Lunarios|| absurd

2.5K 86 2
                                    

Diwajibkan vote untuk bisa membaca cerita ini, karena minthor bisa sewaktu-waktu mengunci part atau menghapusnya!!

************************************

"Bagaimana? Aman?" Tanya Mey melihat Luna keluar dari ruang pertemuan.

Luna hanya mengacungkan ibu jari, sambil membenarkan penampilan yang kacau.

"Biar ku tebak, Gerard pasti hampir mencengkram mu?"

"Hmm, dia terbawa emosi saat ku perlihatkan rekaman transaksi."

Mey melongo, tatapnya menajam. "Rencana apa lagi ini? Jangan bilang kau akan menyebarkan ke sosial media."

"Mungkin."

Dengan senyum merekah Luna melenggang pergi, tapi tidak dengan Mey yang masih berdiri cengo melihat tubuh ramping itu perlahan keluar dari kantor polisi.

"Ck! Ku pikir semua sudah berakhir. Ternyata dia masih ingin membuat Gerard benar-benar tidak berdaya."

---

POV Mey

Setelah dari kantor polisi, Mey tidak langsung pulang ke apartemen. Dia ada urusan lain yaitu mengunjungi pameran seni yang ada di pusat kota.

Mey sudah membawa perlengkapan seperti biasa, kamera digital tidak lupa selalu siap berada di leher jika apa pun menarik perhatian.

"Mey."

Mey menoleh mendengar namanya di panggil. "Dante."

Pria itu adalah Dante, mereka bertemu di tempat pameran seni seperti pertama kali semenjak empat tahun lalu.

"Sendirian?" Tanya Dante celingukan.

"Ada banyak orang disini."

Dante mendesis, pertanyaannya memang terdengar konyol.

"Tunggu sebentar, aku ada sesuatu untuk mu."

Dante menuntun tangan Mey menuju sebuah ruangan yang terdapat beberapa lukisan dari seniman terkenal. Mey tertegun menatap lukisan tersebut, ini pertama kali Mey melihat ada lukisan se abstrak ini tetapi memiliki nilai estetik tersendiri.

"Pilih salah satu."

Mey mendelik menatap Dante tidak percaya,

"Anggap pengganti lensa yang pernah aku rusak beberapa tahu lalu."

"Ck! Itu sudah lama sekali, lagi pula kau sudah menggantinya kan."

"Jangan lihat dari harga, ini tidak ada apa-apanya dibanding lensa yang rusak itu."

Mey tersenyum kikuk, bagaimana mungkin tidak melihat dari harga jika lukisan itu bernilai milyaran sedang lensa kameranya tidak menyentuh harga segitu.

"Dante..."

Dante berjongkok memegang tangan Mey seperti seorang pria tengah melamar kekasihnya.

"Mey, jika kau menerima salah satu lukisan ini itu artinya kau menerima cinta ku."

"Dante." Mey celingukan karena saat ini mereka menjadi pusat perhatian beberapa orang yang berlalu lalang.
"Cepat berdiri! Malu banyak orang memperhatikan kita."

"Pilih mana yang kau inginkan, tapi jika kau tidak memilih artinya kau menolak ku."

Mey semakin tidak mengerti, semua perasaan menjadi satu antara malu, nervous, dan kaget di lamar tiba-tiba.

"Oke aku pilih salah satu, tapi please kau harus berdiri setelah ini."

Dante mengangguk setuju,

"Aku pilih ini."

Malam Panas Sang Pewaris (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang