Lunarios|| berdamai

3.5K 93 1
                                    

Diwajibkan vote untuk bisa membaca cerita ini, karena minthor bisa sewaktu-waktu mengunci part atau menghapusnya!!

************************************

Setelah Mrs. Maria pergi, Luna menatap amplop membolak-balik seperti tidak ingin membukanya.

London masih berada diambang pintu tidak berani mendekat melihat perubahan wajah tenang itu. Sedang Mey yang tidak tahu apa yang baru terjadi berlari kecil memanggil Luna juga London.

"Makanan sudah siap, kita makan sekarang," ucap Mey memainkan alis.

Luna masih diam sehingga Mey ikut duduk. Ditangannya saat ini ada amplop cokelat yang entah apa isinya.

"Lun,"

"Beasiswa ku di cabut." Luna sama sekali tidak menatap Mey, tatapannya kosong.

Mey mendelik, menutup mulut yang hampir menganga. London ikut mendekat dan duduk bersama keduanya.

"Lun, jangan patah semangat. Kamu bisa mengajukannya lagi." Ucap London dengan nada tegas.

Luna menggeleng, "Aku yang salah. Dua bulan absen tanpa keterangan apa pun."

"Tapi kamu memiliki alasan kuat kenapa tidak mengikuti kelas." Usul Mey

"Terlambat,"

Luna menatap satu persatu temannya, "Terima kasih."

Setelah mengatakan kalimatnya, Luna masuk kedalam kamar.  Hal yang membuat London dan Mey bingung. Mereka tahu perasaan Luna saat ini tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

"London, apa kita perlu mengatakan yang sejujurnya pada pihak kampus?"

"Aku juga berfikir demikian."

"Sepertinya ini jalan terakhir yang harus kita lakukan, sudah dua bulan kita tidak juga menemukan pelakunya."

London memijat keningnya, pusing kembali menguasai.

"Sebenarnya jika Luna mau mengingat bagiamana bentuk wajah, tangan atau mobil yang saat itu digunakan mungkin kita bisa mencarinya. Tapi kamu tahu sendiri, Luna belum bisa mengingat semua itu."

Mey memajukan tubuhnya, "Atau kita paksa saja, akan lebih baik sakit sekali daripada sakit selamanya."

London menggeleng, sepertinya tidak setuju.
"Trauma yang dialami Luna itu termasuk serius, aku takut ingatannya akan memburuk jika kita memaksanya."

"Terus kita harus bagaimana? Ini sudah dua bulan tapi kita tidak juga menemukannya!"

Mey frustasi, kepalanya sedikit menengadah bersandar pada sofa.

"Bagaimana dengan orang suruhan mu? Ada perkembangan?"

Mey menggeleng, "Kita hanya fokus pada rekaman cctv tanpa tahu ciri-ciri pelaku sama saja kita menyeleksi pria tanpa mengenal satu persatu."

London pun sama frustasinya dengan Mey, berkali-kali dia menarik nafas untuk menemukan ide. Tapi nyatanya pikirannya blank.

"Aku ada ide, bagaimana kalau kita tanya pada dokter Calista? Mungkin dia bisa membantu kita." Usul Mey

"Caranya?"

"Dokter Calista pasti memiliki kemampuan menggali informasi dari pasien gangguan mental tanpa mereka sadari. Bagaimana menurut mu?"

"Jika itu bisa membantu kenapa tidak."

"Oke aku akan ke rumah sakit sore ini, biasanya dia praktek sore."

"Oke atur bagaimana baiknya saja. Demi kesembuhan teman kita."

Mey mendesah merebahkan tubuh pada sofa
"Aku jadi tidak berselera makan,"

Malam Panas Sang Pewaris (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang