Happy reading...
"Oe oe oe,"
Suara bayi di dalam ruangan persalinan, membuat mereka yang menunggu, sedikit merasa lega.
Mereka lega karena, terdengar suara bayi, yang artinya. Bayi itu selamat.
Namun, di sisi lain, mereka juga khawatir dengan kondisi orang yang mereka sayang, yang sedang melahirkan itu, ralat sudah melahirkan.Terutama sang suami, ia dari tadi bolak balik di depan pintu ruang persalinan, khawatir dengan keadaan istri, dan anaknya.
Pintu ruangan terbuka, menampilkan raut wajah tidak enak dari sang dokter.
"Dok, istri saya baik-baik saja kan?"
"Dok, anak saya dan bayi nya bagaimana?"
"Dok, cucu dan anak saya baik-baik saja kan dok?"
Berbagai pertanyaan dari kedua belah pihak keluarga di lontarkan kepada dokter, dokter itu menggeleng kan kepala pelan, sembari berucap.
"Mohon maaf sebesar-besarnya, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun, Tuhan berkehendak lain, bayi nya selamat, tapi ibu nya tidak dapat di selamat kan, karena pendarahan yang hebat"
Kata-kata yang tak ingin mereka dengar, kini terucap dari mulut sang dokter.
Seolah waktu terhenti, mereka masuk ke dalam ruangan, sang suami menangis secara histeris, melihat tubuh sang istri yang di balut dengan kain putih.
Dengan tangan yang bergetar sang suami membuka kain tersebut, dan di lihatnya sang istri dengan wajah pucat nya.
Ayah dari sang suami, mengelus lembut pundak anaknya yang menangis sejadi jadinya, mencoba menenangkan anaknya.
"Ana, sekarang kamu udah tenang ya di atas sana," ucap sang suami, mencoba mengikhlaskan kepergian istrinya.
"Rio adzan kan anak mu"
"Iya pah"
Suster memberi bayi tersebut kepada Rio, Rio menerima nya dan segera mengadzani nya.
"Permisi, ini ada titipan dari almarhum"
Salah satu suster memberikan secarik kertas, mereka membaca nya bersama-sama, kini air mata jatuh semakin deras.
Surat itu berisi tentang, Ana yang meminta agar anak nya selalu di sayang, dan jangan membencinya.
14 tahun kemudian
"Ares, makan dulu sayang, abis itu baru kita ke makam mommy," ucap Rio, Daddy Ares.
"Emang gak bisa sekarang aja ya dad?"
"Enggak bisa dong sayang, kamu kan punya maag, ntar kalo kambuh gimana?"
"Yahh"
Dengan perasaan yang dongkol, Ares memakan makanannya.
"Res ntar Lo bareng gue aja ya?" Tanya si sulung
"Gak bisa gitu dong, Ares harus bareng sama gue, titik," ucap anak tengah.
Kini terjadilah pertengkaran, antara dua kakak adik itu, memperebutkan adik bungsu mereka.
Sang sulung yang bernama, nathalio ziova Faarana, dan anak tengah yang bernama zivano Reonald Faarana.
Karena jengah dengan pertengkaran kedua kakak nya itu, apalagi saat ini makanan nya sudah habis, tapi kedua kakak nya itu masih saja terus bertengkar.
"Dah lah, cape gue nunggu mereka selesai, nih makanan dah habis juga, mereka belum selesai berantem nya"
"Mau bareng Daddy son?"
"Yes dad"
Ayah dan anak itu pergi meninggalkan kakak adik itu, mereka tidak sadar telah di tinggal oleh Daddy dan adik bungsu mereka.
Kini di atas tumbukan tanah itu, ada bunga dan beberapa orang yang tengah melayat, mereka memandang nisan yang bertuliskan.
Ariana Naira Faarana
Binti
Renald Erana Gerald"Mom, apa kabar?, Kabar Ares baik, kabar mommy gimana?, Baik kan?" ucap Ares
"Mom, kenapa mommy lahirin adek laknat kayak Reo sih mom?" Tanya Lio
"Heh apa maksud Lo hah!?, Abang laknat?!" ucap Reo tak terima
"Maksud gue tuh, kenapa mommy lahirin Lo, kan bagus kalo gue doang yang jadi Abang buat Ares, Ares itu lucu, baik, perhatian lah Lo malah sebaliknya tengil, nakal, gak nurut lagi sama Abang nya"
Reo mendengus, tentu saja ia kesal, walaupun ia sayang dengan Ares, ia juga lelah terus menerus di banding-bandingkan dengan Ares.
"Heh gue sama Ares tuh beda ya?!, Ares ya Ares, gue ya gue?!"
"Iya ih canda, ngambek kan Lo mah, wkwk"
"Candaan Lo gak lucu tau?!"
"Sudah-sudah kalian ribut mulu dari tadi, gak malu di liatin orang-orang?" ucap Rio
Saat mereka melihat sekitar, banyak orang memperhatikan mereka, sungguh saat ini rasanya mereka ingin kabur saja.
"Pffftt, makanya jangan berantem Mulu," ejek Ares terhadap dua kakak nya itu
"Udahlah dek jangan ketawa Mulu, ntar keselek terus is date loh." jengah Reo
"Heh Lo nyumpahin mati nih ceritanya?" kini tawanya sudah terhenti, tergantikan dengan pertanyaan maut nya itu kepada kakak ke dua nya.
"Ya gak gitu juga, maksudnya tuh Lo gak cape apa? Ketawain kita Mulu?"
"Gak"
Jawaban singkat Ares membuat bang Lio tersenyum tipis, ia tidak peduli walaupun dijadikan bahan olok-olok kan, yang terpenting adik bungsu nya itu tertawa.
"Sudah ayo kita pulang, hari sudah mendung, Ana kita balik dulu ya." pamit Rio.
"Yah dad cepet banget, baru juga sebentar, masa pulang sih." protes Ares tak terima
"Sebentar apanya, kan kita sudah di sini setengah jam," balas Rio
Setelah itu mereka pamit kepada makam sang mommy, yang telah melahirkan mereka.
Tbc
Maaf kalo alurnya gak jelas, nikmatin aja pelan-pelan
Jan lupa vote, dan komen ya, boleh kasih masukan kok di komentar
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Bintang (End)
Teen FictionAres Aryana Faarana, adalah seorang dari keluarga yang berada, ia lahir tidak seperti orang lainnya mommy nya meninggal ketika melahirkan nya. Namun, itu tidak membuat keluarga nya membencinya justru sebaliknya, karena ia adalah bungsu, dan peningga...