Jangan lupa vote dan tinggalin komen kalian tentang cerita ini!
Engene mana suaranya!!
------------------------------
Dierez berlari kearah Arvand memegang sebuah buku dengan wajah cemas dan sedih. "Kenapa?" Tanya Arvand mencemaskan adiknya itu.
Dierez memberikan buku itu ke tangan Arvand dan mencoba mengatakan sesuatu dengan gerak tangannya. "Entah kenapa, sepertinya sesuatu yang buruk akan terjadi"
Arvand mengelus pelan pundak Dierez untuk menenangkannya. "Tenanglah, lihat siapa yang datang" sambil bergeser sedikit ia menunjukkan kalau Charles dibelakangnya.
Dierez mengambil kembali buku yang ia titipkan pada Arvand. Dari balkon istana, Ravien memperhatikan semua saudaranya itu. Ia melihat buku yang ada pada Dierez dan langsung berteriak dari atas sana. "Dierez!!" Panggilnya.
Dierez menoleh dan melihat Ravien bergegas turun kebawah meninggalkan ratu sendiri di atas sana. Tepat saat pangeran itu sampai di halaman kerajaan, sesuatu yang ajaib terjadi.
Elemen yang ada pada tubuh para pangeran itu adalah The seven farchels yang merupakan tujuh kekuatan terkuat yang tertulis dalam buku Alfonsa.
Elemen itu mengalirkan kekuatannya pada pedang para pangeran. Saat Ravien sudah berkumpul dengan keenam saudaranya dihalaman istana. Pedang mereka semua mengeluarkan cahaya yang merupakan wujud dari kekuatan elemen yang mereka dapatkan.
Semua mengambil pedang yang berada di pinggang mereka itu, dan mengangkatnya keatas. Semua terpana melihat bukti dari keajaiban Anora itu.
Semua rakyat diluar gerbang istana juga terpelongo. Ratu Gistara, menteri kerajaan dn juga putri Vandora hanya diam mencoba percaya apa yang mereka lihat.
Ketujuh elemen terkuat itu berkumpul di satu tempat yang sama yang membuat kekuatannya semakin kental dan kuat.
Akan tetapi, menjadi pemilik dari bola elemen bukan hanya memperoleh sebuah kekuatan. Namun juga, akan mengacaukan pikiran akibat energinya yang sangat kuat.
Ravien menyeringai menatap pedang di tangannya itu. Pedang yang dililit cahaya berwarna hitam. Sesaat pangeran itu menggila tanpa sebab. Ia melayangkan pedang itu kearah Levaron yang berada tepat didepannya.
Untungnya, pangeran bungsu itu cepat menghindar. Namun Ravien terus-menerus memberinya serangan beruntun membuat Levaron harus berjalan mundur menahan serangan itu.
Hal itu di saksikan oleh seluruh rakyat Nastira bahkan ibunya Gistara yang terkejut melihat aksi putranya itu. Ratu itu langsung berdiri dari tahtanya dan bergegas kebawah.
Diluar gerbang istana, semua sudah heboh dan mencoba mendobrak gerbang itu untuk masuk. Elina juga yang berada diluar istana langsung berteriak nama Levaron saat melihat pangerannya itu diserang.
"Ravien!!" Dierez dan Gernio mencoba menahan saudaranya itu tanpa senjata. Namun Ravien yang diliputi dahaga itu justru ikut menyerang Dierez yang memegangi tangannya.
"Menjauh darinya dasar anak jalang!" Gerutu Arvand menangkis serangan Ravien yang hampir mengenai Dierez itu dengan pedangnya. Pedang yang memiliki aura berwarna ungu.
Emosi Arvand membeludak setelah Ravien menyerang Dierez. Ia memberikan serangan balasan dan terus mengayunkan pedangnya pada Ravien.
*******
"Suara teriakan apa itu?" Tanya salah seorang pelayan di ruang dapur. Mereka masih sibuk melakukan pekerjaannya tanpa henti.
"Sudahlah, biarkan saja. Jangan berpikir untuk menyelinap keluar lagi. Kau bisa ditangkap untuk yang kedua kalinya" jawab yang lain.
Namun, Alice yang dihantui rasa penasaran itu nekat berjalan keluar dari dapur. "Anak baru! Mau kemana kau?"
Alice berhenti melangkah tanpa berbalik badan. "Mengambil bahan" timpalnya gugup. Tak ada yang benar-benar peduli tentang kemana gadis itu ingin pergi, semua mengabaikannya.
*******
Ravien menyerang semua pangeran yang berada di dekatnya termasuk Gernio yang terus ia serang. Pangeran keempat itu sama sekali tak melawan dan hanya mengelak dari serangan itu.
Sesaat pedang Ravien berhasil mengenai tangan Gernio, pangeran itu terjatuh ke tanah. "Gernio!!" Teriak Vandora dari atas balkon. Putri mahkota itu hendak turun kebawah namun, ayahnya menahan.
Seseorang menahan kepala Gernio dengan tangannya agar tak terbentur langsung ke tanah. Saat pangeran itu mendongakkan kepala, itu adalah Alice.
"Pangeran kau tidak apa-apa?" Tanya pelayan itu sembari membantu Gernio untuk kembali berdiri. Pemandangan itu benar-benar membakar Vandora membuatnya semakin ingin turun kebawah.
"Ravien sadar!! Ini bukan kau yang kami kenal!" Teriak Hans yang tengah mengalihkan perhatian Ravien dari Gernio yang tergeletak.
Kalimat itu membuat Ravien berhenti bergerak. Ia terdiam menundukkan kepalanya dengan lesu. Semua berpikir kegilaan itu sudah berakhir, namun tidak...
"AHAHAHAHA!!!" Ravien tertawa sangat keras layaknya orang kehilangan akal kala berdiri ditengah-tengah halaman kerajaan. Pangeran itu kembali diam lalu menatap tajam pada Hans yang berdiri dihadapannya.
"Tidak... Ini memang diriku. Sangat melelahkan berpura-pura baik di depan kalian semua selama ini" ocehannya.
Ia lalu membalik badan menghadap Gernio dan Alice yang tadinya di belakangnya. Ia menunjuk Alice dengan pedangnya.
"Aku tidak pernah berniat menolong mu hari itu, hanya saja aku harus bersikap baik didepan adikku. Bahkan aku akan sangat terhibur jika kau mati mengapung di danau itu" ungkapnya dengan senyum miring terlukis diwajahnya.
"Juga hari itu, aku sama sekali tidak berniat mengantarmu pulang ke tempat Vandora. Kau tau apa yang ku lakukan di pasar?" Sambungnya.
"Aku memberi tahu semua orang bahwa dia telah dikutuk dan harus di usir dari negeri Nastira" ungkapnya dengan bangga beralih menunjuk Charles.
"Kenapa kau harus kembali?" Tanyanya menatap Charles. Semua mendengar kebenaran itu dari mulutnya dan sulit untuk mempercayainya.
------------------------------
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Nastira
FantasyBercerita tentang sebuah gunung bernama Anora. Gunung yang menampung kehidupan manusia didasar kaki gunung itu. Kehidupan yang menganut sistem kerajaan. Berdiri satu kerajaan tunggal bernama kerajaan Alfonsa, kerajaan yang didirikan oleh dua bersa...