IG: _fyanxaa.wp
------------------------------
Floyd terus berjalan sembari menikmati angin dari pepohonan tinggi diantara hutan belaka yang ia lalui.
Pria itu kembali memperhatikan mawar biru ditangannya. Bunga itu bersinar semakin terang sedikit membuatnya merasa silau.
"Hmm... Jadi tujuh elemen itu sedang berdekatan? Buku itu juga ada diantaranya? Wahh... Pasti sesuatu yang menyenangkan baru saja terjadi" gumamnya menebar senyum simpul.
"Lalu... si pangeran itu.... Dia membohongiku berkata buku itu ada di Amartha... Padahal aku tau itu ada pada saudaranya disana" sambungnya terus memain-mainkan bunga di tangannya.
"Aku berpura-pura membantunya, berpura-pura meminta bantuannya, bahkan berpura-pura menjadi manusia dihadapannya" sambungnya terus berjalan.
•
•
•"Kupikir aku sudah berhasil menyingkirkan mu" Ravien masih menghadap Charles dengan raut wajah kebencian itu.
"Kau akan membunuh saudaramu sendiri hanya untuk tahta itu?" Tanya Charles.
"Kenapa tidak?" Sarkas nya menjawab cepat. Disela perbincangan itu...
"Ravien!!" Himbau sang ratu. Ravien mengangkat pedangnya dan mengayunkannya kala berbalik kearah belakang.
*Zrakk
Pedang itu menebas bagian perut Gistara. Semua berteriak histeris, para pangeran yang lain hanya terpaku diam.Darah tergenang dibawah kaki Ravien namun raja itu masih saja mengoceh dengan wajah angkuhnya. Ia menunjuk Dierez dengan pedangnya yang sudah berlumur darah.
"Dia yang ada di perpustakaan bersama Charles, aku melihatnya. Tapi tebak... Kenapa aku tidak berkata jujur?" Raja itu menatap semua pasang mata di sekelilingnya yang penuh dengan tatapan kekecewaan.
"Dia tak berguna, mau hidup atau matipun juga dia tak bisa menyaingi ku mendapatkan tahta ini... Coba lihat dia" Ujar busuknya.
Dierez terdiam mendengar ucapan tentangnya itu. Dengan mata nanar ia menatap Ravien penuh kekecewaan.
"TUTUP MULUT SIALAN MU ITU!!" teriak Arvand berjalan mendekat kearah Ravien dengan pedang di tangannya.
Pangeran lain sudah benar-benar muak dengan kebenaran yang diakui Ravien, maka tidak seorangpun lagi yang mau menahan Arvand.
Baru ingin melangkah, Ravien dengan mengayunkan pedangnya dari kejauhan membuat Arvand terlempar jauh karna kekuatan dari pedang itu.
Disaat yang lain ingin membantu Arvand, Charles mengangkat pedangnya dan mulai berjalan kearah Ravien. Hal yang sama dilakukan oleh pangeran kelima itu, ia menjulurkan pedangnya memancarkan kekuatan bola elemen itu kearah Charles.
Charles melakukan hal yang sama, dua cahaya elemen saling beradu ditengah halaman kerajaan. Cahaya berwarna hitam yang keluar dari pedang milik Ravien dan cahaya berwarna merah dari pedang Charles untuk melawannya.
Keduanya saling menatap tajam sembari menahan berat pedang ditangan mereka. Semakin besar energi yang dikeluarkan pedang itu, maka semakin banyak pula energi sang pemilik yang akan terkuras.
Disela itu, para rakyat diluar terus berusaha mendobrak gerbang istana dan mencoba memukuli beberapa prajurit istana yang menjaga gerbang itu.
"Prajurit!! Tangkap semua pangeran itu!" Perintah Ravien dengan suara lantang seraya terus melawan Charles.
Semua prajurit hanya diam kebingungan. "APA YANG KALIAN LAKUKAN?! AKU ADALAH RAJA! LAKUKAN PERINTAHKU!" sambungnya kala berusaha keras mengalahkan Charles.
Dengan bimbang, semua prajurit itu berlari mengepung Dierez, Hans, Levaron, Gernio, dan Arvand. "Sialan, apa-apaan lagi ini! Kalian tidak lihat dia membunuh ratu? Kenapa masih mendengarkan perintahnya? Dia sudah bukan raja lagi saat membunuh anggota kerajaan yang lain!" Peringatan Gernio kala memegangi tangannya yang tergores.
"Maaf pangeran.." gumam kecil salah seorang prajurit itu yang berdiri didepan Dierez. Semua prajurit mulai mengeluarkan pedang mereka. Arvand, Hans, dan Levaron langsung membuat lingkaran melindungi Dierez dan Gernio dari serangan prajurit itu.
Suara gesekan pedang memenuhi istana kerajaan. Suasana yang benar-benar kacau itu terus memburuk, lalu...
*Brakk
Gerbang istana berhasil dibuka oleh para rakyat diluar sana, awalnya beberapa dari mereka hendak kabur dari kericuhan itu, namun saat Elina...Gadis yang dicintai oleh Levaron itu berlari tanpa takut kedalam istana. Memungut satu pedang seorang prajurit yang terletak di lantai, lalu tanpa ragu mengayunkannya para prajurit lain yang sedang mencoba menangkap Levaron.
Aksi gadis itu membangkitkan keberanian semua orang yang langsung berlarian kedalam istana untuk menolong para pangeran yang sedang berjuang melawan prajuritnya sendiri.
Banyaknya bantuan dari para rakyat membuat Ravien menggeram kesal. Dan pada akhirnya, saudara sulung didepannya itu kehabisan energi. Ravien langsung berlari menuju kerumunan yang menutupi Dierez untuk merebut buku itu.
Charles terduduk tak berdaya dengan lutut tertekuk dan kepala menunduk layu. Pedangnya terlepas dari genggamannya, pandangannya sudah mulai kabur. Sesaat hampir menutup matanya, sebuah tangan mengulur didepannya.
Pangeran itu perlahan menaikkan pandangannya, Floyd tersenyum padanya sembari menunggu Charles menjabat tangan yang ia ulurkan sebagai bantuan itu.
Charles tersenyum kecil dan memegang tangan Floyd untuk berdiri. Entah kenapa setelah memegang tangan pria itu rasanya seperti tenaganya kembali penuh.
"Apa itu?" Tanyanya melihat mawar biru ditangan Floyd. Pria itu mengangkatnya lalu mencium bunga itu. "Akhir dari semua ini" jawabnya memandang keributan disekelilingnya.
Charles tak mengerti dengan jawaban itu. "Oh iya.. pria yang ingin kau temui di Amartha itu, dia sudah tidak punya tempat pulang. Sebentar lagi dia akan datang kesini" tuturnya semakin membingungkan Charles.
*******
M
ata Ravien tertuju pada gadis sok berani yang membuat semua rencananya kacau tadi. Gadis cantik yang dikagumi oleh adiknya Levaron itu, langkahnya menuju ke sana.
Dari belakang ia membekap mulut gadis itu dan mengacungkan pedangnya di leher gadis itu. "Jatuhkan pedang ditangan mu itu, atau kau tidak akan melihat Levaron lagi" bisik nya pada gadis itu. Elina mematuhinya.
"SEMUANYA BERHENTI!!" teriak raja itu membuat semua getaran pedang langsung hening dan semua mata menatap padanya.
"ELINA!!" jerit Levaron melihat gadisnya di sandera.
"BERHENTI DISANA! ATAU KAU TIDAK AKAN MELIHAT GADISMU LAGI!" teriaknya balik membuat langkah Levaron untuk mendekat terhenti.
"Kumohon jangan dia, bunuh saja aku tapi lepaskan dia! Kak..." Ringisnya menunduk dan memohon didahapan Ravien dengan matanya yang sudah banjir dengan air mata.
------------------------------
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Nastira
FantasiBercerita tentang sebuah gunung bernama Anora. Gunung yang menampung kehidupan manusia didasar kaki gunung itu. Kehidupan yang menganut sistem kerajaan. Berdiri satu kerajaan tunggal bernama kerajaan Alfonsa, kerajaan yang didirikan oleh dua bersa...