14 - Kematian

9 4 0
                                    

IG: fyanxaa_

------------------------------

"Tunggu... Apa itu untuk raja?" Ucap Ravien memberhentikan langkah Alice yang sedang membawa segelas minuman.

"Benar... Tabib itu membuatkan ini untuk diminumkan pada raja"

"Berikan padaku, biar aku yang memberikannya" tawar Ravien mengambil baki ditangan Alice.

"T-tapi pangeran, ini tugasku—"

"Tidak apa, aku hanya ingin membantu" Sambungnya tersenyum manis pada Alice. Saat Ravien berbalik hendak mengantarkan minuman itu.

"Kau sangat baik pangeran..." Tutur Alice. Ravien menoleh dan tersenyum pada gadis itu.

*******

Arvand, Dierez, Gernio dan juga Hans menatap Ravien yang masuk kedalam ruang pengobatan membawa segelas minuman.

Pintu ruangan yang terbuka membuat para pangeran harus menonton keharmonisan antara ibu dan anak didalam ruangan itu.

"Terima kasih, ayahmu pasti sangat menyayangimu" puji Gistara sembari membelai rambut putranya.

"Ibu juga belum makan dari pagi tadi, istirahatlah. Biar aku yang menjaga ayah" tawarnya lagi dengan senyum simpul diwajahnya.

"Baiklah..." Gistara memberikan senyuman manis pada putranya itu. Lalu mulai beranjak dari kursinya dan meninggalkan ruangan.

Saat berjalan melewati pangeran lain, ratu itu membuang pandangannya mengacuhkan putranya yang lain. Dengan tatapan kesalnya, Arvand tak berhenti menatap ratu itu berjalan.

Dierez berdiri dari duduknya lalu menuju kedalam ruangan pengobatan. Ia berdiri dibelakang Ravien yang kala itu tengah duduk bermenung menatap mahkota raja yang terletak di nakas dalam ruangan itu.

Tangan Dierez menepuk pelan bahu Ravien mengalihkan perhatiannya dari mahkota itu. "Aku ingin bicara" mintanya pada Ravien.

Lalu keduanya keluar dari ruangan itu menuju suatu tempat untuk membicarakan sesuatu yang tampaknya serius.

Meninggalkan raja yang terlentang di kasur. Tabib disana mencoba menyuapi minuman yang dibawakan Ravien pada Dhoren.

Dan lagi. Arvand, Gernio dan Hans menatap Ravien dan Dierez yang baru saja keluar dari ruangan pengobatan. Keduanya tampak tegang seakan menyembunyikan sesuatu.

Di lorong kerajaan yang lumayan sepi, Dierez menahan langkah Ravien dan mulai melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada orang.

Ekspresi Ravien saat itu benar-benar membingungkan.

"Bisa kau jelaskan ini semua?" Sarkas Dierez yang mulai kehabisan kesabaran.

"Itu...." Mulut Ravien terlihat berat untuk berbicara. Pangeran itu tertunduk dan diam dengan wajah gelisah.

Dierez menepuk bahu Ravien. Lalu...

"Darurat!! Panggil semua Tabib kesini!!" Teriakan Gernio yang menggema hingga ke tempat Dierez dan Ravien.

Dierez langsung berlari mengecek apa yang terjadi. Ravien masih berdiri menatap Dierez yang berlari kembali ke ruang pengobatan.

Arvand, Gernio dan Hans sudah berada didalam ruangan dengan banyaknya Tabib yang mengerumuni yang mulia raja.

Saat masuk kedalam, ia melihat Hans menangis histeris. Gernio dan Arvand tertunduk dengan tatapan kosong. Dierez menyuruh semua Tabib minggir agar dirinya dapat melihat kondisi ayahnya.

The NastiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang