Lunarios || not you

3.5K 91 1
                                    

Diwajibkan vote untuk bisa membaca cerita ini, karena minthor bisa sewaktu-waktu mengunci part atau menghapusnya!!

************************************

Luna dan Calista tiba di ruang VIP namun tiba-tiba Calista berhenti. Luna yang masih berjalan tidak menyadari Calista tertinggal dibelakang hingga saat ia sampai di penghujung koridor, Luna baru menyadari Calista tidak bersamanya.

Luna menoleh, Calista tampak berbincang dengan seseorang dari ponselnya.

"Maaf ya, tadi ada sedikit masalah."

Luna hanya mengangguk, keduanya kembali melanjutkan langkah.

"Kamu mau ikut kedalam?" Tanya Calista setelah mereka sampai di depan ruangan.

Luna pun menggeleng, "Aku tunggu disini."

"Hmm oke, tunggu hanya sepuluh menit."

"Tidak masalah. Masuklah."

Calista masuk kedalam sedang Luna duduk di kursi menikmati turunnya salju.

Ia mengadahkan tangan, menerima beberapa butiran salju yang turun. Hampir memenuhi tangan membuatnya merasakan dingin juga ngilu. Tapi anehnya butiran salju itu menenangkan hati.

Luna pun mengusapkan ke bagian perut, ada rasa dingin yang langsung menembus kedalam. Bahkan perutnya ikut menciut saat butiran salju mengenai permukaan kulit.

Entah bagaimana ceritanya, butiran salju itu membuatnya tenang. Bahkan hanya dengan menatapnya langsung dari langit.

Pintu terbuka, Luna menoleh mengira itu Calista. Tapi ia salah, seseorang yang baru saja keluar adalah perawat yang ia temui di toilet.

Luna menatap sepersekian detik, tanpa disadari matanya mengarah kebagian perut yang masih rata. Hal itu membuat perawat langsung memegang perut.

Luna akhirnya mengalihkan pandangan, tapi perawat itu mendekat.

"Boleh aku duduk?"

Luna mengangguk,

"Terima kasih."

Perawat itu menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. Kedua kaki diayunkan sambil menghirup udara dingin.

"Maaf soal kejadian waktu itu."

Kalimat pertama pembuka obrolan, Luna membalasnya dengan tatapan.

"Apa janin itu masih ada di perut mu?"

Mendengar Luna membahas soal bayi, perawat itu membalas tatapan Luna. Gerak-geriknya seperti ketakutan menoleh kebelakang beberapa kali.

"Tolong jangan membahasnya lagi."

Tak berselang lama, Calista keluar setelah sepuluh menit berada didalam.

"Leoni, tadi Dante menelfon. Dia mengatakan agar kau mengaktifkan ponsel."

Leoni mengangguk, "Baik. Kalau begitu saya pamit."

Leoni terlihat sangat gugup bahkan tidak mau menatap wajah Calista. Dia kembali masuk kedalam.

"Aku lihat, kamu nyaman sekali bermain salju." Ucap Calista mendudukan bokong.

Luna hanya tersenyum kecut, "Apa tugas dia hanya merawat satu orang?"

"Maksud mu Leoni?"

"Ya."

"Dia perawat pilihan yang ditugaskan langsung oleh anak dari pemilik rumah sakit."

"Namanya Dante, dia juga teman ku. Entah bagaimana Dante memilih Leoni dari sekian banyak perawat disini." Lanjut Calista.

Luna langsung menoleh ke ruangan rawat inap yang ada di belakangnya. Pikirannya kembali mengingat tentang pertemuan pertamanya dengan Leoni.

Malam Panas Sang Pewaris (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang