"Build," Bible menepuk bahu Build untuk membangunkannya. Sayangnya, panggilannya terlalu lirih. Bahkan, tepukan di bahu itu pun terlalu lembut. Yang terjadi, Build justru meringkuk sambil mengapit lengan Bible. Bible yang terkejut karna tubuhnya ditarik mendekat, kini justru membatu. Nafas Build menyentuh wajahnya dengan samar. Nafas yang teratur. Yang tenang. Seolah pertanda bahwa tidur laki-laki di hadapannya itu sedang lelap-lelapnya.
'Kau sangat manis saat tidak kesal begini,' pikiran Bible sedang bertelepati dengan Build di alam mimpinya. Tanpa sadar, bibirnya tengah melengkung tipis. Tangannya yang bebas juga terangkat dengan sendirinya. Lalu, entah sejak kapan, tangan tak sopan itu sudah berada begitu dekat dengan rambut Build. Ingin merasakan rambut hitam yang nampak halus itu. Untung saja kesadaran Bible datang tepat waktu. Tangan itu berpindah dengan cepat untuk menampar pipinya sendiri.
"Apo...," Build menggumam. Terdengar tak jelas meski Bible begitu dekat. Alis Bible bertaut. Menajamkan telinganya.
"Hm? Kau bilang apa?" Bible tau tanyanya takkan terjawab. Namun, masih saja terlontar begitu saja. Kaitan di lengannya makin mengerat. Build terlihat nyaman di sana.
"Aromamu berbeda," Build kembali bergumam. Kali ini dia mengusap-usap hidungnya ke lengan Bible. Berusaha membaui tubuh itu. Bible makin membeku. Tubuhnya terasa kesemutan. Lalu, menelan ludah dengan susah payah.
"Build," Bible kembali memanggil Build berharap lelaki itu bangun. Meski suaranya tercekat di tenggorokan. Sedang Build kembali mengusap hidungnya ke tubuh Bible. Kali ini berusaha meraih lehernya dengan menarik lengan Bible semakin erat. Tubuh Bible semakin terdorong mendekat. Hampir tak ada jarak. Kini, lehernya terasa geli karna Build yang mencoba menghirup aroma tubuhnya dari sana masih dengan mata yang terpejam. Tangan Bible yang bebas berusaha meraih apa pun yang ada di dekatnya. Berusaha mencari pegangan agar tak limbung. Jujur saja, kelakuan Build membuatnya linglung.
"Bukan. Bukan Apo," gumamam Build makin menjadi. Tubuhnya bergerak ke sana ke mari. Seperti sedang bergelut dengan mimpinya sendiri.
Bible sendiri sedang berdebat dengan pikirannya. Tidak tau harus melakukan apa. Build di depannya tampak sedang menggodanya tanpa sadar. Bodohnya, dia justru hampir saja terlena.
Iya, hampir saja.
"Build! Build!" kini suaranya lebih jelas. Tangannya juga mengguncang tubuh Build lebih keras. Membuat Build mau tidak mau ditarik paksa dari mimpinya. Membuka mata perlahan dan melonggarkan kaitan di lengan Bible hingga akhirnya Bible dapat kembali ke posisinya lagi. Sedikit bernafas lega.
Build mengerjap beberapa kali. Mengumpulkan jiwanya lagi. Melihat sekeliling dan berusaha mengingat apa yang terjadi. Kemudian, melihat Bible ada bersamanya, Build menjadi bingung.
"Di mana ini?" suaranya serak. Kepalanya juga sedikit pusing.
"Rumahku," Bible menjawab singkat tanpa melihat ke arahnya.
"Kenapa ke sini?" Build masih tidak mengerti. Mengingat kembali apa yang membuatnya berakhir bersama Bible di sini.
"Aku tidak tau rumahmu," kali ini Bible sudah lebih tenang dan bisa mengendalikan dirinya.
"Rumahku?" akhirnya Build ingat bagaimana dia bertemu Bible. "Apo!"
Bergegas mencari ponselnya dan mendapati 5 panggilan tak terjawab dari Apo. Ada sekitar 10 pesan singkat dari Apo juga. Intinya, Apo baik-baik saja. Itu sudah lebih dari cukup untuk membuatnya lega.
"Kau terus saja menyebut nama itu," terdengar suara Bible yang menyela. Build mengalihkan pandangan dari layar ponsel ke laki-laki di sampingnya.
"Aku?" Build menunjuk dirinya sendiri. Ingin memastikan apa yang ingin Bible coba katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Is It Ok?
FanfictionTa dibantu oleh Bas telah membuat kesalahan besar yang menimbulkan kekacauan. Korbannya kali ini adalah Bible. Mereka mencuri data diri Bible untuk melakukan kencan satu malam dengan orang tak dikenal secara random. . . . Pertemuan yang terjadi mel...