18 - The seven farchels

9 4 0
                                    

IG : _fyanxaa.wp

------------------------------

Floyd berjalan dengan santai menelusuri hutan rimbun dengan siulan merdu yang keluar dari mulutnya.

Lalu langkahnya berhenti ditengah jalan. Ia menoleh ke samping tepat kearah puncak gunung Anora yang tadi di kunjungi oleh Charles.

Dalam sekejap, pria itu menghilang bak ditelan bumi tanpa meninggalkan jejak apapun.

*******

Floyd muncul tepat didepan gua yang baru saja ditinggalkan oleh Charles. Apa-apaan itu? Teleportasi?

Pria itu tanpa ragu berjalan menginjak mayat para prajurit kerajaan untuk masuk kedalam gua itu.

Ia mengamati keseluruhan gua itu, lalu mulai berjalan ke salah satu tanaman bersinar berbentuk mawar berwarna biru. Yang sebelumnya sama sekali tak terperhatikan oleh Charles.

Dari semua tanaman ditempat itu, tidak ada yang serupa dengan mawar biru itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari semua tanaman ditempat itu, tidak ada yang serupa dengan mawar biru itu. Floyd menekuk lututnya dan memandang bunga itu. Lalu memetiknya dan kembali berdiri.

Pria itu berjalan kembali keluar dari gua itu dengan memegang setangkai mawar biru. Genggamannya yang begitu erat melukai telapak tangannya yang terkena duri dari mawar indah itu.

Dengan tangan yang meneteskan darah ia berjalan dengan wajah memegang mawar yang juga sudah terkena noda darah tangannya.



"Semua karna buku itu!" Murka Criss berlari menjauh dari kobaran api yang menghanguskan kerajaannya. Pria itu mengambil kudanya dan langsung pergi kembali ke Nastira untuk merebut buku itu dari Dhoren.

"Harusnya dari dulu sudah ku hancurkan buku sialan itu!" Umpatnya kala melucuti kudanya agar berlari lebih cepat. Kali ini mungkin tidak akan membutuhkan waktu tiga hari lagi untuk sampai di Nastira.

Karna hari itu iya pergi dengan sangat banyak prajurit dan laju kuda yang super lambat. Juga harus berhenti istirahat beberapa kali di tengah jalan.



Dierez memaksakan dirinya berdiri menahan matanya yang sakit dan kepalanya yang pusing. Pangeran itu berlari kedalam istana dan turun kebawah dengan tergesa-gesa.

Pangeran itu masuk kedalam kamar raja tanpa izin dan menggeledah semua rak penyimpanan milik ayahnya itu.

Semua prajurit sedang sibuk di halaman kerajaan dan istana sangat sepi, Dierez mengambil sebuah kunci dari dalam kamar itu lalu lanjut berlari keruangan bawah.

Ia membuka ruangan itu dan langsung melihat buku Alfonsa terletak di atas meja dalam ruangan itu.

Tanpa membuang waktu, Dierez mengambilnya dan langsung keluar dari sana. Ia langsung menuju perpustakaan yang sepi untuk membuka buku itu.

Ia kembali ke meja yang biasa ia duduki di perpustakaan yang masih berantakan dan penuh dengan karya-karya gambarnya.

Dengan menahan pedih matanya, ia terus membolak-balik halaman buku itu untuk mencari sesuatu. Tepat di halaman 77 dalam buku itu, terdapat sebuah gambaran yang menjawab apa yang dicari Dierez.

 Tepat di halaman 77 dalam buku itu, terdapat sebuah gambaran yang menjawab apa yang dicari Dierez

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dierez mencoba memahami hal itu, membaca semua yang berkaitan dengan The seven farchels. Di paling akhir halaman itu bertuliskan.

"Hitam adalah lambang kejahatan, yang selalu menginginkan kehancuran. Elemen bayangan hanya akan menjadi milik dia yang ingin menghancurkan"

Detik itu juga, Dierez membenarkan rasa benci Arvand yang sangat besar pada Ravien. Hatinya sangat yakin bahwa saudaranya itu yang membunuh ayah mereka.

Dengan wajah lesu, Dierez membalik halaman terakhir buku itu. Dan yang ia temukan kembali membuatnya bingung.

"Penulis buku ini adalah dewa Evermunt, dewa pemilik seluruh kekuatan gunung Anora. Dewa yang menyembunyikan dirinya dan akan muncul saat semua kekuatannya itu mencari pemilik lain. Maka ia datang untuk mengambilnya kembali"

Dierez berpikir sejenak. Berakhir tetap mengabaikannya dan membawa buku itu keluar dari perpustakaan.



Semua rakyat berbisik-bisik membicarakan apa yang baru saja mereka lihat. Semua pangeran masih berada di tempat duduk mereka masing-masing kecuali Dierez yang belum kembali.

Disela-sela kebisingan itu, Charles muncul dari kerumunan. Saat melihatnya, semua orang hening dan menatap padanya. Ia juga sangat canggung kala membuka gerbang istana dan perlahan melangkahkan kakinya lagi di halaman kerajaan itu.

Pangeran itu semakin tegang saat melihat ke balkon istana, Ravien berdiri disana memakai mahkota raja. Disebelahnya juga terdapat ratu Gistara yang sudah lama tak bertemu dengannya.

Paling mengejutkannya, Charles menyadari semua saudaranya memiliki mata yang berbeda sepertinya, dirinya saat itu masih memakai penutup mata yang diberikan Arvand.

Levaron yang terlebih dahulu menyadari kehadiran Charles langsung berdiri dan tersenyum girang. "Charles!!" Teriaknya memutar badan dan berlari untuk turun kebawah.

Mendengar teriakan Levaron, pangeran yang lain yang tertunduk bermenung langsung menaikkan pandangannya. Betapa lebarnya senyum yang terukir di wajah mereka saat melihat Charles.

Semua ikut turun kebawah mengikuti Levaron. Kecuali Ravien yang masih berdiri dengan wajah sedikit cemas akan kedatangan Charles. Ratu Gistara juga mengecam tatapan tak senang melihat Charles.

Levaron berlari kencang kearah Charles dan memeluknya sangat erat. Tak lagi mereka melupakan rasa sakitnya dan kembali tersenyum.

Baru kali itu, Arvand tersenyum untuk pertama kalinya setelah sekian lama terus menerus berwajah datar. Pangeran kedua itu melihat Hans, Gernio, dan Levaron sudah berada di samping Charles.

Sesaat ia menoleh ke belakang tapi tidak ada siapa-siapa lagi. Arvand berniat mencari Dierez karna tau Dierez akan sangat senang bertemu dengan Charles.

Baru selangkah berjalan, orang yang ia cari itu sudah lebih dahulu keluar dari pintu istana dan melihat kearahnya. Arvand melambai kecil pada Dierez lalu mengarahkan jari telunjuknya pada Charles.

------------------------------

To be continued...

The NastiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang