Venice kembali tertidur sambil memeluk lengan kedua laki-laki dewasa di samping kiri dan kanannya. Setelah merengek cukup panjang, Venice berhasil membuat Build mau tidur bersama mereka. Hari ini benar-benar hari yang melelahkan bagi Build. Bukan secara fisik memang, tapi cukup menguras energinya. Jadi, setelah berperang melawan canggungnya sendiri karna harus seranjang lagi dengan laki-laki 25 juta plus anaknya, kini Build ikut terlelap bersama Venice. Meninggalkan Bible yang masih setia menatapi keduanya. Anak dan laki-laki yang belum lama dikenalnya.
Ada rasa menggelitik di rongga dada lelaki itu. Aneh, namun lucu. Bukan lucu untuk ditertawakan. Tapi, ini lucu yang menyenangkan. Bible merangkai kembali segala bentuk kebetulan yang menjeratnya bersama Build. Kadang, dia berpikir kebetulan hanya akan menjadi sebuah kebetulan. Namun, di sisi lain dia juga ingin percaya bahwa kebetulan itu tidak ada. Yang ada hanyalah takdir.
Lalu, takdir apa? Takdir yang bagaimana yang akan membawa dia dan Build nantinya? Karna sejauh ini, takdir terlalu sering membolak-balikan hatinya. Apalagi kini dia tak hanya hidup untuk dirinya sendiri. Ada Venice. Separuh dari jiwanya sendiri.
Adakah takdir untuk mereka bertiga nantinya?
Setelah bergelut dengan batinnya sendiri, Bible akhirnya menyerah. Membiarkan saja semuanya mengalir seperti air yang tenang. Dia tidak ingin terburu-buru karna saat ini tak ada yang benar-benar ingin dia kejar. Dia ingin menikmatinya. Hari-hari yang berjalan perlahan. Rasa gelisah yang panjang. Karna dia tau, saat terburu-buru, bisa saja dia jatuh lagi. Kemudian, sakit lagi.
Saat kantuknya datang perlahan, Bible menggeser jemarinya masih dalam sisa kesadarannya. Dengan sengaja merekatkan dengan jemari milik Build. Dan malam itu, perut Venice manjadi saksi bisu eratnya kaitan jemari dua lelaki dewasa di sisi kanan dan kirinya.
.
.
.
Saat Build membuka mata, matahari sudah sepenggalah naik. Ranjang itu pun hanya tersisa dirinya seorang. Dia ingat benar sedang berada di kamar siapa dan semalam tidur dengan siapa saja. Karna saat ini rasa canggungnya masih saja terasa meski semalam dia tidur teramat nyenyak. Mendudukan diri sambil mengucek matanya, Build mengelilingkan pandangan. Ayah dan anak itu benar-benar sudah tidak di kamar. Itu bagus, Build tak bisa membayangkan jika dia bangun masih bersama ayah dan anak itu.
Setelah meminjam kamar mandi untuk membasuh wajahnya, Build keluar kamar dengan malas. Tidurnya memang nyenyak, tapi tubuhnya terasa lemas. Perutnya juga sudah meminta jatah makan. Build gemas dan ingin meremas perutnya sendiri.
Baru sampai di lorong depan kamar, Build berpapasan dengan Ta. Keduanya terkejut. Lalu, membatu sesaat.
"Phi Build?" Ta bersuara lebih dulu.
"Pagi, Ta," ucap Build gugup. Wajahnya sedikit merona. Tentu saja malu. Bagaimana dia akan menjelaskan kejadian semalam pada Ta?
"P-pagi, Phi," Ta juga tak kalah canggung. Pikiran demi pikiran negatif mulai bermunculan di benaknya. Bagaimana tidak, dia melihat Build keluar dari kamar kakaknya sepagi ini. Dengan tampilan sedikit berantakan khas orang yang baru bangun tidur. Ditambah cara berjalan yang diseret. Ta tak bisa mengontrol diri untuk menatapi Build dari ujung kaki hingga kepala membuat Build menjadi tidak nyaman.
"Kau sudah bangun?" Bible memutus rantai kecanggungan antara Ta dan Build.
"Hn...," Build hanya mengangguk samar dan bergumam.
"Ayo turun. Kalian belum sarapan kan," Bible memberi isyarat pada keduanya, Ta dan Build. Mereka patuh begitu saja. Menuruni anak tangga tanpa ada yang bicara.
"Biuuuu," Build sedikit limbung ketika Venice tiba-tiba menubrukan tubuh kecilnya ke kaki Build yang baru saja mendarat di tangga terakhir. Melingkarkan kedua tangan mungilnya sambil mendongak untuk menatap Build. Build membalas dengan senyum manis. Lagi-lagi memamerkan lesung pipinya tanpa sengaja. Dalam sekali 'hap', Build membawa Venice dalam gendongannya. Keduanya tertawa kecil saat Build menggoda Venice dengan kelitikan-kelitikan di beberapa bagian tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Is It Ok?
FanfictionTa dibantu oleh Bas telah membuat kesalahan besar yang menimbulkan kekacauan. Korbannya kali ini adalah Bible. Mereka mencuri data diri Bible untuk melakukan kencan satu malam dengan orang tak dikenal secara random. . . . Pertemuan yang terjadi mel...