1

1K 57 3
                                    

"Biu, kau yakin?" Apo harap-harap cemas. Dia yang memberikan ide gila itu, tapi dia juga yang ketakutan. Dia tak menyangka bahwa roommate-nya akan mengiyakan ide gilanya.

"Tak ada cara lain," gumam Build putus asa. Apo tak pernah melihat Build seputus asa ini. Bagi Apo, Build adalah manusia paling optimis sejagad raya. Pantang menyerah. Menganggap kesialan dan nasib buruk adalah sahabat karibnya sehingga Build tak lagi perlu mengkhawatirkan apa pun.

Namun, ini hal lain. Jika sudah tentang neneknya, semua filosofi hidup yang pernah Build pelajari dan terapkan, tiba-tiba akan musnah begitu saja. Karna bagi Build, neneknya adalah hidupnya.

.

.

.

###

Bas bergumul dengan laptopnya itu sejak 10 menit yang lalu. Bukan hal sulit baginya. Sedang di belakangnya, Ta menatapnya dengan pikiran yang tak bisa ditebak.

"Masuk!" Bas berseru. Ta bukan lega, dia justru menelan ludah tanda gugup berlebihan. Saat Bas menatap wajah berkeringat Ta, napas Bas terbuang berat. "Takut?" tanya Bas sedikit mengejek.

"Bagaimana kalau Phi Bib tau? Aku akan mati," Ta meracau.

"Dia tidak akan membunuh adik semata wayangnya. Kesayangannya. Jadi, jika kau memang pengecut, mundur sekarang," Bas semakin menginjak harga diri Ta.

"Ok! Pesan sekarang juga!" tanpa sadar Ta meninggikan suaranya.

.

.

.

###

Aplikasi selesai diunduh. Akun berhasil dibuat. Satu postingan pun telah diunggah. Build berdebar. Dia tak percaya bahwa dia akan melakukan hal paling bodoh dalam hidupnya. Namun, dia juga tak tau mengapa dia seputus asa ini. Apakah karna pesan dari Barcode? Ataukah voicemail dari neneknya. Faktanya, kedua hal tersebut berhasil merenggut segala keyakinan dan harapannya.

"Biu, cara ini pun tak sepenuhnya berhasil secara singkat. Ini satu-satunya aplikasi tepercaya yang kutahu. Setidaknya, kau aman dari penipuan, kekerasan, atau hal-hal di luar kendali. Dan kau tahu kan, semua pasti sebanding. Semakin bagus aplikasinya, maka semakin ketat. Akan cukup sulit mendapatkan pelanggan dalam waktu singkat," Apo bicara panjang lebar. Dia tak yakin, apakah dia sedang memberi informasi atau sedang berusaha mengubah keputusan Build. Nampaknya, Apo lebih terlihat frustasi ketimbang Build.

"It's ok. Yang penting aku sudah mencobanya," Build tak tahu harus berkomentar apa lagi. Apo menepuk bahunya dengan ringan. Seolah sedang mentransfer keberuntungan yang dia miliki.

.

.

.

"Pertama, cari akun yang baru dibuat. Kedua, amati bahasa postingannya. Makin amatir, makin bagus. Ketiga, kirim pesan pribadi. Minta foto real dan nomor ponsel. Terakhir, hubungi lewat ponselnya, jangan lagi melalui pesan di aplikasi," Bas menjelaskan dengan rinci apa saja yang harus Ta lakukan.

"Kenapa?" Ta belum bergerak. Menunggu penjelasan Bas lebih lanjut.

"Kenapa untuk yang mana?" Bas mulai mengetik beberapa kata kunci di pencarian.

"Semua," jawab Ta singkat.

"Hah...!" Bas mendengus kesal. "Oke, dengarkan baik-baik," Bas menoleh hanya untuk memastikan bahwa Ta sudah mengangguk. "Akun baru, artinya dia belum pro. Walau itu tidak sepenuhnya menjamin. Bahasa yang amatir, artinya dia belum lama berkecimpung dalam dunia itu. Foto, tentu saja kau harus melihat visualnya, kan? Dan nomor ponsel, itu untuk menghapus jejak dari Bible. Jelas?" Bas selesai menjawab semuanya bersamaan dengan dibukanya satu akun yang menarik perhatiannya.

Is It Ok?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang