Lunarios|| penculikan Arell

2.7K 92 5
                                    

Diwajibkan vote untuk bisa membaca cerita ini, karena minthor bisa sewaktu-waktu mengunci part atau menghapusnya!!

************************************

Uhuk...

Suara yang berasal dari sofa, Gerard menoleh menatap tajam pada wanita yang terbaring tidak berdaya. Tangannya bersidakep dada, kedua kaki di letakan diatas meja. Terlihat smrik mematikan dari bola mata cokelat pekat itu.

Luna mengerjap menilik sudut ruang. Tak disangka bola matanya bertabrakan dengan retina cokelat milik Gerard yang sedang memperhatikannya.

Sekuat tenaga Luna berusaha bangun tetapi tidak bisa, tubuhnya merasakan sakit yang membuat ia kembali terlentang.

Gerard berdiri mendekat, tubuhnya sedikit condong kearah wajah. Kedua tangan menyapu bekas luka merah pada wajah lalu mengalihkan anak rambut yang berantakan.

Hampir saja Gerard melayangkan tinjuan pada wajah cantik itu tapi di urungkan. Gerard tidak bisa melakukannya hingga akhirnya tangannya hanya sampai di depan wajah.

"Arghh!" Gerard mengerang mengepalkan tangan karena tidak bisa meninju wanita.

"Kau membutuhkan kacamata hmm?" Ucap Gerard sedikit menekan pelipis

Luna menepis kasar tangan itu mengeratkan rahang dengan tatapan tajamnya.

"Mari kita bicarakan apa yang kau mau dan yang aku mau."

Ucapan Gerard terdengar sangat frustasi apa lagi dalam setiap kalimat menekan intonasi yang kuat.

Luna lalu berdiri, meski masih sakit tapi ia berusaha baik-baik saja. Posisinya dengan Gerard kali ini sangat dekat bahkan wajah mereka hanya berjarak satu inci.

"Yang aku mau adalah kehancuran hidup mu!" Tekan Luna dengan mengeratkan rahang.

"Tidak semudah itu Lunarios!" Gerard menggeleng "Ah maksud ku Lunara!"

Luna membuang wajah dengan lirikan mematikan.

"Kau tahu, ayah ku tidak akan tinggal diam dengan masalah ini. Jadi..." Gerard mengangkat kedua bahu.
"Tunggu saja apa yang akan dia lakukan pada mu."

"Baik, kita lihat nanti." Luna tersenyum mengeluarkan smirknya.

Gerard menarik kursi lalu menyilangkan kedua kakinya. Wajahnya masih menatap kearah Luna namun semakin lama Gerard disana semakin sesak dadanya.

Perasaan yang mulai tumbuh mengapa harus dihancurkan dalam sekejap. Gerard baru merasakan jatuh cinta, cinta yang membuat hidupnya berwarna.

"Argh!" Gerard semakin frustasi ketika menatap wajah Luna

Dia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri hingga akhirnya Gerard keluar.

Luna menghela nafas kasar melihat punggung kokoh itu keluar ruangan dengan membanting pintu. Luna menyandarkan kepala merasakan pusing yang luar biasa.

"Bajingan itu benar-benar sudah gila!" Maki Luna memejamkan mata.

Terlalu lama dengan posisi yang salah membuat seluruh tubuh semakin terasa sakit. Luna memutuskan pulang ke apartemen mengingat jarum jam berada di angka dua.

Pengunjung pasti sibuk dengan urusan masing-masing. Perlahan Luna bangun mengambil tas juga perlengkapan lain, dia harus menyamarkan penampilan menggunakan kacamata agar tidak menjadi pertanyaan para pegawai.

---

Apartemen

Luna berhasil pulang dengan selamat, saat ini ia sudah berada di ruang utama. Merebahkan tubuh diatas sofa empuk untuk sementara waktu sebelum pindah ke kamar.

Malam Panas Sang Pewaris (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang