Lunarios || hiv

6.7K 101 1
                                    

Diwajibkan vote untuk bisa membaca cerita ini, karena minthor bisa sewaktu-waktu mengunci part atau menghapusnya!!

************************************

Sudah hampir setengah jam, Mey dan Luna duduk tanpa tegur sapa. Tangis keduanya sudah mereda. Mey mendekat sedang Luna memilih mundur.

"Kamu jangan pernah merasa sendiri, ada aku dan London yang tidak akan meninggalkan mu." Lirih Mey dengan suara serak.

Samar-samar terdengar suara London memanggil kedua sahabatnya bahkan langkah tegap terdengar memasuki kamar.

"Mey, Luna!"

Kedua mata London terbelalak melihat kedua sahabat itu duduk berjarak dengan keadaan Luna yang berantakan. Mata keduanya juga terlihat sembab.

London tidak ingin bertanya tetapi matanya melihat sesuatu yang membuat tubuhnya membeku. Sebuah alat tes kehamilan yang tergeletak tidak jauh dari closet.

"Luna," lirih London.

Dia pun ikut duduk ingin memeluk keduanya tapi alam bawah sadar langsung memasang alarm jika Luna masih belum bisa menerima sentuhan.

Tidak ada kata yang keluar dari bibir London, hanya perasaan marah melihat tespack dua garis.

"Mey, bawa Luna ke kamar." Titah London melihat bibir Luna bergetar.

Mey menggeleng, tubuhnya sulit untuk bergerak.

"Lun, kita ke kamar ya. Kau akan sakit jika seperti ini."

Luna menggeleng menutup telinga juga wajahnya.

"Biarkan seperti ini dulu." Lirih Mey.

London berdiri meninju tembok.

"Argh!"

Pukulan sangat keras hingga membuat tangannya terluka. Jejak darah mengalir dari sudut jari. London membiarkan tangannya berdarah meluapkan rasa marahnya.

"Shit!"

"Akan ku temukan pria itu!" Janji London langsung keluar.

Mey mendengar jelas ucapan London, dia berdiri mencegah tangannya.

London mengalihkan tangan Mey dengan sedikit kasar.

"Pikirkan sebab dan akibatnya!" Ucap Mey mengeratkan rahang.

Mereka berdua berada di depan kamar sehingga ucapannya tidak akan terdengar oleh Luna.

"Terus apa yang harus kita lakukan! Kita akan berdiam diri melihat Luna semakin frustasi?"

"Aku tahu! Tapi untuk saat ini pikirkan kesehatan mental Luna! Dia butuh kita tetap disampingnya!"

London memegang bahu Mey menatap wajahnya dengan nafas ngos-ngosan, "Mey, ini sudah minggu ke empat dan kita belum menemukan si bangsat itu!"

"Kecilkan suara mu! Luna bisa kembali histeris mendengarnya!"

"Oke! Sekarang aku tanya, dengan kita berdiam tanpa bergerak mencari pelaku, dia akan bebas berkeliaran di luar sana!"

Mey mengalihkan tangan London dari pundaknya,
"Ck! Aku tahu perasaan mu sebagai seorang pria! Kau marah ketika sahabat perempuan mu dinodai, Tapi pikirkan resikonya! Kita tidak memiliki bukti apa pun yang bisa menjerat dia masuk ke penjara."

"Jika hukum tidak bisa memihak kita, maka aku akan melakukan hal yang lebih kejam!" Ucap London menatap lurus kedepan.

"Dengan cara apa? Membunuhnya?"

Kali ini London menatap Mey, dari sorot mata tersebut mengartikan kebenaran.

"Membunuh sama saja menggali masalah baru!"

Malam Panas Sang Pewaris (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang