23

665 78 18
                                    

Mata Build yang sedikit bengkak karna ada memar di sana sedang berkeliling. Dia masih bingung. Rupanya segala kebetulan-kebetulan dalam hidupnya masih berlanjut. Dia tidak mengerti mengapa malam ini dia berakhir di rumah mewah ini.

Tidak sebesar rumah Bible memang. Tapi....

'Sial! Kenapa harus dibandingkan dengan punya orang itu?' Build berdebat dengan pikirannya sendiri.

"Aku sudah menghubungi dokter kenalanku. Dia sedang perjalanan ke sini," lamunan Build buyar.

"Maaf. Khun Asa jadi repot malam-malam begini," Build menundukkan kepalanya beberapa kali. Dia benar-benar merasa tidak enak hati.

"Jangan dipikirkan. Keselamatanmu yang penting. Orang-orang itu sudah tidak mengejarmu. Kau aman sekarang," Bas tersenyum berusaha menenangkan.

"Sekali lagi terima kasih," Build tidak tau sudah berapa kali dia mengucapkan terima kasih sejak pertemuannya dengan Bas di depan rumah ini. Merasa bersalah karna awalnya mengira bahwa Bas adalah penjaga rumah. Ternyata, dia mantan calon bosnya, pemilik rumah elit ini. Lagipula siapa juga yang tidak akan berpikir bahwa dia hanya penjaga rumah? Malam-malam, hanya memakai celana panjang kotak-kotak yang sudah usang dan kaos polos tanpa lengan. Bertubuh tinggi tegap dan kekar. Berdiri di depan pagar rumah sambil mengepulkan asap rokok. Belum saja Build mengira dia hanya tukang ronda keliling.

"Jadi, apa kau sudah tau siapa yang mengeroyokmu?" Bas mulai serius. Dia juga penasaran. Namun, Build hanya menggeleng sebagai jawaban. "Kau ingat wajah-wajah mereka, kan? Sempat melihat plat mobilnya?"

"Lampu sedikit remang. Beberapa wajah mereka mungkin aku sendikit ingat. Tapi, aku tidak memperhatikan lebih jauh karna mereka terus menyerangku," Build menjawab apa adanya. "Aku tak terpikir untuk melihat plat mobil."

Masuk akal. Build diserang secara mendadak dengan membabi buta oleh sekelompok orang yang bahkan tak pernah dia lihat sebelumnya. Dia tak diberi kesempatan sedikit pun untuk mengamati bahkan sekedar memahami apa yang terjadi.

"Hn.... Biar aku yang urus. Kau hanya perlu memberi tau apa yang kau ingat saja," Build tak mengerti mengapa Bas membantunya sejauh ini. Bahkan, mau terlibat di dalamnya.

"Sebenarnya, Khun Asa tidak perlu terlibat lebih jauh. Aku sudah sangat berterima kasih karna pertolongan Khun Asa," Build tidak ingin menyeret siapa pun dalam masalahnya.

"Jangan khawatir. Aku memang suka ikut campur urusan orang lain," Bas berkelakar. Ingin meredakan kecanggungan yang ada. Lalu kembali memeriksa luka-luka di wajah dan tubuh Build.

"Permisi," seorang wanita paruh baya menyela di antara mereka. Tangannya membawa sebuah nampan yang di atasnya terdapat mangkok dan handuk kecil. Saat diletakkan di meja, Build baru bisa melihat bahwa mangkok itu berisi air. Selain itu, ada kotak kecil berisi obat-obatan.

"Terima kasih. Bibi bisa istirahat lagi," ucap Bas pada wanita paruh baya itu. "Temanku bilang, sambil menunggu dia datang, aku bisa membersihkan lukamu lebih dulu. Tenang saja, aku sudah biasa dengan hal ini. Jadi, aku tidak akan memperparah lukamu."

"Eh, terima kasih," Build hanya punya kalimat keramat itu. Tidak tau harus mengucapkan apa lagi. Dan lagi-lagi Bas hanya menanggapinya dengan senyum juga ekspresi yang seolah menyiratkan bahwa Build tak perlu sesungkan itu padanya.

.

.

.

Sekitar 30 menit kemudian, seorang dokter, yang juga teman Bas, datang. Berkenalan dan berbasa-basi singkat sebelum memeriksa luka-luka Build. Build tak banyak bicara. Hanya ucapan maaf dan terima kasih yang terlontar entah untuk keberapa kali. Saat dokter yang diketahui bernama Top tersebut sedang mengobati Build, Bas keluar dari ruangan sambil bicara dengan seseorang melalui telepon. Build menjadi makin canggung.

Is It Ok?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang