IG: _fyanxaa.wp
------------------------------
Dhoren menyuruh beberapa prajurit kerajaan untuk menyebarkan kabar bahwa Amartha akan datang ke negeri Nastira.
Berita itu mendapat berbagai macam respon dari rakyat Nastira. Beberapa dari mereka ketakutan berpikir akan ada perang, juga ada dari mereka yang berharap kedatangan dari Amartha bisa mengembalikan penghasilan mereka seperti dulu.
•
•
•"Aku berangkat..." Seru Criss kala menaiki kudanya dengan ratusan prajurit pengiringnya menuju kerajaan Nastira.
"Criss... Hati-hati, aku akan menunggumu" timpal Grace dengan berat hati membiarkan suaminya ke negeri seberang.
"Aku pasti kembali" Criss menoleh kebelakang dan tersenyum pada istrinya. Semua kandidat kerajaan itu menunduk hormat saat kuda milik Criss mulai berjalan keluar dari gerbang istana.
Saat Criss dan prajurit sudah jauh hingga tak terlihat lagi, Grace masih berdiri di pintu kerajaan menatap jalan kosong yang baru saja dilalui oleh Criss.
•
•
•"Kenapa Dhoren tidak mengundangku dalam pertemuannya dengan raja Amartha itu?" Tanya menteri kerajaan kenapa prajurit istana yang berada di ruangannya saat itu.
"Raja Dhoren mengadakan pertemuan itu secara tertutup di ruangan bawah istana, hanya berdua dan tanpa pengawal" jelasnya pada menteri.
Menteri itu mengerutkan keningnya dengan rasa curiga. "Jangan bilang mereka ingin menyatukan dua kerajaan itu, itu tidak boleh terjadi" gumamnya.
"Tapi kenapa ayah?" Tanya seorang putri cantik yang juga duduk dihadapannya. Itu adalah Vandora, putri dari menteri kerajaan yang juga bertugas mengatur para pekerja di istana.
"Jika benar kerajaan Alfonsa kembali berdiri, aku akan kehilangan jabatan ini. Raja Amartha itu sudah pasti duduk sebagai menteri yang akan mendampingi raja" jelasnya pada Vandora.
Vandora putrinya terdiam sejenak. Rumah putri mahkota Nastira itu, juga menjadi ruangan menteri. Dimana para rakyat wajib membayar pajak perlindungan padanya yang jumlahnya tidak sedikit.
Perlindungan jika suatu saat Amartha yang mereka anggap musuh tiba-tiba menyerang warga.
•
•
•Saatnya pun telah tiba. Criss dengan prajuritnya sudah menginjakkan kaki di tanah negeri Nastira. Saat itu juga, semua rakyat disana melihat panjang kearah kedatangannya.
Saat kuda milik Criss memasuki gerbang kerajaan Nastira, dia melihat enam pangeran kerajaan berdiri di pintu istana untuk menyambutnya datang.
Ia menatap satu persatu pangeran dan mencoba mengenali wajah mereka. Namun Criss tidak menemukan pangeran yang mengambil bola elemennya hari itu.
Raja Amartha itu dituntun menuju ruangan bawah yang sudah tak asing lagi baginya. Sepanjang berjalan, matanya berkeliling memperhatikan setiap sudut istana yang tak berubah sama sekali.
"AKU TIDAK PEDULI JIKA HARUS MEMBUNUH SEMUA RAKYATKU SAAT INI JUGA, AKU HANYA INGIN SEMUA DUNIA TUNDUK PADAKU!!" Kalimat itu masih terngiang dibenak Criss.
Criss melihat Dhoren duduk di meja dalam ruangan itu menunggunya datang. Ruangan yang terakhir kali ia injak sebelum pergi dari istana itu. Meja dimana terjadi pertengkaran hebat yang menghancurkan hubungan persahabatan mereka.
"Selamat datang... Silahkan duduk" sambutnya dengan sangat sopan.
"Lama tak berjumpa" lanjut Dhoren kala tersenyum.
"Mari bicara tanpa basa-basi, seorang putramu mengambil sesuatu dariku dan aku ingin itu kembali" sarkas Criss dengan wajah datar.
"Woww, Criss... Tidak perlu buru-buru. Apa yang menunggumu?"
"Kau tau, sulit mengatakannya tetapi semua yang kau katakan padaku hari itu... Aku menemukannya" tandas Criss.
"Aku tau, tapi sesuatu yang kau cari itu tidak ada disini sekarang" ungkap Dhoren dengan wajah santai yang sedikit mencurigakan.
"Maksudnya?"
"Bola elemen itu ada pada Charles putraku, dia diusir dari istana dan entah pergi kemana. Cari saja dia kalau ingin milikmu itu kembali" jelas Dhoren dengan senyumnya menatap Criss.
"Bahkan kau mengusir anakmu sendiri?"
"Tentu ada alasannya Criss..." Timpal Dhoren dengan suara rendah. Raja itu lalu membelakangi Criss dan saat berbalik ia menaruh sebuah buku di atas meja.
Criss berdecak melas saat melihat buku itu.
"Dhoren?" Serunya...
"Criss, kau masih tidak ingin melakukan rencana kita waktu itu? Sekarang kau percaya tempat itu, dan kau mendapatkan salah satunya"
"Tidak" bantah Criss tegas.
"Kau tau tempat itu benar ada kan?" Tanya Dhoren sekali lagi.
Criss diam tak berdetak. Matanya menatap buku itu sangat lama. Tangannya terkepal dibawah meja dengan nafas tak stabil.
"Dhoren..." Ujarnya kembali menegakkan pandangan pada Dhoren.
"Aku menghabiskan waktu tiga hari untuk sampai disini. Dan yang aku inginkan adalah bola elemen itu, bukan bujuk rayu yang kau ucapkan ini" sambungnya cecar.
Wajah Dhoren menjadi masam.
"Tidakkah kau penasaran alasan aku mengusir putraku? Criss..." Katanya kala berdiri dari kursinya."Apapun itu aku tidak peduli, aku akan mencarinya" Criss ikut berdiri dan hendak berjalan pergi dari ruangan itu.
"Karna aku tau kau akan kesini, agar kau tidak mendapatkan kekuatan itu. Bukankah itu memang ditakdirkan untuknya?" Dhoren membuka sebuah halaman dari buku Alfonsa yang ada ditangannya.
Ia menunjuk sebuah kalimat dalam halaman itu. "Bola elemen Anora, memilih pemiliknya sendiri" ucapnya membacakan tulisan dalam buku itu pada Criss.
Criss terdiam. Ia kembali mengingat kejadian hari itu, bola elemen itu menjauh darinya menuju Charles.
Criss lalu membalik halaman buku itu mencari sebuah halaman lain. "Lihat" serunya menyuruh Dhoren membaca halaman yang ia buka.
"Aku seorang diri kepuncak gunung Anora. Disana ada tujuh batu besar yang menutupi pintu sebuah gua. Aku menghancurkan satu batu dan bola elemen itu muncul. Itu usaha kerasku, dan bola elemen itu milikku" jelasnya panjang lebar dihadapan Dhoren.
Dhoren tertawa keras setelah Criss berhenti berbicara. "Lihat, kau berpedoman pada buku ini kan? Hahaha. Buku yang dahulu ingin kau lenyap kan dengan segala upaya mu"
"Ku ingatkan kau untuk terakhir kalinya. Keegoisan mu itu akan membuatmu kehilangan segalanya, bahkan sebelum sesuatu yang ingin kau capai itu kau dapatkan" kecam Criss melontarkan jari telunjuknya
------------------------------
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Nastira
FantasyBercerita tentang sebuah gunung bernama Anora. Gunung yang menampung kehidupan manusia didasar kaki gunung itu. Kehidupan yang menganut sistem kerajaan. Berdiri satu kerajaan tunggal bernama kerajaan Alfonsa, kerajaan yang didirikan oleh dua bersa...