IG: fyanxaa.wp
-----------------------------
Arvand memperhatikan semua orang yang ada disana. Matanya berhenti saat melihat Charles berdiri dengan seorang pria asing yang penampilannya bukan seperti rakyat biasa. Tambah lagi bunga asing yang ada ditangannya.
Disisi lain, Levaron terus menangis tak henti-henti di hadapan Ravien. Raja itu diam menatap dalam pada adiknya itu, tatapannya memancarkan rasa kasihan dan penyesalan.
Lalu, Elina mengambil kesempatan itu untuk keluar dari dekapan Ravien. Gadis itu menggigit pergelangan tangan Ravien lalu berlari kearah Levaron.
Hal itu membuat Ravien kembali marah. Hampir saja sadar dari energi buruk bola elemen itu, sang raja kembali menggila setelah tangannya digigit.
Ravien mengangkat pedangnya tinggi dan hendak mengayunkannya pada Elina. Levaron bergegas berdiri dan berlari kearah gadisnya itu. Pangeran bungsu itu langsung memeluk Elina lalu memutar badan menghadapkan punggungnya pada Ravien.
*Zrakk
Pedang Ravien mencabik punggung Levaron. Pangeran itu menutup matanya dan terjatuh dalam pelukan Elina."AAAAAAAA!!!" gadis itu berteriak histeris sembari terus memeluk Levaron yang sudah tak bernyawa dengan penuh darah.
Semua pangeran terdiam tak percaya. Dengan mata yang berkaca-kaca, mereka menatap Elina yang sudah menangis sesenggukan memeluk Levaron.
Ravien bahkan tak menyesal sama sekali, raja itu berjalan pelan menuju Dierez dengan pedangnya yang sudah dipenuhi darah dari keluarganya sendiri.
"Berikan buku itu jika tak ingin bernasib sama dengannya" celetuknya dengan nada pelan dan tatapan tajam pada Dierez.
Ravien berjalan semakin dekat hingga wajah antara keduanya hanya berjarak beberapa centimeter saja. Ravien menatap Dierez tanpa ekspresi dan Dierez menatapnya penuh rasa sedih.
Tangannya merebut buku yang ada pada Dierez tanpa perlawanan sedikitpun dari pangeran kelima itu. Ia menatap wajah Ravien yang kotor akibat percikan darah.
"Teruslah bersikap baik seperti ini" lontarnya dengan senyum miring sembari mengelus rambut Dierez. Tangannya meninggalkan noda darah di rambut Dierez.
Diantara ketujuh elemen terkuat itu, hanya Dierez yang belum mengeluarkan pedangnya.
Ravien berjalan meninggalkan Dierez. Lalu seketika berhenti melangkah dan berbalik menghadap pada prajuritnya. "Bunuh mereka semua" perintahnya tanpa beban.
Dengan senyum bahagia ia berjalan sembari membalik halaman perhalaman buku itu. Tiba-tiba saja seseorang meneriakinya dari gerbang istana.
Saat Ravien berbalik, itu adalah Criss yang datang dengan kudanya. "Siapa?—" pupil matanya melebar kala menyadari lencana yang dikenakan orang itu.
Ia bergegas berlari menjauh sambil menyembunyikan buku itu dibelakang tubuhnya. Sayangnya, kuda milik Criss lebih cepat dari yang dikira. Dengan pedangnya, Criss mendekat mengincar kepala raja baru Nastira itu.
Saat sudah sangat dekat untuk mencapai punggung Ravien, raja itu berbalik menghadapkan wajahnya dan melumpuhkan kaki kuda Criss dengan pedangnya.
Criss terlempar kelantai, pedangnya juga terlempar jauh darinya. Ravien mendekat sambil memegang buku itu, dengan wajah angkuhnya merasa lebih hebat dari Criss.
"Hancurkan buku itu! Itu hanya akan menghancurkan semuanya!" Pinta Criss kala terbaring dilantai.
"Ada apa lagi dengan orang ini" gumam Ravien dengan ekspresi melas. Dan ingin segera mengakhiri raja Amartha itu.
"Dimana Dhoren? Aku ingin bicara dengannya!" Mintanya pada Ravien. Ravien terkekeh kecil mendengar tuturan Criss.
"Dia sudah mati, aku membunuhnya tadi" ungkapnya bangga dengan tawa ledekan. "Jadi kau ingin bicara dengannya ya..." Sambungnya tersenyum licik.
*Zrakk
Pedang itu kembali merenggut nyawa. Ravien menancapkan pedangnya lurus tepat di jantung raja Amartha itu. Suasana hening dan semua orang menatap benci pada Ravien."Nah... Sekarang kau bisa temui dia di neraka" sarkas nya bangga setelah membunuh raja Amartha itu.
Floyd berdiri menyilang tangannya dengan wajah datar. "Kekuatan bola elemen itu memakan jiwanya". Gumamnya. Charles langsung menoleh dengan wajah heran.
"Itu buku yang kau cari kan? Itu bisa mengakhiri semua ini?" Tanya Charles. Floyd mengangguk pelan tanpa mengalihkan pandangannya dari Ravien.
"Dia... Yang akan mengakhiri semua ini" Floyd menunjuk Dierez dengan jari telunjuknya. Dierez langsung menoleh pada Floyd setelah pria itu menunjuknya, seperti mendapat sebuah panggilan?
Dierez yang kala itu sedang duduk menemani Gernio untuk melindunginya dari serangan, langsung berdiri. Tatapannya pada Floyd beralih pada Ravien.
Saat Dierez mengeluarkan pedangnya, cahaya besar muncul berwarna biru membuat semuanya tampak silau. Ravien kembali mengangkat pedangnya, mengarahkannya pada Dierez namun tak bereaksi apapun.
Cahaya biru itu membentuk sebuah lingkaran yang mengelilingi Dierez layaknya perisai yang tak bisa ditembus oleh kekuatan Ravien.
Perlahan ia terus berjalan mendekati Ravien. Berbeda dengan yang lainnya, kedua mata Dierez berwarna biru. Kali pertamanya Ravien merasa takut dan terus berjalan mundur dengan terus melindungi buku itu.
Dierez lalu berlari cepat mendekati Ravien sembari mengangkat pedangnya tinggi. Ia mengayunkannya dengan ekspresi datar.
*Zrakk
Pedang itu mencabik perut Ravien. Pangeran itu terduduk dengan lutut tertekuk dihadapan Dierez. Satu tebasan dari Dierez menimbulkan hembusan angin yang sangat besar."Dia terlalu memaksakannya..." Gumam Floyd mengamati kejadian itu.
Dierez memasukkan pedangnya kembali, lalu semua cahaya dahsyat itu menghilang dengan sendirinya. Dengan mata berkaca-kaca pangeran kelima itu menekuk lututnya dan memandang wajah Ravien yang ia bunuh dengan tangannya sendiri.
Tangannya dengan lembut mengambil buku yang dijatuhkan oleh Ravien kelantai. Dierez kembali berdiri dan berbalik langsung menghadap pada Floyd.
Hans, Gernio dan Arvand ikut melihat pada pria itu. "Siapa itu?" Bisik Hans pada Arvand. Arvand hanya menggeleng pelan sembari terus memperhatikan Dierez.
Floyd juga berjalan mendekat kearah Dierez, hingga keduanya bertemu tepat ditengah halaman istana. Halaman istana yang kala itu penuh dengan genangan darah dimana-mana.
------------------------------
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Nastira
FantasyBercerita tentang sebuah gunung bernama Anora. Gunung yang menampung kehidupan manusia didasar kaki gunung itu. Kehidupan yang menganut sistem kerajaan. Berdiri satu kerajaan tunggal bernama kerajaan Alfonsa, kerajaan yang didirikan oleh dua bersa...