bab 15

1.5K 188 83
                                    

Sebelum baca yuk biasakan Vote dulu abis itu komen ya...

Happy Reading 🥰😍☝☝☝

Keesokan harinya, di pagi yang lumayan tinggi dengan matahari yang bersinar terang mencoba masuk di antara celah tirai jendela yang tidak tertutup sempurna.

Maf menggeliat merasakan ringan di lengan sebelah kirinya, ia berpikir mungkin sang istri sudah berputar saat tidur seperti malam sebelumnya, namun Maf terkejut ternyata sisi ranjang sebelahnya kosong.

Maf mendongak ke bawah memastikan sang istri tak jatuh ke lantai, pikirnya paling buruk mengingat Tine begitu lasak ketika tidur.

"Tine ...," panggil Maf dengan suara yang sangat serak mencoba bangkit, mungkinkah sang istri berada di bilik mandi?

Namun di bilik mandi sangat tenang dan tak ada Tine di sana.

Sontak saja Maf menjadi cemas, atas nyawanya yang belum terkumpul sempurna, membuatnya overthinking, apa selama ini ia hanya bermimpi kalau sudah menikahi Tine dan Maf menampar dirinya sendiri untuk membuatnya sadar.

Lalu ia bersyukur melihat foto pernikahan yang tergantung di dinding kamarnya kalau pernikahannya ini sungguh nyata.

Namun ke mana Tine sekarang? Pikir Maf memanggil-manggil nama Tine dengan cemas dan takut.

***

"Mbok, nanti kalau Mas Maf udah bangun, kamarnya biar Tine aja ya yang bersihkan ya, soalnya ...," ucap Tine menggantung tentang sprei yang ia dan suaminya kotori saat bercinta. "Pokoknya biar Tine aja yang cuci sprei," lanjut Tine, di mana di mata Mbok Rina, Tine sangat menggemaskan.

"Mbok paham kok, nanti di sikat saja bagian yang kenanya, sprei itu berat soalnya, tarok aja di kamar mandi, biar nanti Mbok yang antar ke laundry."

"Gitu ya, Mbok? Maaf ya, Mbok," sungkan Tine malu-malu.

"Udah tugas Mbok kok, Tuan Tine."

"Tuan? Tine aja ya, Mbok. Mbok, ini udah layu, apa ikannya kita masukkan sekarang?" tanya Tine ketika ia dan Mbok Rina sedang memasak di dapur.

"Boleh, Tuan," jawab Mbok Rina menyerahkan bol yang berisik lauk yang sudah digoreng.

"Mbok? Kok Tuan lagi? Tine nggak nyaman dipanggil begitu," keluh Tine kalau menyuruh Mbok Rina dengan memanggil dirinya Tine saja.

"Tidak bisa, Tuan. Mbok tidak boleh memanggil Tuan seperti itu, di sini Mbok cuma ART dan tak pantas dilakukan kepada majikannya. "

"Mbo-"

"Tine ... Tine ... Kamu di mana. Tine ...," panggil Maf yang sangat bising.

Tine menoleh ketika pintu dapur di buka.

Suaminya yang berdiri di sana terlihat gundah kemudian menghembuskan nafas lega langsung berlari ke arah Tine, kemudian memeluk istrinya dengan rasa syukur.

"Mas ngapain? Malu loh? Ada Mbok di sini," keluh Tine ketika suaminya tidak hanya memeluk, tapi bertubi-tubi mencium seluruh wajahnya.

Mbok Rina yang paham langsung pergi meninggalkan dapur dan memberi privasi untuk pengantin baru ini.

"Mas, kenapa sih sampe keringatan gini?" tanya Tine melihat suaminya sangat khawatir bahkan keringat pun mengucur di tubuh sehatnya.

"Mas pikir tadi kamu kabur dari Mas, atau Mas pikir tadi ini hanya mimpi kalau kamu ternyata nggak nyata udah nikah sama Mas," jelas Maf yang membuat Tine heran.

"Astaga, Mas? Kenapa bisa ada pikiran seperti itu sih? Aku cuma ke dapur aja loh, masa udah kehilangan gitu?"

"Abis Mas bangun-bangun istri Mas nggak ada di sebelah Mas," rengut Mas merebahkan kepalanya di ceruk leher sang istri.

MAF&TINE(BL) (MG)| SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang