Lunarios|| hai boy

4K 100 2
                                    

Diwajibkan vote untuk bisa membaca cerita ini, karena minthor bisa sewaktu-waktu mengunci part atau menghapusnya!!

************************************

Empat bulan kemudian...

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, sekarang usia kandungan Luna menginjak sembilan bulan. Perut ratanya kini terlihat membuncit.

Bayi dalam kandungannya juga bisa diajak kompromi tidak merepotkan orang lain. Luna pun sudah terbiasa dengan kehidupan barunya.

Entah Luna harus senang atau sedih karena sebentar lagi predikat sebagai gadis akan diganti menjadi seorang ibu dengan hadirnya bayi tersebut.

Tidak ada persiapan khusus untuk menyambut kehadirannya, Luna tidak seantusias ibu-ibu lain. Dia hanya membeli beberapa perlengkapan yang menurutnya penting.

Karena sejujurnya, Luna tidak mengharapkan kehadiran bayi mungil itu. Luna terpaksa mempertahankan bayi dalam kandungan atas saran Mey dan London agar bisa mengetahui siapa pelaku pemerkosa.

Pagi ini seperti biasa, Luna sedang berolahraga di balkon apartemen. Dia melakukan senam hamil selama kurang lebih lima belas menit untuk memudahkan persalinan.

Tidak hanya senam hamil, Luna juga melakukan yoga untuk merelaksasi pikiran. Kehamilan ini benar-benar membuatnya stres sehingga memerlukan relaksasi otak.

"Auh." Luna merasakan getaran hebat didalam perut, bayinya seperti menendang hingga membuatnya nyeri.

Luna mengelus perut buncitnya, "Hai sebentar lagi kita akan bertemu. Ku mohon jangan nakal dan membuat orang lain khawatir."

Seperti biasa janin itu merespon ucapan sang ibu, dia kembali menendang. Tapi kali ini hanya tendangan kecil. Luna tersenyum merasakan tendangan mungil itu.

Bagaimana bisa bayi yang belum ada wujudnya bisa merespon ucapannya? Pikir Luna dalam hati.

Luna dibuat bingung, apakah nanti dia harus menyayangi anaknya seperti ibu pada umumnya, atau harus membenci kehadirannya?

Mungkin Luna menaruh pilihan kedua.

Tiba-tiba perutnya mengalami nyeri, Luna terpaksa menghentikan aktifitas sebelum nyeri itu benar-benar membuat perutnya kram.

Huft...

Rasa nyeri tidak hanya datang diperutnya saja tetapi juga pinggul dan bagian lain. Keringat dingin sampai mengalir dari pelipis dan tangan.

"Ssstttttt auh kenapa sakit banget," lirih Luna mencoba bertahan.

Tangannya meraba ponsel menghubungi Mey atau London namun sayang keduanya tidak ada yang mengangkat panggilan.

"Hei, bertahanlah! Kita akan ke rumah sakit."

Bayi dalam kandungan seperti mengerti, sakit di beberapa bagian berkurang. Sehingga Luna putuskan untuk ke rumah sakit seorang diri.

Ia mengambil ponsel dan kunci mobil lalu keluar apartemen. Biarlah dia melakukan tugasnya seorang diri, Luna tidak mau merepotkan Mey dan London.

Dengan langkah yang tertatih, Luna berjalan pelan melewati koridor hingga sampai di lift. Sejauh ini semua baik-baik saja. Nyeri itu datang hanya beberapa kali. Tapi tidak sesakit saat didalam.

Huft...

Berhasil! Luna berhasil melewati lobi dan sekarang dia berada di mobil menuju rumah sakit. Luna patut diacungi jempol untuk tindakannya kali ini.

Rumah sakit....

Tibanya di depan rumah sakit, Luna melepas seatbelt tapi nyeri itu datang lagi. Kali ini benar-benar dua kali lipat rasa sakitnya.

Malam Panas Sang Pewaris (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang