Lunarios|| debate

3.6K 83 4
                                    

Diwajibkan vote untuk bisa membaca cerita ini, karena minthor bisa sewaktu-waktu mengunci part atau menghapusnya!!

************************************

POV Luna

Keadaan room setelah pertempuran semalam sangat berantakan oleh gelas, botol alkohol, juga alat penghisap narkotika.

Luna mengerjapkan mata beberapa kali karena cahaya lampu yang menyorot kearah mata. Ternyata, Luna masih berada di room VVIP tidur diatas sofa hanya berselimut jas hitam.

Seluruh tubuhnya remuk seperti tertimpa beban berat. Lengannya sudah tidak terikat lagi dan ada bekas kemerahan di pergelangannya.

Luna melenguh merasakan sakit di kedua kaki, ia menyingkap jas memaksakan diri untuk bangun dan memunguti semua pakaian. Tetapi kedua matanya melirik secarik kertas juga akses card yang ditinggalkan Gerard.

Datanglah ke apartemen malam ini!

Hanya berisi pesan singkat agar Luna datang ke alamat yang sudah tertera di kertas.

"Aaahh!" Luna mengerang meremas kertas tersebut.

"Si bangsat tidak tahu malu!" Maki Luna mengacak rambutnya.

Ia langsung mengenakan pakaiannya kembali dan keluar dari room karena bau yang tidak sedap.

"Madam," ucap Viona saat Luna menuruni tangga.

Viona begitu khawatir melihat keadaan Luna yang berantakan, dia berusaha menjangkau tangan tetapi Luna menolak.

"Bersihkan secepatnya room VVIP nomer 3."

Luna langsung pergi setelah memerintah Viona. Ia kembali ke ruangan untuk membersihkan tubuh dari sisa percintaan semalam karena aroma tubuh Gerard masih menyatu di kulit.

Di dalam ruangan, Luna mengobrak-abrik dokumen yang ada di meja. Ia melampiaskan kemarahan pada benda di sekitar.

"Aaaarrghhh!"

Tangannya mengepal mengingat kejadian semalam, tentang wajah puas Gerard saat menikmati miliknya, detik-detik pelepasan, juga erangan Gerard yang membuatnya jijik.

Tubuhnya sudah berkhianat, seharusnya Luna tidak merasakan orgasme berkali-kali dalam permainan tersebut, namun karena Gerard pemain pro sehingga membuat Luna lupa daratan.

Luna sangat marah pada dirinya sendiri, seharusnya ia bisa mengontrol tubuhnya.

Setelah melampiaskan kekesalan, Luna masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuh. Luna harus ke dokter kandungan secepatnya untuk melakukan pertolongan pertama agar tidak kebobolan seperti dulu.

---

Klinik

Luna mendesah panjang saat memasuki ruang dokter dengan bau antiseptik menyengat.

"Silahkan duduk,"

Luna mendudukan bokongnya, sebelum ia bercerita Luna menatap peralatan USG. Melihatnya saja membuat bulu romanya berdiri.

"Mau konsultasi tentang kehamilan atau masalah lain."

Luna masih diam, ia tidak mendengar ucapan dokter.

"Lunara,"

Luna tersenyum tipis ketika namanya di panggil.

"Mau konsultasi kehamilan atau masalah lain?" Ulang dokter wanita.

"Masalah lain."

"Oke, silahkan apa masalahnya."

Luna mengatur nafasnya agar tidak terlihat panik. Dia mencoba setenang mungkin agar bisa bercerita.

Malam Panas Sang Pewaris (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang