17

362 44 1
                                    

Jika awalnya itu canggung, ini lebih dari sekadar itu. Pertemuan antara Bas, Build, dan Bible benar-benar suatu kebetulan yang aneh. Seolah ketiganya terikat benang merah kasat mata. Lagi-lagi, Job berada pada posisi yang tidak nyaman. Dia merasa berada di dimensi lain saat ini karna saat melihat ketiga laki-laki di hadapannya saling menatap dengan makna yang dalam, Job hanya ingin menghilang.

"Ehem...," Job memberanikan diri memecah keheningan. Ketiga lainnya tersadar. Bible melangkah menuju kursinya. Mencoba mengabaikan Build dengan sekuat hatinya. Build sendiri masih memproses 'kebetulan' ini dalam otaknya. Dan Bas, tiba-tiba menjadi gemetar.

"Anda?" Job mencoba menyapa orang asing di depannya. Biasanya, hanya orang dengan kepentingan bisnis yang bisa masuk ke ruangan ini. Namun, Job sama sekali belum pernah melihat laki-laki di hadapannya.

"Saya ... saya Build," Build menjawab dengan gugup. Dia bingung. Ini benar-benar di luar dugaannya. Lagi-lagi, dia hanya ingin pulang dan memeluk Apo. Atau, dia pulang kampung saja dan memeluk neneknya.

"Build?" Job mengulangi. Lalu menatap Bas dengan tanya di matanya. Yang ditatap tidak membalas. Justru menunduk dalam.

"Saya akan bekerja untuk Khun Asa," Build mulai bisa menguasai emosinya. Bicara dengan lantang seperti biasanya. Sedangkan Bas, dia makin menenggelamkan wajahnya ke dalam kedua telapak tangan besarnya. Job masih setia menatapnya, meski tatapan itu tanpa jawab.

"Oke," Job menyerah. Membiarkan Bas dengan kepentingannya. Dia melangkah menuju kursinya dan mulai kembali mencoba memfokuskam diri pada layar ipadnya.

Build masih berdiri canggung di depan meja Bas. Menunggu bos barunya ini memberi perintah.

"Oh ya. Duduklah," akhirnya suara yang Build tunggu-tunggu terdengar juga. Dengan napas lega, Build duduk di kursi depan meja Bas. Menunggu instruksi. Dia belum paham benar dengan pekerjaan yang Bas tawarkan. Entah Jeff menjelaskan dengan tidak jelas, atau memang pekerjaan ini tidak jelas adanya.

"Jadi, apa yang harus saya lakukan?" Build membuka suaranya lagi. Terdengar tidak sabar karna dia tidak ingin lebih lama berada di ruangan yang sama dengan Bible. Ucapan Bible semalam masih membekas dalam otaknya. Ucapan yang benar-benar mengganggu jam tidurnya.

"Ehm, ajari aku menggambar bebek."

"Ppffft...," Job hampir saja kelepasan. Dia menahan tawanya hingga wajahnya berubah merah. Bas meliriknya kesal.

"Bebek apa yang Anda mau?" Build tidak menyangka bahwa ini benar-benar seperti yang Jeff jelaskan. Namun, dengan tawaran gaji yang lumayan, harusnya ini akan menjadi bebek yang istimewa, kan? Apa ada hubungannya dengan desain untuk produk perusahaan ini? Build mulai bersemangat. Angan-angan untuk bisa bekerja di kantor mewah ini seolah melambai padanya.

"Bebek. Bebek yang biasa kau temui di danau, sawah, atau di mana lagi mereka biasa hidup?" Bas mulai menerawang ke langit-langit. Memikirkan di mana saja dia bisa menemui hewan itu.

Build mengernyit. Alisnya bertaut. Ke mana arah dan tujuan dari pekerjaan barunya ini?

"Jadi, itu akan menjadi gambar realistik? Dilukis? Atau dengan desain komputer? Atau apa?" Build masih mencoba menggali informasi dari pekerjaan unik ini saat Bas mulai menyobek sebuah kertas dari buku di meja. Lalu, mengambil sebuah bolpoin bertinta biru.

"Di sini," Bas menunjuk selembar kertas itu. Build mengerjap cepat. Dia sempat mendengar seorang laki-laki di meja seberang kembali ingin tertawa. Apa dia sedang dikerjai? Apa ini acara prank dengan kamera yang disembunyikan? Secara reflek, dia mulai melihat sekitar. Mencari kamera tersembunyi. Jika benar seperti itu, laki-laki di depannya benar-benar telah melukai hati dan harga dirinya. Mana bisa seseorang gila mencari kerja sepertinya dipermainkan seperti ini?

Is It Ok?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang