bab 16.

1.3K 176 66
                                    

Terimakasih Suportnya sampai saat ini, teman-teman pokoknya penyemangat Nana untuk tetap berada di dunia Oren ini.

Happy Reading 😍😍

Vote dan Komen di perlukan.

.

.

.

Paginya Tine sangat malas membangunkan suaminya yang masih terlelap, karena mengingat pasti ia akan ikut bersama Maf ke kantor untuk menemani suaminya bekerja. Ia lirik Jam di dinding, sudah menunjukkan pukul delapan.

"Mas, bangun, udah jam delapan loh," panggil Tine lembut dan membuat Maf mulai terusik meraih tangan istrinya hingga jatuh di tubuhnya yang masih telanjang.

"Mas, bangun, udah jam delapan loh," keluh Tine heran dengan tingkah suaminya.

"Udah bangun, boboin dong," ucap Maf menyibak selimutnya dengan Mas Junior yang tegang.

"Mas ini lah, udah nggak ada waktu, emang Mas mau ke kantornya jam berapa sih? Liat tuh udah jam delapan," ucap Tine yang ketiga kalinya.

"Iya-iya, cerewet amat sih jadi istri, ini Mas mandi tapi ...." Maf seketika mengangkat tubuh istrinya dan melarikan Tine ke dalam bilik mandi, tentu dengan menyudahi aksi mesumnya yang tadi.

Di dalam mobil, jemarinya sangat gatal ingin sekali memainkan ponsel seperti biasanya.

"Bentar lagi sampai kok, jangan cemberut gitu ah, jelek tau," usap Maf pada Tine yang beberapa kali melirik suaminya.

Setelah sampai di kantor, Tine duduk di sofa ruangan kerja suaminya, sedang Maf langsung sibuk dengan pekerjaan yang menumpuk.

"Mas ...," panggil Tine ragu-ragu.

"Kenapa? Main handphone. No ya."

"Kenapa? Trus aku ngapain coba?" keluh Tine, bisa-bisanya ada orang yang sudah merenggut kebebasannya.

"Mas itu sebenarnya nggak ngelarang kamu, tapi kamu itu kalau udah main handphone lupa sama semuanya, mata kamu bahkan hampir keluar dan jatuh ke layar ponsel sangking fokusnya."

"Mana ada aku gitu, Mas boleh ya, sebentar aja, aku ngantuk loh."

"Kalau ngantuk tidur sana di kamar."

"Maaas?"

"Tine! Hufff ... sini." Maf meraih pinggang ramping itu untuk duduk di pangkuannya.

"Mata kamu itu sudah sakit, kamu pikir Mas nggak tau di rumah Mbi dulu kamu juga sering ditegur karena main handphone mulu, Mas itu bukan ngelarang tapi cuma ngebatasi aja, paham?"

Tine yang patuh mengangguk pelan, memang benar yang di katakan suaminya kalau Tine pernah masuk rumah sakit karena terlalu lama menatap layar ponsel, bak seperti anak kecil yang habis di marahi, mata Tine berkaca-kaca dan itu tak luput dari pandangan suaminya hingga membuat Maf memundurkan kursinya, padahal pekerjaannya sedang banyak.

"Kamu bosan ya, ya udah kita pergi jalan-jalan sekarang."

"Eh enggak kok, Mas," tahan Tine, ia tau suaminya banyak pekerjaan sekarang.

Tok tok tok.

"Permisi Pak, Tuan," sapa Dian yang ternyata datang. Ia menelan ludah melihat Tine sedang duduk di pangkuan Maf meski Tine gelisah untuk bangkit, namun seperti biasa suaminya menahannya.

"Ada berkas yang harus bapak tindak lanjuti-"

"Kamu nggak liat saya lagi ngomong dengan istri saya," tegur Maf memotong karyawannya padahal Dian begitu terburu-buru tentang laporan ini.

MAF&TINE(BL) (MG)| SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang