15 - Cemburu?

10 3 1
                                    

Bantu mampir ke tiktok
@fyanxaa.wp
Makasihhh💐

------------------------------

"Elina..." Berkali-kali Levaron mengetuk pintu sebuah kedai kecil yang sengaja tutup saat dirinya datang.

Dibalik pintu kedai kecil itu, seorang gadis cantik berdiri menahan tangisnya karna harus mengabaikan Levaron.

"Elina.. kali ini saja, lalu aku tidak akan mengganggumu lagi. Aku ingin melihatmu untuk terakhir kalinya" bujuk rayu Levaron yang tak putus asa mengetok pintu kedai kecil itu.

Dengan tatapan nanar, akhirnya gadis yang ia tunggu-tunggu itu keluar membukakan pintu. Baru ingin memeluknya...

*Plakk
Gadis itu menampar wajah Levaron dengan tangis yang tak tertahan. Levaron terdiam menundukkan kepalanya.

Sesaat ia kembali menaikkan pandangannya, pangeran itu menyeka air mata di pipi Elina dengan senyuman yang sangat tulus.

Dengan sangat erat gadis itu melangkah memeluk Levaron. Elina menangis sejadi-jadinya menyandarkan wajahnya di dada bidang pangeran bungsu itu.

"Kumohon menyerahlah... Kau menyakitiku pangeran" iris gadis itu seraya memukul-mukul dada Levaron dengan tangan mungilnya.

"Aku sangat mencintaimu Elina... Kau harus percaya itu" ungkapnya terus memeluk gadis itu dengan tubuhnya.

"Lalu kenapa kau mengatakan ini adalah yang terakhir? Raja menjodohkan mu?"

"Tidak..."

"Aku sangat mencintaimu, pangeran"Levaron tersipu saat mendengar itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku sangat mencintaimu, pangeran"
Levaron tersipu saat mendengar itu. Dengan tatapan nanar ia menatap gadisnya itu.

"Itu yang dari dulu ingin kudengar, Elina..." Timpalnya tersenyum bahagia.

"Tapi ini mustahil kan? Kita berbeda dari segi apapun—"

Levaron mengecup kening gadis itu membuatnya terdiam. "Mari menjadi sepasang kekasih di kehidupan berikutnya" harapnya dengan berat hati harus kembali ke istana.

Gadis itu masih tak bisa menahan sesaknya yang harus merelakan orang yang ia sayangi.

Berusaha keras menerima bahwa orang yang ia cinta hanyalah sebuah mimpi yang mustahil untuk menjadi miliknya.



Gernio memasuki dapur dengan tergesa-gesa, menjadikannya pusat perhatian oleh semua pelayan disana. Pangeran itu menarik tangan Alice dan membawanya keluar dari dapur. Gadis baru itu langsung menjadi perbincangan para pelayan lain.

Gernio membawa gadis itu ke halaman belakang istana tempat penjemuran.

"Ada apa pangeran?" Tanya gadis itu kebingungan.

"Aku ingin kau menjawab dengan jujur, apa yang kau masukan ke dalam minuman obat raja?" Sarkas nya mengintimidasi.

Gernio menggenggam erat tangan gadis itu dengan emosinya yang sangat kacau.

*******

Menteri dan putrinya Vandora baru saja sampai di istana setelah mendapat kabar mengejutkan dari prajurit yang datang ke rumah mereka.

"Ayah, aku ingin menemui Gernio terlebih dahulu" izinnya memilih jalan yang berbeda dengan sang menteri yang langsung bergegas menuju ruang pengobatan.

Vandora mengecek seluruh ruangan yang sering digunakan oleh Gernio, namun tetap tidak menemukan pangeran itu.

Ia lalu bertanya pada seorang pelayan yang kebetulan lewat. "Apa kau melihat Gernio?"

"Pangeran Gernio pergi dengan pelayan baru nyonya"

"Kemana?"

"Maaf saya juga tidak tau, yang pasti mereka tidak keluar dari kawasan istana"

"Baiklah, terima kasih"

"..."

*******

"Aku hanya memasukan semua bahan-bahan yang diresepkan oleh Tabib itu" kekeh Alice membela diri dari tuduhan yang dilontarkan Gernio padanya.

Tepat di pintu keluar menuju halaman, Vandora berdiri memperhatikan Gernio dan Alice. Pandangannya terfokus pada tangan Gernio yang tak lepas dari Alice.

"Gernio..." Serunya pelan seraya berjalan menghampiri keduanya. Alice terkejut dan sedikit bahagia telah bertemu dengan Vandora lagi.

"Nyonya Vandora!!" Girangnya berlari kecil kearah Vandora. Namun, ekspresi Vandora sama sekali tak senang berada disana.

Tatapannya terpaku pada Gernio dan mengabaikan Alice. "Apa-apaan itu tadi?" Vandora menatap Alice dengan rasa benci.

"Nyonya Vandora, aku pikir aku tidak akan pernah melihatmu lagi, aku—"

"Aku benci melihatmu dekat dengan pangeran ku" potongnya menatap tajam pada Alice.

"Vandora apa-apaan itu" bela Gernio.

"Tak disangka kau membela pelayan ini?"

"Berhenti bicara seakan kau dekat denganku. Berapa kali aku katakan kalau aku sama sekali tidak ada rasa denganmu"

Vandora berjalan kearah Alice dan menjambak gadis itu di hadapan Gernio. "VANDORA!!" bentak Gernio langsung menepis tangan Vandora dari Alice.

"Apa yang lebih darinya? Dia hanya seorang pelayan tak berasal!!" Tutur Vandora mulai meneteskan air matanya.

"Apa maksudnya ini? Nyonya Vandora ada apa? Apa aku berbuat salah?" Gugup Alice yang masih tak mengetahui apa yang terjadi.

"Diam!! Dasar kau jalang! Aku membawamu kesini bukan untuk merebut Gernio dariku!" Bentaknya menunjuk Alice dengan jari telunjuknya.

"Nyonya Vandora apa yang kau katakan?—"

"Kau tidak berhak melarang ku untuk mencintai seseorang. Dan aku tidak punya kewajiban untuk mencintaimu!" potong Gernio disela-sela perbincangan Alice dan Vandora.

Vandora terdiam dengan tatapan nanar. "Aku sedang berduka, tolong jangan membuatku lebih terpuruk" mintanya menarik tangan Alice meninggalkan Vandora.

------------------------------

To be continued...

The NastiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang