bab 4

1.7K 201 60
                                    

Hufttt balik lagi...

Jangan lupa vote komen itu aja

Happy Reading

Lama Tine bersembunyi, suaminya sangat sabar menunggu Tine mengontrol dirinya hingga Tine tersadar ini sudah keterlaluan, rak seharusnya ia bersikap begini, Tine takut suaminya akan jenuh nanti hingga ia angkat wajahnya dengan keberanian yang ia kumpulkan.

"Mas, Mbi bilang sebelum kita ehm ehm gitu-gituan berdoa dulu," ucap Tine begitu polos dengan wajah yang sangat imut hingga Maf mengepal tinjunya sendiri.

"Iya, Mas tau kok, apa kamu sekarang siap?"

Tine memberi jawaban, ia bangkit dari duduknya hendak melangkah pergi.

"Ke mana?" tanya Maf heran.

"Mau cuci-cuci dulu, Mas."

"Cucu-cuci apa?"

"Anu, itu, Mas ... Tadi ini, aku lupa cebok," ucap Tine dengan kepala tertunduk, berbalik badan hendak meninggalkan suaminya.

Namun tangannya di tarik lembut oleh Maf dan meraih pinggangnya yang kecil hingga Tine kembali terjatuh di kasur.

SS CHAT

"Gak papa kok, mas gak masalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gak papa kok, mas gak masalah."

"T-tapi Ma-"

Mpghhh

Potong sang suami dengan ciumannya yang membuat Tine terkejut dan belum siap.

SS CHAT

Rambatan lidah basah menyusuri seluruh bagian wajah Tine yang halus, suaminya sangat gemas terkadang menyedot kuat dagu yang lancip sedangkan Tine hanya pasrah diperlakuan seperti apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rambatan lidah basah menyusuri seluruh bagian wajah Tine yang halus, suaminya sangat gemas terkadang menyedot kuat dagu yang lancip sedangkan Tine hanya pasrah diperlakuan seperti apa.

Tubuhnya menggeliat ribut ketika cumbuan Maf kembali turun, benar saja dadanya dengan dua puting coklat kemerah jambuan dilumat Maf hingga Tine lagi-lagi harus menyembunyikan pekikkannya.

Beruntung itu tak berlangsung lama, namun yang membuat Tine lebih terkejut saat jemari suaminya merayap turun ke kemaluannya yang kembali basah, hingga tangan Tine pun ikut meremat tangan suaminya yang menyentuh intimnya.

Basah dan lengket dapat Tine rasakan, elusan lembut membuat Tine sangat mabuk, ini begitu enak, tonjolan yang istimewa dimiliki Tine di remas Maf, sungguh membuat Tine ingin melenguh, ia tahan desakan suara itu dengan membekapnya satu tangan.

Namun jari yang mengelus lagi-lagi berhenti dipermainan nikmat, terasa jari itu menggelitik turun dan berhenti kembali di lubang tepat di mana cairannya keluar. Jika tadi lubang kencingnya di remas Maf, kini lubang surganya di tusuk Maf lembut secara perlahan.

Tentu saja ada rasa tak nyaman sedikit, membuat Tine harus menggigit bibir bawahnya. Tine dengan mata yang terpejam mendengar suaminya grasak-grusuk, tangan yang menyucuk tadi kini tengah melebarkan pahanya selebar-lebarnya.

"Sebentar, Mas siapin dulu," bisik Maf kemudian menunduk melakukannya lagi.

Ya, jilatan di lubang istrinya hingga membuat Tine hampir terpekik, rasa nikmat tadi kembali ia rasakan meski rasa malu lebih mendominasi di dalam pikirannya.

"M-Mas jjjang mph... An di ituin, j-jorok mph Mas," ucap Tine menahan dirinya yang sangat mabuk sekarang dan pada akhirnya ia hanya pasrah hingga suaminya berhenti mencumbu intimnya.

Wajah mereka kini bertemu, sangat dalam Maf memandangi istrinya dari bawah, ia usap muka yang terlihat bingung itu.

"Kita lakukan sekarang ya," ucap Maf dengan miliknya yang sudah sekeras batu menyapu permukaan lubang yang akan ia masuki.

"Semoga ini akan menjadi berkah, untuk cinta kita yang baru saja dimulai, hidup Mas sekarang untukmu dan semoga Tuhan memberikan kebahagiaan ke depannya." Doa Maf.

"Amin," sambung Tine memejamkan matanya, kemudian suaminya mengunci mulutnya dengan ciuman yang panas.

Mat masih menggesek-gesek miliknya di depan lubang Tine sangat lama selama ia mencium bibir Tine.

"Jika sakit bilang ya," bisik Maf mampu membuat bulu kuduk Tine terangkat, sebuah dorong kecil dari kepala milik suaminya meruak masuk ke dalam lubang Tine yang ia tak tau entah sebesar apa milik suaminya yang ingin masuk meskipun tadi sekilas ia lihat dan itu sangat gagah.

Sisi-sisi permukaan lubang Tine terasa terkoyak dan rasanya begitu menyiksa, sungguh sakit dan sangat sakit walau itu baru saja kepala milik suaminya yang baru saja masuk.

"Sssttthhh ..." Suara Tine yang tertahan.

Wajah suaminya yang di atasnya sangat serius berkonsentrasi untuk menjebol lubang istrinya hingga membuat mimik yang sangat menakutkan bagi Tine.

Tine menutup matanya dengan rasa takut tersebut, semua sakit di bawahnya benar-benar luar biasa sampai membuat air mata Tine keluar di sudut matanya.

"Tahan ya?" usap Maf berbisik di telinga Tine kemudian melumat telinga itu, mampu mengusir sedikit rasa sakit yang Tine rasakan.

Baru saja Tine merasakan nikmat sejenak, lubangnya yang sempit kembali di dorong suaminya dengan tongkat yang benar-benar keras.

Jleb ...

"Mpppphhh." Tine begitu merasa penuh dan sesak, saat ini ia sangat ingin mengeluarkan jeritan bahkan begitu ingin menyuruh suaminya berhenti, ia sungguh tak tahan dan benar-benar tak tahan, kedua pipinya sekarang banjir air mata, sehingga ia tak sadar jemari yang meremat otot dada suaminya menekan hingga kuku Tine yang sedikit panjang menusuknya.

"Mas, berdarah," serak Tine tersadar membuka matanya setelah suaminya lama hanya diam dengan posisi tersebut.

"Hey, tak apa, sayang. Kamu boleh melampiaskannya ke tubuh Mas, bahkan jika kamu ingin melukainya tak apa, itu terserah padamu, Tine. Mas milikmu sekarang dan kau milik Mas juga," ucap Maf yang salah Tine artikan.

Kata-kata melukai mengganggu pikirannya hingga Tine begitu tak menikmati genjotan suaminya yang baru saja dimulai.

Rasa perih dan sakit masih Tine rasakan di lubangnya yang Maf keluar masukan, satu posisi hingga akhirnya suaminya mengerang seperti menumpahkan sesuatu di dalam tubuh Tine yang sudah mandi keringat. Begitu pun suaminya, tubuh yang kekar mengkilap oleh keringatnya sendiri.

Sangat gagah suami Tine yang bangkit di atas tubuh Tine.

Pluph

Bunyi ketika miliknya di keluarkan dari lubang Tine, sesuatu yang kental keluar sedikit dengan campuran darah segar.

Maf mengusap dahi Tine sangat lembut dan ia baringkan tubuhnya di sebelah Tine yang masih di kuasai rasa perih.

"Maafin Mas ya, maaf jika Mas menyakitimu dan membuat kamu kesakitan sekarang."

Tine menggeleng lembut atas ucapan sang suami barusan, ia terima pelukan hangat yang suaminya berikan, kemudian rasa yang sangat nyaman Tine rasakan hingga mengundang rasa kantuk.

Tak lama Tine tertidur dengan usapan lembut di punggungnya yang telanjang.

Maf menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka dan mengikuti istrinya.

Sebelum itu ia berbisik. "Mas mencintaimu, Tine. Jadilah satu untuk selamanya." Kemudian mengecup ubun-ubun Tine dan terlelap bersamanya.

🥴🥴🥴

Lunas kan, awas bilang Nana kang gantung lagi.

Jangan lupa komen yang banyak bestie

MAF&TINE(BL) (MG)| SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang