bab 29

1.1K 154 49
                                    


Malam-malam

Jangan lupa vote dan komen yang banyak ya ....
.
.
.

Happy Reading 😍🥰

Di pagi hari, Tine terbangun dengan mual yang sangat parah.

"Mau minum obat mualnya?" tanya Maf kasihan, Tine menggeleng, ia masih tak ingin meminum obat penghilang mual, lebih baik ia menyiksa dirinya sendiri dari pada menyiksa tumbuh kembang anaknya yang sedang ia kandung.

"Susunya sudah dingin," ucap Maf mengambil segelas susu hamil dengan rasa vanila.

Tine mendegukknya secepat kilat, sejak dulu ia tak pernah menyukai susu dengan rasa apa pun, tentu saja hal ini sangat membuatnya mual, namun ia harus memaksanya masuk untuk tumbuh kembang anaknya.

Maf langsung memberi Tine camilan asin untuk mengusir rasa mual istrinya. Keripik kentang balado mampu meredam mualnya yang sudah di ujung tenggorokannya.

Lembut Maf, usap punggung Tine dengan matanya yang berair menahan muntah tersebut.

"Habis ini makan nasi ya?" tanya Maf lagi ini sebenarnya sudah terlambat untuk sarapan mengingat sekarang sudah jam 10 pagi.

"Mas aja yang sarapan dulu, aku kan baru minum susunya, nanti Mas ikutan sakit jika telat sarapan," usul Tine.

"Tapi nanti Mas kekenyangan jika nasi kamu nggak habis, siapa yang akan memakan sisanya?" ucap Maf, selama ini kurang lebih tiga bulan ini lebih tepatnya, Maf sama sekali tak pernah makan dengan benar selain memakan sisa dari istrinya. Karena menurutnya hal yang Mbi Tine pantangkan pasti ia tak ingin melanggarnya.

"Maaf ya, aku membuat Mas memakan sisaku setiap hari," ucap Tine sedih dengan mata berkaca-kaca atas perasaannya yang sekarang mudah sensitif.

"Eh bukan begitu maksud, Mas. Mas malaslah kalau kamu nangis-nangis gini. Sama sekali Mas nggak masalah kok makan sisa dari kamu."

"Tetap aja, Mas tidak makan dengan baik karena aku," ucap Tine membenamkan wajahnya di dalam tubuh suaminya sambil menangis terisak-isak.

Setelah mandi, Tine dengan lembut berbaring di kasurnya,  tadi saat sudah selesai menangis, Tine ingin mandi tadi. Tentu saja suaminya selalu membantunya seperti biasa.

"Mas cuci celana dalam kita sebentar ya, kemarin kamu nanya celana dalam pink kamu yang ada gambar mataharinya, kan? Mas cari dulu di bakul ya, udah jangan pikirkan itu lagi, nanti Mas cucuin dengan bersih," ucap Maf karena ia berpikir melihat istrinya yang gelisah pasti karena soal celana dalam yang ia tanyakan beberapa waktu lalu, membuat Tine murung akhir-akhir ini.

Kenapa Maf bisa berpikir seperti itu? Karena sejak ia dan Tine menikah, Tine selalu mudah overthinking dengan sesuatu, bahkan ia pernah tak bisa tidur ketika ia dengan tidak sengaja melepas kancing baju suaminya saat bercinta. Sampai ia memutuskan mencari kancingnya dan menjahitnya sendiri. Mungkin saja Tine yang beberapa hari ini sudah ceria tiba-tiba murung karena kehilangan celana dalam kesayangannya.

Namun dugaan Maf adalah salah, Tine murung karena sudah sumpek berada di rumah dan ... Ya, soal sex yang menyiksa tumbuhnya setiap saat.

Ketika Maf mengobok bakul celana dalam yang tentunya sudah beraroma masam, mungkin karena ini seseorang tidak boleh mencuci celana dalam kita, ya baunya sangat buruk bahkan lebih buruk dari terasi yang Maf sangat benci ada di dalam masakan.

"Nah, ini dia," gumam Maf menemukan milik istrinya dengan renda yang sama dengan bahannya, yaitu Pink yang manis.

Maf hirup sejenak, ini wangi seperti milik istrinya meski ada bau lembab namun di hidung Maf ini wangi surga yang membuatnya mabuk sesaat.

MAF&TINE(BL) (MG)| SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang