Happy reading
"Hoamm." Ares menutup mulutnya dengan tangan, menguap.
Ares membuka tirai jendela yang berada di sampingnya, menampilkan cahaya silau yang masuk kamar Ares, Ares sedikit memejamkan matanya, masih belum sepenuhnya sadar.
Ares menuju balkon kamarnya, menghirup udara segar di pagi hari.
"Siap-siap ah, biar gak telat" ucap Ares.
Ares menuju kamar mandi, memandikan tubuh nya yang sudah lengket, dan bau keringat.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Ares menuruni tangga, keluarga itu sedang sarapan dengan di iringi canda tawa, sepertinya hanya Dion yang menikmati makanannya dengan khidmat.
Ares berjalan begitu saja, menghiraukan tatapan tajam Deon yang di layangkan padanya.
Ares sudah di parkiran mansion nya, ia celingukan mencari motor nya, berusaha mengingat, ia taruh di mana motor nya.
"Eh, iya gue baru inget, ck, gimana nih, mana uang nya cuma cukup buat bawa motor ke bengkel, sama buat makan," ucap Ares.
Ares meletakkan tangannya di bawah dagu, berusaha menepis keraguan nya untuk numpang pada Dion.
"Ah, yaudah lah, dari pada telat." Ares kembali memasuki mansion nya.
Tanpa berlama-lama, ia langsung menghampiri Dion, dan menarik pelan kerah nya.
"Anterin." dengan satu kata itu saja mampu membuat Dion menyelesaikan acara makan nya.
"Kok bang Dion, anterin Reza sih, Aga kan pengen bareng," ucap Aga sedikit memajukan bibir nya.
"Aga bareng abang aja ya?" Deon menyela pembicaraan.
"Yah, tapi Aga pengen bareng bang Dion." Mata Aga berkaca-kaca.
"Sudah, Dion antarkan saja Aga, lagipula kamu ngapain minta di anterin Dion, kamu kan punya motor, manja sekali," ucap Tian sarkas.
Sedangkan Ares memandang sebal Dion, ia ingin cepat-cepat pergi dari keributan ini.
Dion yang paham dengan tatapan Ares , menjelaskan secara rinci kepada Tian.
Tian akhirnya memperbolehkan nya setelah perdebatan yang panjang.
Mereka keluar dari mansion, Ares mendengus lalu melengos meninggalkan Dion.
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Setelah sampai Ares langsung pergi meninggalkan Dion sendiri di parkiran.Di koridor Ares melihat Bian, Vano, Nio, lalu Ares memanggil mereka.
"BIANN!" teriak Ares, mengundang seluruh perhatian kepadanya.
Yang di teriaki hanya menahan malu, sambil berpikir.
'bukan temen gue,' batin Bian.
Sedangkan Vano cekikikan sambil memegangi perutnya melihat Bian menutupi wajahnya karena malu.
"Gak usah teriak ege!" ucap Bian,
"Hehehe." Ares menampilkan cengengesan khas nya.
"Lo liat tuh rez, tu anak malu banget, waktu Lo teriak," ucap Vano yang masih cekikikan, satu tangan nya, ia taruh di pundak Nio.
"Ada apaan sih, sampe teriak gitu?" tanya Bian.
"Eh iya, Lo sabtu minggu, ada acara gak?" tanya Ares di akhir kalimat nya.
"Gak ada sih, mang napa?"
"Hehehe, Lo pasti tau lah"
"Gak ah, males gue, ajak yang lain aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Bintang (End)
Novela JuvenilAres Aryana Faarana, adalah seorang dari keluarga yang berada, ia lahir tidak seperti orang lainnya mommy nya meninggal ketika melahirkan nya. Namun, itu tidak membuat keluarga nya membencinya justru sebaliknya, karena ia adalah bungsu, dan peningga...