6

379 45 1
                                    

"Namaku Build," Build mengulurkan tangan sambil tersenyum lebar.

"B... Bu... ild?" suara Ta bergetar.

"Hn.... Ehm... apa namaku aneh?" Build menggaruk tengkuknya dengan canggung karna jabatan tangannya tak bersambut. Belum lagi, bocah di depannya kini berangsur-angsur memucat.

"Ti... ti... dak," Ta menggeleng cepat. Wajah laki-laki di depannya sungguh tidak asing. Namanya pun familiar. Lidahnya tiba-tiba kelu tanpa sebab.

"Ehm..., aku yang akan menjadi tutormu 3 bulan ke depan," Build masih berusaha tersenyum. Meski senyumnya kini nampak aneh.

Build akan menjadi tutor Fisika Ta selama 3 bulan ke depan. Bible sendiri yang memilihnya. Ta awalnya tak ada penolakan. Baginya, siapa pun tutornya tidak penting. Dia tidak akan pernah bisa menyukai Fisika. Ta hanya perlu bertahan. Bagaimana pun dia harus mencapai standar nilai yang ditetapkan kakaknya. Dia tak mau menderita lebih lama.

Tapi, apa kakaknya tidak salah pilih? Build? Meski samar, akhirnya Ta bisa mengingat siapa Build ini.

"Kau yakin kakakku yang memintamu?" Ta bertanya sedikit takut-takut.

"Ehm... harusnya begitu. Seniorku bilang, kakakmu memilihku dari beberapa kandidat," Build makin gelisah. Bocah di depannya makin aneh.

"Apa kau tahu siapa kakakku?"

.

.

.

###

"Gambar bebek," Venice menunjuk-nunjuk boneka kuning di pelukannya sambil terus merengek. Build tidak mengerti. Siapa anak ini? Apa maunya? Apa yang harus dia lakukan?

Ta bilang mau ke toilet. Tapi, ini sudah hampir 15 menit dan Ta belum kembali ke ruang tempat mereka melakukan privat Fisika. Tiba-tiba seorang balita atau sepertinya batita, datang menghampiri Build dan terus saja mengatakan hal yang sama.

"Dia mau kau menggambar bebek untuknya," suara yang terdengar familiar secara mendadak masuk juga ke ruangan. Tubuh Build menegang seketika.

'Sial! Ini benar-benar sial!' Build mengutuk entah pada siapa.

"K... kau...!" Build tak mampu menyembunyikan suaranya yang gagap. "Kenapa kau ada di sini?"

"Karna ini rumahku," Bible yang tadinya hanya berdiri di depan pintu yang terbuka, kini masuk ke dalam dengan santainya. "Sayang, sini. Biar Daddy yang buatkan gambar bebek untukmu," Bible menggendong Venice yang masih saja merengek. Namun, setelah mendengar ucapan ayahnya, senyum manis Venice mulai merekah. Tangan mungilnya memeluk leher ayahnya. Boneka kuning di tangannya pun jatuh.

'Daddy? Daddy!!!' Build merasa pusing. Kejutan macam apa ini? Tangannya yang sedikit bergetar mengambil boneka kuning lalu memberikannya pada bocah itu.

"Bilang apa?" suara Bible yang pernah didengar Build sebelumnya memang lembut. Tapi, ini lebih terdengar manis.

"Maacih," suara renyah bocah itu menggelitik telinga Build. Mau tak mau memancing senyum di bibirnya. Bagaimana pun bocah itu sangat lucu. Menggemaskan. Dan tampan seperti ayahnya.

'Shit! Laki-laki ini sudah punya anak? Brengsek!' Build menahan diri untuk memaki Bible dalam hati. Kini senyumnya makin terlihat dipaksakan.

"Maafkan Venice yang sudah mengganggumu. Aku permisi," Bible keluar ruangan meski Build masih mematung di tempat yang sama. Otaknya masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.

'Kenapa dunia sekecil ini?'

.

.

.

Is It Ok?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang