Ig : fyanxaa_
------------------------------Malam harinya.
Criss kembali berangkat ke Kerajaannya. Para prajurit Nastira berbaris membentuk jalan untuk raja Amartha yang akan meninggalkan istana dengan kuda dan para pasukannya.
"Aku tidak sabar akan bertemu Grace" gumam Criss tersenyum kecil di perjalanannya.
Namun, sesaat meninggalkan gerbang istana Nastira. Criss tanpa sengaja menoleh dan melihat di semak-semak ujung sana, beberapa prajurit Nastira lain berjalan mengendap-endap memasuki hutan.
Dengan langkah waspada dan salah seorang mereka yang membawa tas besar yang mencurigakan. Arah itu bisa menjadi jalan menuju puncak gunung Anora.
Dengan wajah yang berkerut heran, Criss memandang cukup lama semak-semak itu dengan laju kudanya yang semakin pelan.
Setelah lamanya perjalananya hingga benar-benar keluar dari pemukiman warga Nastira. Criss memberikan perintah baru pada prajuritnya.
"Kita harus ke puncak gunung, sekarang" perintahnya memberhentikan kudanya ditengah jalan dan langsung berbelok arah mendaki puncak gunung Anora.
Semua prajurit Amartha itu hanya menuruti rajanya tanpa membantah sedikitpun.
•
•
•"Hati-hati..." Ucap Floyd menepuk pundak Charles pelan. Pangeran sulung Nastira itu mengangguk dan langsung pergi dengan kuda putih miliknya.
Dengan mengantongi beberapa daun Damiana yang sudah digiling oleh Floyd. Charles bertekad untuk mengambil buku Alfonsa dari tangan Nastira.
Menggunakan jubah hitam yang menutupi wajahnya tanpa lencana Nastira di bajunya.
Kudanya berlari sangat cepat menembus semak-semak tinggi disepanjang hutan gelap yang mereka lalui.
Dalam beberapa jam, pangeran itu sampai dipagar belakang kerajaan yang harus ia panjat untuk sampai ke dalam.
Dengan langkah pelan dan hati-hati, ia langsung menuju ruang perpustakaan untuk menemui saudara yang ia maksud.
Charles membuka pintu perpustakaan kerajaan dengan sangat pelan. Juga melangkah tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Ditengah langkahnya, seseorang menaruh pedang dileher pangeran itu dari arah belakang. Charles segera mengelak dan langsung membuka jubah yang ia kenakan.
"Ini aku, Charles..." Bisik pangeran itu. Dierez langsung menurunkan pedang ditangannya dengan mata berkaca-kaca.
"Aku butuh bantuan, aku—" di tengah kalimat pangeran itu, Dierez berlari kearahnya dan memeluknya erat. Charles tersenyum dan membalas pelukan itu.
"Dari mana saja kau? Apa kau makan dengan baik?" Dierez menanyakan itu dengan bahasa isyaratnya.
"Terima kasih telah khawatir, tetapi aku tidak bisa terlalu lama disini"
"Apa yang kau butuhkan?"
"Buku... Buku Alfonsa" jawab Charles. Dierez menjadi sedikit takut untuk membantu kakaknya itu. Wajahnya tampak ragu akan menolong atau tidak.
"Aku akan mengembalikannya, aku janji" sambungnya lagi melihat Dierez yang diam.
"Ikut aku" dengan berat hari dan langkah ragu-ragu, Dierez mengajak Charles ke sebuah tempat penyimpanan. Yang bahkan tidak diketahui oleh Charles sebelumnya.
Di bagian paling belakang perpustakaan, di rak buku yang sangat jarang dikunjungi. Terdapat ruang rahasia berukuran kecil yang tersembunyi dibalik rak berdebu itu.
Dierez mengambil sebuah buku diantara rak itu membuatnya terbuka. Namun Dierez memperlihatkan ekspresi wajah terkejut.
Di atas Meja yang diterangi cahaya lampu didalam ruangan itu hanya terdapat kotak kosong yang terbuka tanpa isi didalamnya.
Dierez berbalik menghadap Charles.
"Buku itu tidak ada" katanya sedikit panik."Apa? Lalu dimana?" Charles ikut panik mengetahui itu. Dierez menggeleng pelan dengan wajah pasrah.
Charles berdecak pelan. Pangeran itu ingin segera meninggalkan istana sebelum seseorang melihatnya. Saat ia hendak melangkah, Dierez kembali menahan tangannya.
"Aku ingat..."
"Apa??" Charles sangat terdesak menunggu Dierez berbicara dengan gerak tangannya.
"Ayah mengambil buku itu saat makan siang bersama raja Amartha tadi"
Charles benar-benar terdiam mendengar itu. Dalam satu kalimat, Dierez membuatnya merasa menyesal akan dua hal sekaligus.
"A-amartha?"
Dierez mengangguk cepat."Lalu dimana dia sekarang?" Tanya Charles mendesak.
"Dia sudah pergi dari tadi, kembali ke kerajaannya" jelas Dierez sedikit bingung dengan reaksi Charles terhadap Amartha.
"Dierez.. aku harus pergi sekarang"
Dierez kembali menahan tangan Charles untuk pergi."Pergi kemana? Amartha? Jangan konyol. Itu berbahaya"
Charles diam dan berpikir, sembari terus menatap adiknya itu.
"Apapun yang terjadi, jangan mati... Aku ingin melihatmu duduk dikasta itu memimpin negeri ini..." Dierez menatap Charles sangat dalam.
"Duduklah, aku akan mengambilkan beberapa makanan di dapur. Tunggu disini" Dierez lalu berlari cepat keluar dari perpustakaan meninggalkan Charles.
"Aku akan mengabulkan itu untukmu, Dierez... Aku akan duduk ditahta itu untukmu" gumam Charles memandang pintu perpustakaan yang baru saja ditutup oleh Dierez.
Sembari menunggu, Charles berkeliling di ruangan itu, kakinya berhenti melangkah saat sampai di satu meja yang penuh dengan karya milik Dierez.
Semua alat lukis Dierez terletak di atas meja itu. Beberapa helai kertas berisi gambar-gambar indah yang dibuat oleh Dierez.
Charles tersenyum bangga melihat semua gambar Dierez di atas meja itu. Lalu matanya tertuju pada satu gambar yang masih belum diselesaikan oleh Dierez.
Gambar yang memperlihatkan wajah seorang gadis cantik mengenakan pakaian pelayan kerajaan mereka. "Seorang pelayan? Siapa dia" gumamnya terus memperhatikan gambar itu.
Saat mendengar suara pintu terbuka, Charles berjalan kearah pintu. Namun...
"Charles?" Tutur Ravien dengan wajah kaget. Charles yang juga terkejut langsung mengambil jubahnya dan berlari memanjat jendela ruang perpustakaan itu.
Dalam sekejap pangeran itu hilang begitu saja setelah melompati tembok tinggi pembatas istana. Ravien menggeliat kesana kemari mencari jejak, namun tak ada.
Saat Ravien berbalik berniat untuk mengejar Charles. Ia bertemu Dierez yang kala itu sedang memegang banyak makanan di tangannya.
Dierez menatap Ravien terkejut dan sedikit panik. Namun Ravien mengabaikannya dan lanjut berlari kecil keluar dari perpustakaan.
------------------------------
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Nastira
FantasyBercerita tentang sebuah gunung bernama Anora. Gunung yang menampung kehidupan manusia didasar kaki gunung itu. Kehidupan yang menganut sistem kerajaan. Berdiri satu kerajaan tunggal bernama kerajaan Alfonsa, kerajaan yang didirikan oleh dua bersa...