18 #keputusan

1.1K 85 2
                                    

Happy reading

Tian masih menunggu Dion. Namun, Dion tak kunjung datang.

"Dion biasanya dateng agak siangan," ucap Gian membuyarkan lamunan Tian.

Tian hanya merespon dengan mengangguk, sedangkan Gian masih melanjutkan pekerjaannya.

"Umur berapa kamu?" tanya Tian.

"Saya?" tanya Gian. Namun, tatapan nya masih fokus ke arah motor yang sedang ia servis.

"Iya."

"17."

"Seumuran dengan Dion? Bagaimana, dengan orang tua mu?"

"Bukankah tidak sopan menanyakan orang tua seseorang?"

"Oh, maaf saya tidak bermaksud."

Gian menghela nafasnya, lalu berjalan menuju tempat duduk yang di duduki Tian, setelah itu ia duduk di salah satu kursi dekat Tian.

"Orang tua saya sudah meninggal."

"Saya tidak tau, maaf."

"Orang tua saya meninggal 2 tahun yang lalu, sejak itu saya harus menghidupi saya dan adik-adik saya."

"Memangnya, kamu berapa bersaudara?"

"Saya anak ke 2 dari 7 bersaudara, kakak saya yang pertama pergi merantau untuk menghidupi keluarga nya."

"Memangnya apa penyebab orang tua mu meninggal?"

"Om benar-benar ingin mengetahui nya?"

"Jika kamu tidak ingin memberitahu, tidak masalah."

"Orang tua saya meninggal karena kecelakaan, saat menjemput adik bungsu saya, mereka mengalami kecelakaan. Namun, hanya adik bungsu saya sajalah yang tidak terluka, mungkin karena orang tua saya melindungi nya."

"Berarti orang tua mu meninggal gara-gara adik bungsu mu?"

Mendengar kata-kata itu, reflek Gian menghadap Tian dan menarik kerah nya.

"Apa maksud om?!"

"Maksud saya? Tentu saja maksud saya adik bungsu kamu itu pembawa sial! coba kamu pikir seandainya saja adik bungsu mu tidak lahir hidupmu tidak akan menjadi seperti ini!"

Gian mengepalkan tangannya dan semakin mengeratkan tarikan kerahnya kepada Tian.

"Adik bungsu saya bukan pembawa sial! Dia hanya seorang anak tak berdosa yang di takdirkan memiliki nasib seperti itu!"

"Naif sekali kamu! Jika adik bungsu mu tidak lahir nasib mu tidak akan seperti ini!"

"Jangan pernah om berani menghina seorang anak adalah anak pembawa sial, mereka tidak meminta untuk di lahiran, bahkan mungkin jika mereka bisa memilih mereka tidak akan memilih lahir, bukan keputusan mereka untuk lahir, dan semua takdir sudah di atur oleh yang maha kuasa!"

"Sok bijak kamu! Hidup mu tidak akan pernah bahagia jika kamu bersikap seperti itu!"

"Apa buktinya om? Hidup saya bahagia kok! Walaupun saya hidup sederhana dan tidak bisa melanjutkan pendidikan saya, saya masih bisa bahagia!"

Terjadi keheningan sementara di situasi tersebut, hingga Dion datang dan menanyakan apa yang terjadi.

"Ada apa ini? Apa yang terjadi?" tanya Dion yang baru saja datang.

Saat di perjalanan tadi, Dion melihat mobil Tian di depan bengkel nya, Dion sebenarnya bingung ada urusan apalagi Tian menghampiri nya. Namun, saat mendekat ia melihat Gian menarik kerah Tian dan mereka bertengkar.

Sang Bintang (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang