya berbelok ke arah koper dan mengeluarkan pakaian istrinya.

"Ada yang sakit gak?" tanya Maf lembut, tapi entah kenapa didengar Tine sebuah bentakan.

Tine menggeleng sedikit dengan masih menangis namun tak bersuara.

"Ganti baju ya, nanti kamu masuk angin, nggak usah mandi di lap aja ya, udah malam soalnya," ucap Maf masuk ke kamar mandi lalu keluar dengan ember yang berisikan air dan sebuah handuk kecil.

MAF&TINE(BL) (MG)| SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang