Ini kamar Build dan Apo. Namun, yang terjadi saat ini adalah keduanya kesulitan mengusir tamu tak diundang yang bebal itu. Tamu itu dengan serta merta memutuskan sendiri bahwa dia akan menginap. Bahkan, dia juga memutuskan untuk tidur di ranjang milik Build yang tentu saja mendapat tatapan keberatan dari pemilik ranjang dan roommate-nya. Menghadapi kebebalan tamunya, Apo tak hilang akal. Dia menarik Build dalam satu hentakan. Lalu, memberi keputusan yang tak ingin siapa pun mengganggu gugat.
"Baiklah. Silakan tuan bos yang kaya raya tidur di ranjang itu. Biarkan teman sekamar saya ini tidur dengan saya. Ini sudah sangat larut. Mari kita tidur. Selamat malam," menutup kalimat terakhirnya, Apo menarik Build 'dengan sedikit memaksa' untuk segera berbaring di sisinya. Build yang bingung, Bible yang kesal, mengubah suasana kamar makin tidak nyaman. Sementara itu, Apo tidak peduli. Dia terus menarik Build hingga Build mau tidak mau berbaring di sisinya. Selanjutnya, seolah sengaja, Apo memeluk Build dengan erat. Mereka biasa berpelukan saat tidur. Justru, Build lah yang biasanya memeluk Apo. Kali ini, Build benar-benar dibuat pusing dengan kelakuan dua orang yang ada di kamar ini. Lelah, Build hanya memejamkan mata. Tak lagi ingin melihat bagaimana bosnya itu berekspresi. Selanjutnya, Build hanya mendengar dengusan keras dan langkah kaki menuju ranjangnya.
.
.
.
Saat membuka mata, hal pertama yang Build lihat adalah atap kamarnya yang nampak lebih terang. Rupanya hari sudah siang. Tergagap, Build menyibak selimutnya. Sialnya, dia lupa bahwa tubuhnya sedang babak belur. Meringis kesakitan, dia mengedarkan pandangan.
Sepi.
'Ke mana dua manusia yang membuatnya pusing semalam?'
Ranjangnya telah rapi. Ranjang Apo yang dia tiduri pun tak nampak sosok Apo di sisinya. Meraih meja, dia lupa bahwa ponsel yang dia pinjam telah raib. Membuka laci dan mencari ponsel lamanya, Build lupa bahwa ponsel itu tak berisi kartu.
Kepalanya berdenyut nyeri. Mencoba beranjak, Build terhuyung menuju toilet. Setelah membasuh wajah dan menyikat giginya, dia menuju dapur kecilnya. Di sana sudah ada sup yang dingin. Ada telur dan sosis goreng. Namun, Build tidak nafsu makan. Matanya kembali berkeliling, kenapa dua makhluk itu tak ada yang membangunkannya?
Seketika Build mengingat neneknya. Dia harus tau kabar neneknya. Kabar Barcode. Memastikan bahwa keduanya baik-baik saja. Kembali ke meja, Build mengambil ponselnya. Meraih jaket seadanya, lalu bergegas keluar kamar.
Build terkejut saat mendapati dua orang tak dikenal berdiri tegap di depan kamarnya. Berseteru dengan traumanya semalam, Build mengambil gerakan cepat untuk melindungi diri.
"Tenang! Tenang, Khun. Kami suruhan Khun Bible," sambil menahan segala serangan Build, salah satu dari mereka mencoba menjelaskan. Build terdiam sejenak, tapi kembali melawan.
"Kau pikir aku akan percaya begitu saja?"
"Tenang! Kami bisa buktikan. Tenang, Khun. Kami tidak ingin menyakitimu," dua laki-laki tegap itu sedikit kuwalahan. Build yang tubuhnya penuh luka, rupanya masih bisa melawan segencar ini.
"Saya akan hubungi Khun Bible. Tolong tenang, Khun," mereka masih berusaha menenangkan Buid yang mulai memukul dan menendang ke sana ke mari.
"Lepaskan aku dulu!" Build berteriak. Memancing tetangga kamarnya untuk keluar.
"Kami lepas, tapi tolong berhenti memukul dan menendang."
.
.
.
"Aku hanya khawatir," suara di seberang telepon tak cukup untuk menenangkan Build yang masih bersungut-sungut.
"Jika sekadar membangunkanku sejenak begitu sulit, apa tidak bisa meninggalkan pesan untuk memberitauku apa yang kau lakukan?" Build masih dengan nada tingginya. Dua laki-laki yang mengaku suruhan Bible kini hanya berdiri di pojok ruangan sambil saling memandang.
"Maaf," singkat, padat, dan jelas.
"Kau selalu seperti itu. Melakukan semua hal sesukamu. Tidak pernah bicara dengan baik. Tak pernah mencoba bertanya padaku," tiba-tiba Build meracau.
"Maaf," dan suara di seberang sana masih saja sama.
.
.
.
"Ini nomor temanku, Nek. Tapi, nenek katakan pada Barcode agar dia tak perlu menyimpannya. Nanti, aku akan memberi tau nomor baruku melalui Apo," Build akhirnya bisa mengunyah makanannya setelah dapat mendengar suara neneknya yang terdengar baik-baik saja.
"Kau yakin tidak apa-apa? Semalam, nenek mimpi buruk," suara neneknya di seberang sana terdengar khawatir.
"Aku baik, Nek. Sekarang, aku sedang makan sup yang lezat. Nenek juga harus makan yang banyak," Build berusaha terdengar ceria seperti biasa.
"Baguslah kalau kau baik-baik saja. Kunjungi nenek saat kau libur. Nenek sangat merindukanmu," kalimat neneknya hampir membuat Build terisak. Namun, dia menahannya dengan susah payah.
"Hm... pasti aku akan segera pulang. Nenek harus berjanji padaku untuk selalu makan dan minum obat dengan baik. Aku juga sangat merindukan nenek."
###
"Jadi benar. Dia adalah orang istimewa untuk Bible. Aku sudah bisa menebak sejak pertama kali melihatnya. Sekarang, semua akan jauh lebih mudah. Aku hanya perlu memusnahkan laki-laki itu."
###
"Bagaimana hasilnya? Apa, Jane terlibat?" Bible dengan susah payah menahan gagap pada suaranya.
"Tumben sekali kau langsung berpikir begitu?" Bass jelas sedang menyindirnya.
"Katakan saja hasil penyelidikanmu," dan berhasil membuat Bible kesal.
"Kau bisa sedikit tenang. Hingga saat ini, aku belum menemukan keterlibatannya. Tapi, aku butuh waktu lebih lama. Sepertinya, mereka bukan suruhan sembarangan. Jejaknya terlalu bersih," Bass mengernyitkan dahi. Tak puas dengan hasil kerjanya sendiri.
"Tapi, saya menemukan hal lain, Khun," kali ini Job ikut bicara. Bible dan Bass menoleh bersamaan dengan tanya besar di wajah mereka.
"Jelaskan," Bible memberikan perhatian penuh pada Job.
"Saya rasa, mantan istri Anda terlibat."
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Is It Ok?
FanfictionTa dibantu oleh Bas telah membuat kesalahan besar yang menimbulkan kekacauan. Korbannya kali ini adalah Bible. Mereka mencuri data diri Bible untuk melakukan kencan satu malam dengan orang tak dikenal secara random. . . . Pertemuan yang terjadi mel...